• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 15 Mei 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Membentuk Kepribadian yang Konsisten

Membentuk Kepribadian yang Konsisten
Membentuk Kepribadian yang Konsisten
Membentuk Kepribadian yang Konsisten

Tugas setiap manusia muslim adalah membentuk dirinya dan generasi penerusnya, agar memiliki kepribadian yang konsisten. Pembentukan kepribadian seperti ini telah banyak dicontohkan oleh kehidupan Nabi SAW dan para sahabatnya. Pada langkah awal dari pengembangan dakwah islamiyah yang dilakukan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya adalah membudayakan ketabahan dan kesabaran dalam segala kehidupan.

Nabi SAW memperoleh banyak tantangan, hinaan, dan cemoohan dari masyarakatnya, tapi beliau tetap tabah menghadapi semua itu. Rintangan-rintangan yang beliau hadapi sangat berat seperti dihina, dilempari dengan kotoran, dilempari dengan batu, bahkan sampai dengan ancaman pembunuhan. Selain dari rintangan dan tantangan tersebut, beliau juga pernah diboikot sehingga sulit mencari makanan yang mengakibatkan beliau menderita kelaparan berkali-kali.

Ketika beliau berdakwah di Thaif, daerah yang subur dan hawanya sejuk, beliau mengharap agar penduduk Thaif mau menerima dakwahnya. Kenyataanya, ketika beliau datang ke tempat itu, malah dikejar-kejar oleh penduduk Thaif dan dilempari dengan batu, sehingga kakinya berdarah-darah. Darah itu kemudian mengental dan menimpa sandalnya.

Mengalami penderitaan yang sangat berat ini, Rasululah tetap tabah dan santun, beliau tidak melaknati penduduk Thaif tersebut, malah beliau berharap, kalau sekiranya generasi yang sekarang ini tidak bisa diajak menuju kebenaran, maka diharapkan generasi penerusnya bisa menerima dakwah Nabi.

Dalam keadaan seperti itu, beliau hanya mengadu kepada Allah SWT:

“Wahai Allah, kepada-Mu aku mengadu tentang lemahnya kekuatanku, dan lemahnya ambisiku atas manusia. Wahai Allah yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih. Engkau adalah Maha Pengasih dan Engkau adalah Tuhan orang-orang yang lemah”.

Selanjutnya beliau menyatakan:

إنْ لم يكُنْ بكَ غَضَبٌ عليَّ فلا أُبالي، غيرَ أنَّ عافيتَكَ أوسَعُ لي، أعوذُ بنورِ وَجْهِكَ الذي أضاءَتْ له السمَواتُ، وأشرَقَتْ له الظلُماتُ، وصلَحَ عليه أمرُ الدُّنيا والآخِرةِ أنْ يَنزِلَ بي غضَبُكَ، أو يَحِلَّ بي سَخَطُكَ، ولكَ العُتْبى حتى تَرْضى، ولا حَولَ ولا قُوةَ إلَّا بكَ

"Selama Engkau tidak murka kepadaku, maka tidak mengapa. Namun demikian, ampunan-Mu maha luas untukku. Aku mohon perlindungan dengan sinar wajah-Mu yang menyinari beberapa langit dan menyinari kegelapan, yang dapat mengatasi urusan dunia dan akhirat agar Engkau tidak menurunkan murka-Mu kepadaku, agar tidak mengenai diriku kemarahan-Mu. Segala penyesalan adalah milik-Mu sehingga Engkau meridhaiku, tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik-Mu". (HR. Thabrani, 14764).

Sikap tabah dan sabar serta sikap santun beliau yang membentuk kepribadiannya menjadi kuat dan membaja. Beliau memiliki kesempurnaan yang tidak dimiliki manusia lain. Kepribadian yang konsisten dan iman yang kuat, juga dimiliki oleh para sahabat Nabi. Sebagai contoh, Bilal bin Rabah awalnya sebagai seorang budak dari Umayyah bin Khalaf, berasal dari Afrika. Setiap hari ia menerima siksaan, dilecut, dan dicambuk. Ketika ia berkenalan dengan Nabi SWT ia langsung tertarik kepada akhlak dan kepribadian beliau, maka ia pun masuk Islam.

Penderitaan yang paling puncak dialami oleh Bilal setelah ia masuk Islam adalah dicambuk beberapa kali dan dijemur di bawah terik matahari yang menyengat. Ia tidak mengeluh, ia hanya memanggil Allah SWT dengan kalimat singkat sekali, Ahad, Ahad, Ahad, (Allah Yang Maha Esa). Daya kekuatan kalimat ini beribu-ribu kali lebih hebat dari siksaan dan derita yang dialaminya. Beribu kali lipat lebih kuat dari algojo yang menyiksanya.

Mental yang sangat kuat itu yang membentuk pribadi Bilal yang konsisten dalam membela keimanannya kepada Allah SWT. Dialah yang memberi kekuatan kepadanya untuk mematahkan kelemahan manusia. Karena itu, semenjak Bilal menjadi seorang muslim, ia tidak pernah lagi menjadi budak yang hina dan tidak lagi menjadi manusia yang dungu dan penakut. Ia telah menjadi manusia yang kuat dan kepribadian yang istiqamah.

Karena sesungguhnya, kemuliaan itu milik Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin.

يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعۡنَآ إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ لَيُخۡرِجَنَّ ٱلۡأَعَزُّ مِنۡهَا ٱلۡأَذَلَّۚ وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ

Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (QS. Al-Munafiqun, 63:08).

KH Zakky Mubarak, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru