• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Pesantren

Kisah 12 Bersaudara Rintis Pesantren NU di Desa Leuwikujang

Kisah 12 Bersaudara Rintis Pesantren NU di Desa Leuwikujang
Suasana pengajian di pesantren Aminatuzzahro (Foto: Iing Rohimin)
Suasana pengajian di pesantren Aminatuzzahro (Foto: Iing Rohimin)

Majalengka, NU Online
Keberadaan pondok pesantren sangatlah penting untuk membangun pendidikan keagamaan di sebuah desa, apalagi dalam situasi perkembangan zaman yang kian modern, generasi muda di desa banyak yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan terdampak sangat serius akibat kemajuan dunia digital serta mulai jauh dari nilai-nilai agama. 

Melihat situasi yang kian memprihatinkan tersebut, satu keluarga di Desa Leuwikujang, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka merintis pendirian pondok pesantren berbasis Ahlussunnah wal Jamaah ala Nahdlatul Ulama di desanya. Keluarga itu adalah keturunan pasangan H. Johar bin H. Fathoni dan Hj. Zahro. Mereka dua belas bersaudara kompak bersatu-padu mendirikan pesantren di desanya. 

Putra kesembilan pasangan H. Johar dan Hj. Zahro, yang juga aktivis muda NU Majalengka, Ustadz Apud Fudholi menjelaskan,  orang tuanya sekitar tahun 80an bercita-cita ingin mendirikan pondok pesantren. Hingga tahun 1997 kedua orang tuanya meninggal dunia, tapi cita-cita tersebut belum terlaksana. Akhirnya Apud bersama saudara-saudaranya bertekad untuk mewujudkan keinginan luhur dari orang tuanya tersebut. 

“Kami bersama seluruh keluarga bersepakat untuk mewujudkan cita-cita orang tua kami, sebuah bidang tanah warisan orang tua tidak kami bagi tetapi dijadikan lahan untuk pendirian pesantren, maka secara perlahan kami mulai merintis pesantren itu pada tahun 2012, dengan dana seadanya, patungan keluarga dan sumbangan dari donatur, akhirnya kini berdirilah pesantren meskipun masih sangat sederhana,” ungkap Apud.

Pondok pesantren itu kini mulai terlihat geliatnya dan para santri pun mulai berdatangan untuk menimba ilmu agama. Pesantren yang diberi nama Aminatuzzahro itu diasuh seorang kiai muda, putra ketujuh H. Johar/Hj. Zahro yang merupakan jebolan Pesantren Alkhoziny Buduran Sidoarjo, Jawa Timur, yakni K. Maman Fathurrohman. 

“Alhamdulillah saat ini sudah ada 30 orang santri yang menetap dan 150 orang santri kalong, dengan tenaga pengajar 5 orang ustadz dan 3 orang ustadzah,” ujar Kiai Maman.

Pondok Pesantren Aminatuzzahro yang berada di Jl. Prapatan Rajagaluh RT 03 RW 05 Dusun Majapahit Desa Leuwikujang Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka itu, menurut Kiai Maman, mengusung Visi “Mendidik santri yang paham syariat Islam sesuai paham Ahlussunnah wal Jamaah ala thariqati Nahdlatil Ulama” dengan misi memberikan pengajaran materi-materi (aqidah, fiqh, akhlaq, tashawwuf dsb) min kutubis salaf ala madzahibil arba'ah, mendidik anak berakhlak, baik kepada Khaliq maupun kepada makhluk ala thariqati jamiyyati Nahdlatil Ulama. 

“Sistem pengajian yang kami terapkan adalah pesorogan, bandungan dan hafalan dengan kekhususan penguasaan kitab kuning dan hafalan Al-Qur’an,” ungkap Kiai Maman. 

Kiai Maman Fathurrohman berharap pesantren yang ia asuh dapat menjadi tempat mengaji bagi anak-anak generasi penerus bangsa, khsususnya anak-anak di desanya dan umumnya untuk seluruh warga masyarakat di manapun berada yang menginginkan anaknya belajar ilmu agama. 

“Untuk sementara kami fokus ke pendidikan pesantren dulu, untuk pendidikan formal berupa sekolah umum baik tingkat SLTP, SLTA maupun perguruan tinggi masih dalam perencanaan, semoga ke depan semuanya akan terpenuhi, kami memohon doa dari semuanya semoga niat baik keluarga kami ini bisa berjalan lancar, dimudahkan segalanya dan kami selaku pengelola juga diberikan kekuatan lahir batin untuk menjaga amanah ini serta keikhlasan agar para santri mendapatkan ilmu yang berkah,” pungkas Kiai Maman. 


Pewarta: Iing Rohimin
Editor: Abdullah Alawi 
 


Editor:

Pesantren Terbaru