Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 dan Hubbul Wathon Minal Iman
Senin, 21 Oktober 2024 | 14:23 WIB
Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 merupakan salah satu momen penting dalam sejarah Indonesia yang menunjukkan peran ulama dan umat Islam dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi ini dipelopori oleh KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sebagai respons terhadap kedatangan kembali tentara Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia setelah kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Resolusi ini memberikan legitimasi teologis bagi umat Islam untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah yang ingin menjajah kembali Indonesia, dan merupakan bentuk nyata dari "Hubbul Wathon Minal Iman" (Cinta Tanah Air adalah bagian dari Iman).
Para ulama memandang Resolusi Jihad sebagai kewajiban agama bagi setiap Muslim dalam mempertahankan kedaulatan bangsa. KH. Hasyim Asy'ari menekankan bahwa membela tanah air dari penjajahan adalah kewajiban suci yang harus dilakukan dengan seluruh daya upaya, termasuk dengan mengangkat senjata jika perlu. Dalam pandangan ulama, jihad dalam konteks ini adalah jihad defensif (jihad difa'), yang memiliki dasar syar'i karena adanya ancaman langsung terhadap umat Islam dan bangsa.
KH Wahab Hasbullah, seorang tokoh penting lainnya, juga mendukung penuh Resolusi Jihad dan menjelaskan bahwa melawan penjajah yang ingin menegakkan kembali kekuasaan kolonial Belanda adalah bentuk perlawanan terhadap kezaliman.
Para ulama sepakat bahwa perlawanan ini adalah sah secara syar’i dan tidak hanya semata-mata perlawanan fisik, tetapi juga merupakan bentuk spiritualitas jihad yang mengedepankan kecintaan pada tanah air dan umat.
Setelah Resolusi Jihad dikeluarkan, ribuan santri, kiai, dan umat Islam bergabung dalam pertempuran melawan pasukan sekutu, yang kemudian memuncak dalam Perang Surabaya pada 10 November 1945. Pertempuran ini merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah revolusi Indonesia dan menjadi simbol perlawanan nasional terhadap penjajahan.
Menurut banyak sejarawan, Resolusi Jihad memiliki dampak besar dalam membangkitkan semangat patriotisme rakyat Indonesia. Anthony Reid, seorang sejarawan terkemuka, menyebutkan bahwa perlawanan di Surabaya menunjukkan bagaimana agama memainkan peran penting dalam mobilisasi sosial pada masa itu. Ulama, melalui Resolusi Jihad, berhasil memadukan antara ajaran Islam dan nasionalisme, yang akhirnya membentuk sebuah kesatuan moral dan militer di kalangan umat Islam.
Baca Juga
Mengapa Mereka Maju dan Kita Tertinggal?
Konsep Hubbul Wathon Minal Iman atau cinta tanah air adalah bagian dari iman, yang dikedepankan dalam Resolusi Jihad, terus relevan sepanjang masa. Banyak ulama kontemporer seperti KH. Said Aqil Siradj dan Habib Luthfi bin Yahya menegaskan bahwa cinta tanah air merupakan bentuk ekspresi iman seorang Muslim. Dalam konteks Indonesia, mempertahankan kesatuan NKRI dan melawan segala bentuk ancaman terhadap kedaulatan bangsa adalah bagian dari manifestasi cinta tanah air.
Menurut Prof. Azyumardi Azra, ulama dan sejarawan Islam, Resolusi Jihad juga merupakan bukti bahwa Islam di Indonesia memiliki karakter yang moderat dan selalu beradaptasi dengan konteks lokal tanpa kehilangan prinsip-prinsip dasar agama. Sebagai contoh, jihad dalam konteks ini tidak hanya dipahami sebagai perang, tetapi lebih luas mencakup perjuangan untuk keadilan dan kemanusiaan.
Resolusi Jihad 1945 tidak hanya memiliki relevansi historis tetapi juga menjadi inspirasi bagi umat Islam di Indonesia hingga sekarang. KH. Ma'ruf Amin, Wakil Presiden Indonesia, menegaskan bahwa semangat jihad dalam mempertahankan tanah air harus terus hidup dalam bentuk perjuangan menjaga keutuhan bangsa, memberantas kemiskinan, dan menghadapi ancaman ideologi yang merongrong NKRI.
Selain itu, Prof. Din Syamsuddin dari Muhammadiyah menyatakan bahwa spirit jihad dalam Resolusi Jihad adalah jihad konstitusional di mana umat Islam bersama seluruh elemen bangsa berjuang mempertahankan Pancasila, UUD 1945, dan keutuhan NKRI dari berbagai ancaman internal dan eksternal.
Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 merupakan bukti konkret dari hubungan antara agama dan nasionalisme di Indonesia. Para ulama berperan aktif dalam membela negara, menunjukkan bahwa cinta tanah air adalah bagian integral dari iman seorang Muslim.
Resolusi ini juga menjadi contoh bahwa perjuangan membela negara dan keadilan tidak hanya relevan pada masa kemerdekaan, tetapi tetap relevan sepanjang masa, dalam bentuk perlawanan terhadap segala bentuk ancaman yang dapat merusak kedaulatan dan persatuan bangsa.
Supendi Samian, Ketua STIDKI NU Indramayu
Terpopuler
1
Innalillahi, Pimpinan Pesantren Manuk Heulang Tasikmalaya Ajengan Mimih Haeruman Wafat
2
Ketua PCNU Pangandaran Ajak Umat Maknai Idul Adha dengan Kepedulian Sosial
3
Menyembelih Keangkuhan
4
Satu Kata atas Capaian Timnas Indonesia di Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026: Mengagumkan
5
Idul Adha 1446 H, DKM Musholla Nurul Hidayah Sembelih Hewan Kurban Sebanyak 1,1 Ton
6
Pesantren Al-Hamidiyah Depok Gelar Takbir Keliling, Meriahkan Idul Adha dengan Kreativitas Santri
Terkini
Lihat Semua