• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Sejarah

KOLOM BUYA HUSEIN

Sejak Kapan Muludan Diselenggarakan di Dunia? (I)

Sejak Kapan Muludan Diselenggarakan di Dunia? (I)
Sejak Kapan Muludan Diselenggarakan di Dunia?
Sejak Kapan Muludan Diselenggarakan di Dunia?

Pertanyaan yang selalu muncul saat bulan Maulid tibah, adalah siapakah di antara kaum muslimin yang mengawali peringatan atas kelahiran Nabi ini?. 


Imam al-Suyuthi menginformasikan kepada kita bahwa penguasa Irbil, sebuah kota yang terletak di negara Irak bagian utara, Raja al-Muzhaffar Abu Sa’id Kaukibri, adalah orang pertama yang menyelenggarakan peringatan kelahiran nabi secara megah dan besar-besaran.  Perayaan ini dihadiri oleh para pejabat kerajaan, para ulama dari berbagai disiplin ilmu dan para kaum sufi. Kehadiran para ulama dan kaum sufi ini dipandang bahwa mereka menganggap perayaan atau peringatan tersebut sah adanya, tak melanggar aturan agama.


Mereka menganggap perayaan ini adalah sesuatu yang baik, meski tak pernah dilakukan oleh Nabi atau para sahabatnya, karena itu adalah sebuah cara belaka, tak lebih. Ia adalah bentuk ekspresi budaya. 


Ibn Khallikan, dalam kitab Wafayat al-A`yan wa Anba Abna al Zaman : 


كان ( الامام  الحافظ ابن دحية] من أعيان العلماء ومشاهير الفضلاء، قدم من المغرب فدخل الشام والعراق واجتاز بإربل سنة أربع وستمائة فوجد ملكها المعظم مظفر الدين بن زين الدين يعتني بالمولد النبوي فعمل له كتاب التنوير في مولد البشير النذير، وقرأه عليه بنفسه فأجازه بألف دينار



“Imam al-Hafizh Ibn Dihyah, seorang tokoh ulama termasyhur, datang dari Moroko menuju Syam dan kemudian ke Iraq. Ketika melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijrah, beliau mendapati Sultan al-Muzhaffar, raja Irbil tersebut memberikan perhatian sangat besar terhadap perayaan Maulid Nabi. Ibn Dihyah kemudian menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi yang diberi judul “al-Tanwir Fi Maulid al-Basyir an-Nadzir”. Karya ini dipersembahkan untuk Sultan al-Muzhaffar, dan sang Sultan memberinya 1000 dinar”.


Raja Muzhaffar lahir pada tahun 549 dan wafat  di usia 82 tahun, tepatnya pada tahun 630 Hijriyah. Nama lengkapnya adalah Muzhaffaruddin Abu Said Kuukuburi bin Zainuddin Ali ibn Buktitin bin Muhammad at-Turkamani. Ia merupakan seorang penguasa yang sangat perkasa, bijaksana, dan pemberani di sebuah satu kota besar yang terletak di Irak bagian timur, yaitu Irbil.


Bersambung


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Sejarah Terbaru