• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 9 Mei 2024

Profil

Wilujeng Doktor, Kang Aceng

Wilujeng Doktor, Kang Aceng
Dr Ahmad Ginanjar Sya'ban (Foto: DOk. Pribadi)
Dr Ahmad Ginanjar Sya'ban (Foto: DOk. Pribadi)

"Salam tepang, Pa Agung. Saya Ahmad Ginanjar Sya'ban, hendak berguru kepada Pak Agung. Saat ini saya sedang menulis disertasi tentang Syaikh Mukhtar Atharid Bogor (1886-1930), Mahaguru Ulama Sunda di Makkah, sekaligus Jaringan Intelektual Ulama Sunda-Timur Tengah. Saya sangat tertarik dengan tesis bapak terkait sejarah NU di Priangan. Nuhun. Salam sungkem."

Begitu bunyi sebuah pesan masuk pesan media sosial pada 16 November 2018. Kaget, bercampur senang saya membacanya. Bagaimana tidak, pengirim pesan adalah sosok nan inspiratif. Kang Ajengan Ahmad Ginanjar Sya'ban, sudah lama ingin saya kenal secara personal, setelah sebelumnya hanya saya kenali melalui tulisan-tulisannya yang mengagumkan. Jadi, ketika beliau pertama kali menghubungi, saya anggap sebagai sebuah kehormatan.

Namun, pesan itu juga membuat saya malu bukan kepalang. Kalimat "hendak berguru kepada pak Agung", dan "salam sungkem", itu sungguh tidak pas. Kang Aceng, demikian ia bias adisapa para karibnya, ini terlalu tawadlu. Masa iya, akademisi produktif, sekaligus kyai muda yang sudah melanglang buana di dunia keilmuan, harus berguru kepada saya yang bukan siapa-siapa dan tidak punya karya apa-apa. Sepatutnya, sayalah yang harus sungkem dan berguru kepada beliau. Maka, di antara balasan pesan itu saya katakan dengan sepenuh hati, "Terbalik, Pak. Saya yang baru setahun selesai S-2, harusnya yang berguru kepada Pak Ahmad. Apalagi bapak sedang menulis desertasi dengan tema yang demikian menarik seperti itu."

Dari saling berbalas pesan itu, alhamdulillah komunikasi kami berlanjut via medsos ataupun dalam beberapa kali acara webinar. Namun, karena kesibukan Kang Aceng juga, saya baru benar-benar bisa bertemu langsung pada tahun 2021, dalam acara Muktamar NU ke-34 di Lampung.

Kang Aceng, beliau dibesarkan dalam tradisi pesantren dan ke-NU-an yang kental. Lahir di Majalengka pada 22 Juni 1984, tepatnya di kecamatan Leuwimunding, yang juga tempat kelahiran KH. Abdul Halim, salah seorang kyai pendiri NU asal Jawa Barat.  Beliau kemudian menempuh pendidikan kepesantrenan mulai dari rumahnya, lalu diteruskan ke pesantren An-Nawawi Majalengka (1995-1998) dan di Pesantren Lirboyo Kediri (1998-2002).

Kang Aceng ini adalah peraih Santri Awards 2021, bidang Agama. Sebagai filolog berlatar santri, tenaga dan pikirannya kerap dicurahkan untuk melakukan penelitian dalam mengungkap, mengkaji, dan melestarikan kitab-kitab karya para ulama Nusantara.

Setiap kali melakukan proses heuristik naskah/manuskrip, Kang Ginanjar akan berkeliling mengunjungi pesantren-pesantren di berbagai daerah di Indonesia. Itu dilakukan biasanya sambil berziarah ke makam para aulia, juga sowan kepada para ulama yang masih jumeneng. Menariknya lagi, pencarian dan perburuan Turots semacam ini juga ia lakukan sampai luar negeri.

Selepas proses heuristik, manuskrip yang didapatkan kemudian dianalisis dan hasilnya dituangkan dalam tulisan, lalu disajikan kepada khalayak. Beberapa karyanya antara lain buku "Ibnu Rusyd: Gerbang Pencerahan Timur dan Barat", buku "Ensiklopedi Islam Nusantara: Bagian Budaya", dan buku "Mahakarya Islam Nusantara: Kitab, Manuskrip, dan Korespondensi Ulama Nusantara." Sementara tulisan-tulisan berupa artikel, bisa kita baca di beberapa jurnal ilmiah terakreditasi, atau bisa juga di beranda Facebooknya, di website jejaring NU Online, di Alif.id, dan lain-lain.

Terkait pengalaman organisasi, Kang Ginanjar pernah menjadi Jurnalis NU Online untuk desk berita bahasa Arab dan berita-berita Timur Tengah, Pemimpin Redaksi Buletin Afkar PCINU Mesir, Pemimpin Redaksi Jurnal Pemikiran Nuansa Mesir, Anggota Lakpesdam PCINU Mesir, Wakil Katib Syuriah PCINU Mesir, Pengurus LPBKI MUI Pusat, dan Direktur Islam Nusantara Center.

Di dunia kampus, Kang Ginanjar mengajar di Pascasarjana Fakultas Islam Nusantara (FIN) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta (2016-sekarang), dan Ketua Pusat Kajian Islam Nusantara (PKIN) UNUSIA Jakarta (2016-2018).

Jika para ahli lain banyak menerjemahkan bahasa asing ke bahasa Indonesia, Kang Ginanjar sebaliknya. Novel Ayat-Ayat Cinta, novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman el-Shirazi, novel Tenggelamnya Kapal van Der Widjck karya HAMKA, novel Arus Balik karya Pramoedya Ananta Toer, dan cerita-cerita rakyat Nusantara, ia terjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Kiprah lainnya, Kang Aceng pernah menjadi Staf penerjemah kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (ATDIKBUD) KBRI Mesir (2010-2015), Staf pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) Pusat Studi Indonesia, Art Faculity, Suez Canal University, Ismailia, Egypt (2010-2015), dan Ketua tim digitalisasi manuskrip di Banyuwangi untuk program DREAMSEA (2019). Ia juga merupakan salah satu inisiator dibentuknya Lembaga Nahdlatut Turots, yang mendapat dukungan penuh dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Awal pekan ini, tanggal 7-8 Februari 2022, bersama Nahdlatut Turots, Kang Ginanjar berhasil menyukseskan penyelenggaraan acara bertaraf nasional bertajuk "Pekan Memorial Syeikh Nawawi  Al- Bantani; Bedah Kitab Tuhfah al-Qashi Wa al-Dani, Pameran Turots Ulama Nusantara, Peluncuran 11 Kompilasi Karya Ulama Nusantara, dan Peresmian Nama Jalan Syaikh Nawawi Al-Bantani", di mana beliau bertindak sebagai ketua panitia.

Di waktu yang sama, Kang Ginanjar juga harus melaksanakan sidang ujian terbuka untuk meraih gelar doktor di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. Desertasinya yang berjudul "Naskah Kifâyah al-Mubtadi’în Karya Syaikh Mukhtar Bogor (1863-1930) dan Kontribusinya dalam Sejarah Intelektual Ulama Sunda di Makkah Abad XX: Kajian Teks dan Konteks", berhasil dipertahankan dalam sidang, dengan tanpa revisi.

Selamat untuk Doktor  Ahmad Ginanjar Sya'ban, dari kami nahdliyin Jawa Barat. Mabruk.

Penulis adalah Staf Pengajar UIN SGD Bandung


Editor:

Profil Terbaru