• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 1 Mei 2024

Opini

Refleksi Hari Sumpah Pemuda Perjuangan 95 Tahun Lalu, Apa Kabar Pemuda Indonesia?

Refleksi Hari Sumpah Pemuda Perjuangan 95 Tahun Lalu, Apa Kabar Pemuda Indonesia?
Refleksi Hari Sumpah Pemuda Perjuangan 95 Tahun Lalu, Apa Kabar Pemuda Indonesia?. (Foto; Istimewa)
Refleksi Hari Sumpah Pemuda Perjuangan 95 Tahun Lalu, Apa Kabar Pemuda Indonesia?. (Foto; Istimewa)

Oleh M. Ikhsan Qomarul Hayat

“Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri.”


Ungkapan Ir. Soekarno, kiranya sangat cocok menjadi nasihat bagi kita, anak Bangsa Indonesia, pemuda Indonesia. Pasalnya, sejarah perjuangan Bangsa Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari peran besar dan keberanian pemuda atau kaum muda.


Sudah 95 tahun, terhitung sejak 28 Oktober 1928, para Pemuda Indonesia dan Bangsa Indonesia memperingati Sumpah Pemuda. Dimana pada masa itulah pemuda-pemuda memperjuangkan keyakinan yang satu atas nama Bangsa Indonesia. Mereka yang berasal dari berbagai organisasi dan latarbelakang, seperti Jong Java, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Islamiten Bond, Jong Celebes, Jong Sumatera, Jong Borneo dan lain-lain, merasa terpanggil untuk melakukan konsolidasi dan rekonsiliasi untuk bersatu melawan penjajah.


Saat itu, Para pemuda sadar bahwa perlu adanya kesadaran kolektif serta identitas kolektif dalam bersatu melawan penjajah. Oleh sebab itu, para pejuang muda pada masa itu rela menanggalkan latarbelakang atau kepentingan sektoral yang melekat pada dirinya untuk bersatu melawan penjajah dan memperjuangkan kemerdekaan dengan mendeklarasikan diri menjadi Jong Indonesia.


Jika kita melihat lebih dalam tentang sejarah Sumpah Pemuda, kita dapat melihat bahwa pemuda lah yang berjuang dengan jiwa dan raganya demi persatuan dan kemerdekaan. Pemuda lah yang menjadi motor penggerak dan pelopor perubahan nasib bangsa.


Sejak 1908 Budi Oetomo Harkitnas, 1928 deklarasi bersatunya pemuda, 1945 kemerdekaannya Indonesia, 1966 runtuh nya orde lama, Reformasi 1998 runtuhnya orde baru dan sampai hari ini  2023 pemuda terus mengawal dan hadir di tengah masyarakat memastikan mengahapuskan segala bentuk penindasan kepada rakyat.


Pemuda juga lah yang berani berjuang dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Namun apa kabar pemuda Indonesia hari ini?


Sungguh ironis, ketika ada banyak yang menganggap bahwa momen Sumpah Pemuda hanya sebagai prosesi seremonial belaka, apalagi jika ada pemuda yang tidak mampu, bahkan tidak mau memahami apa makna yang ada dibalik peristiwa Sumpah Pemuda yang bergaung ketika Kongres Pemuda II. Padahal, pada masa itulah titik awal dimana Bangsa Indonesia dideklarasikan dengan prosesi yang penuh pengorbanan darah, jiwa dan raga, sehingga kita dapat menikmatinya kini.


Namun semangat Sumpah Pemuda seolah dilupakan begitu saja. Lihat saja, banyak pemuda yang menjadi korban gaya hidup hura-hura atau hedonisme, bahkan telah menjadi agen penyebarnya. Banyak pemuda yang bangga mendeklarasikan perseteruan dan perpecahan, banyak pemuda yang apatis melihat kondisi bangsa hari ini.


Seperti realita hari ini dimana informasi sangat terbuka , justru menyulitkan awam memahami realitas sesungguhnya. Dikarenakan hoaks yg tersebar luas. Inilah kemudian yg harus sama-sama kita perangi apalagi di momentum Pemilu2024  dengan berbagai dinamika yang ada.


Sebagai pemuda yang belum bisa berbuat apa-apa kepada bangsa dan negara , saya berharap dan ingin mengajak para pemuda Indonesia bahwa kita lah pemegang tampuk kepemimpinan kelak, bahwa di tangan kita lah nasib bangsa Indonesia terkepal. Pemuda lah yang harus mencetak sejarah hari ini dan menentukan bagaimana masa depan Indonesia.


Sebagaimana tercatat dalam sejarah Sumpah Pemuda, sudah sepatutnya kita sebagai pemuda mampu menjadi inisiator persatuan dan rekonsiliasi kebangsaan di tengah pihak asing yang coba menerapkan politik pemecah belah gaya baru (neo-devide et impera).


Para pemuda harus kembali menjadi golongan penggerak perubahan seperti mandat sejarah pendahulu atau sebagai the leader of tomorrow yang senantiasa terus menyuarakan suara persatuan ke seantero negeri di tengah keniscayaan perbedaan, sebagaimana makna Bhineka Tunggal Ika dimana pun dan dalam kondisi apa pun sehingga pemuda Indonesia ke depan dapat menjadi Generasi Emas (Golden Stock), agent of change dan kekuatan moral intelektual yang menentukan masa depan Indonesia yang lebih baik.


Oleh sebab itu, di hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2023 ini, mari kita refleksikan dan internalisasi kan kembali makna dan nilai persatuan yang diajarkan pejuang muda terdahulu, dengan cara membangun kesadaran kolektif (collectife awareness) pada diri kita, bahwa sesungguhnya kita memiliki identitas kolektif (collectife identity), yakni Bangsa Indonesia. Selanjutnya, mari kita aktualisasikan dengan aksi kerja sama tim (collectife collegial) yang produktif dan konstruktif menuju persatuan dan kesatuan (unity) bangsa Indonesia yang utuh dan masa depan Indonesia yang gemilang.


Momen Sumpah Pemuda adalah momen sejarah yang merepresentasikan spirit pemuda yang kritis, produktif dan konstruktif, bukan destruktif. Jadi, jangan sekali-sekali kita memperingati hari ini dengan tindakan-tindakan yang destruktif dengan mendistorsi nilai dan spirit Sumpah Pemuda.


Akhirnya saya mengutip kata Pramoedya Ananta Toer yang menyinggung pemuda yang mati rasa. Ditakutkan, hal demikian terjadi pada pemuda hari ini.


”Sejarah dunia adalah sejarah orang muda, jika angkatan muda mati rasa, matilah semua bangsa”.


Penulis merupakan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kabupaten Garut.


Opini Terbaru