Simbol Jubah dan Sorban dalam Dinamika Kulturasi Sosial, Budaya, dan Agama di Bumi Nusantara
Jumat, 3 Januari 2025 | 13:50 WIB
Simbol jubah dan sorban dalam konteks agama Islam telah lama menjadi ikon identitas keagamaan. Namun, dalam beberapa kasus, simbol-simbol ini digunakan oleh kelompok tertentu untuk mengubah atau memaksakan kulturasi sosial, budaya, dan agama yang bertentangan dengan nilai-nilai lokal. Ulama Aswaja (Ahlussunnah wal Jama'ah) telah memberikan pandangan kritis terhadap penggunaan simbol-simbol ini dalam konteks penjajahan kulturasi di Indonesia.
Jubah, Merupakan pakaian tradisional yang sering digunakan di wilayah Timur Tengah. Pakaian ini pada dasarnya adalah budaya lokal yang tidak diwajibkan dalam Islam. Sorban, Memiliki akar sejarah sebagai pelindung kepala di kawasan gurun. Dalam konteks agama, sorban sering dipandang sebagai simbol kesalehan, namun tidak memiliki dasar kewajiban dalam syariat.
Simbol ini tidak lepas dari pengaruh budaya tertentu, sehingga penerapannya dalam konteks Nusantara sering kali dikaitkan dengan upaya pengislaman budaya lokal secara kaku. Penjajahan kulturasi adalah upaya mengganti atau menghilangkan nilai-nilai lokal dengan nilai-nilai asing yang sering kali tidak relevan dengan tradisi setempat. Dalam hal ini, simbol jubah dan sorban sering digunakan oleh kelompok tertentu untuk: Menghapus tradisi lokal yang dianggap tidak Islami dan Memaksakan budaya Timur Tengah sebagai standar keislaman.
Contoh dampak penjajahan kulturasi:
1.Penghapusan Tradisi Lokal: Tradisi seperti slametan, maulid, dan tahlilan dianggap bid'ah oleh kelompok tertentu yang membawa budaya baru.
2.Radikalisasi Identitas Keagamaan: Jubah dan sorban sering dipromosikan sebagai "busana Islami," meskipun pakaian adat Nusantara juga dapat mencerminkan nilai-nilai Islam.
Ulama Aswaja di Indonesia, seperti KH Hasyim Asy'ari, KH Wahid Hasyim, dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara ajaran Islam dan tradisi lokal. Mereka mengkritik keras penggunaan simbol agama yang bertujuan untuk mengubah kulturasi secara paksa.
a. KH Hasyim Asy’ari
Menegaskan bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui pendekatan budaya, bukan pemaksaan simbol. Pakaian seperti jubah dan sorban tidak wajib dalam Islam, melainkan bagian dari budaya Timur Tengah.
b. KH Wahid Hasyim
Menekankan bahwa Islam Nusantara adalah Islam yang mampu berdialog dengan budaya lokal tanpa kehilangan esensinya.
c. Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid)
Mengkritik keras penggunaan simbol jubah dan sorban sebagai alat untuk menyingkirkan tradisi lokal. Menyatakan bahwa Islam di Indonesia harus mempertahankan pluralitas budaya dan toleransi. Islam di Nusantara diterima secara damai melalui pendekatan budaya, seperti, Tahlilan, maulid, dan slametan. Seni dan Budaya: Wayang kulit, musik gamelan, dan seni batik dengan motif Islami.
Pakaian adat seperti kebaya dan sarung yang dipadukan dengan nilai Islam. Namun, ketika simbol jubah dan sorban diperkenalkan secara dogmatis, kulturasi ini terganggu. Menganggap tradisi lokal sebagai bid'ah. Memaksakan budaya Timur Tengah sebagai standar keislaman. Ulama Aswaja menolak pendekatan ini dan menegaskan bahwa Islam Nusantara adalah rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam) yang menghargai kearifan lokal.
Jubah dan sorban dianggap menciptakan hierarki religius, di mana yang mengenakannya dianggap lebih Islami. Pemaksaan simbol ini sering memicu konflik antara kelompok tradisionalis dan modernis. Tradisi lokal yang tidak bertentangan dengan Islam sering kali dihapus atas nama "pemurnian agama."
Simbol jubah dan sorban tidak wajib dalam Islam, melainkan bagian dari budaya Timur Tengah. Dalam konteks Nusantara, ulama Aswaja menolak penjajahan kulturasi yang menggunakan simbol agama untuk menghapus tradisi lokal. Mereka menekankan pentingnya menjaga harmoni antara ajaran Islam dan budaya lokal melalui pendekatan yang inklusif, toleran, dan menghargai kearifan lokal.
Supendi Samian, Ketua STIDKINU Indramayu
Terpopuler
1
Gus Yahya Respons Wacana Pendanaan MBG Melalui Zakat: Perlu Kajian Lebih Lanjut Karena Kategori Penerima Zakat Sudah Ditentukan
2
Profil Alex Pastoor dan Dany Landzaat, Dua Asisten Pelatih yang Dampingi Kluivert di Timnas Indonesia
3
Khutbah Jumat Terbaru: Bulan Rajab, Momentum untuk Tingkatkan Kualitas Spiritual Diri
4
Refleksi Harlah ke-102 NU: Membangun Sinergitas Harokah dalam Ber-NU
5
Pentingnya Menggerakkan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama di Kota Bogor Menjelang Harlah ke-102
6
MoU Haji 2025 Ditandatangani, Indonesia Akan Berangkatkan 221 Ribu Jamaah
Terkini
Lihat Semua