• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Opini

Football’s Coming Home, Throphy’s Coming Rome

Football’s Coming Home, Throphy’s Coming Rome
Final Piala Eropa
Final Piala Eropa

Oleh Muhyiddin 

It’s coming home
It’s coming home
It’s coming
Football’s coming home

Itu adalah refrain dari lagu berjudul Three Lions dari The Lighting Seed yang menjadi lagu resmi Piala Eropa 1996 di Inggris. Pada perjalanannya, Football’s coming home menjadi slogan fans Inggris setiap kali Piala Eropa atau Piala Dunia digelar sebagai anthem penyemangat Inggris akan memenangkan turnamen dan membawa pulang tropi. Slogan yang mirip dengan next year will be ours yang didesiskan para fans Liverpool FC selama puasa gelar.

 

Apakah Inggris akan memenangkan Piala Eropa edisi kali ini? Apakah Football akan coming home, akan kembali pulang? Mari kita coba lihat peluang Inggris atau Italia yang akan juara.

Inggris dan Italia sama-sama tak terkalahkan sejak fase grup sampai final. Inggris menyingkirkan raksasa Jerman dan tim penuh kejutan Denmark. Pun demikian Italia yang menyingkirkan tim penuh bintang namun ogah-ogahan bermain menyerang, Belgia, lalu menggusur Spanyol lewat adu penalti. Inggris dan Italia dengan demikian memang layak bertemu di final.

Dari sisi permainan, Inggris dan Italia bukan tim seperti Belgia yang penuh bintang. Bukan tim seperti Spanyol yang bermain posession football, seperti Portugal yang punya manusia super dalam diri Ronaldo, juga bukan seperti tim-tim Austria, Denmark yang mengandalkan fisik.

Inggris dan Italia sama-sama bermain kolektif sebagai tim yang kaya taktik. Gareth Soutgate, manajer Inggris mengoreksi kesalahan taktikal di laga awal dengan tidak lagi memasang Phil Foden sebagai starter tetapi lebih memilih Bukayo Saka dan Jack Grealish. Soutgate juga fleksibel dengan empat atau tiga bek.

Pun demikian dengan Italia yang punya fleksibilitas taktik dan hampir tidak pernah mengganti 11 pemain yang memulai pertandingan, dengan Federico Chiesa sebagai senjata rahasia. Kebersamaan dan kolektivitas Italia juga terjalin di luar lapangan seperti banyak beredar di media sosial.

Tentu saja pertandingan akan ketat mengingat hal-hal di atas. Inggris memiliki keunggulan karena Final dimainkan di Wembley London. Meskipun status tuan rumah tidak mesti menjadi keuntungan dan bisa berbalik jadi beban.

Bagaimana dari sisi pemain? Secara teknis pemain-pemain Italia lebih unggul. Dimotori oleh gelandang seperti Jorginho dan Marco Veratti, Italia di atas kertas lebih unggul dari pada para gelandang Inggris seperti Kalvin Philips dan Declan Rice. Menarik melihat statistik bahwa jarak jelajah selama Piala Eropa, Kalvin Philips hanya kalah dari Jorginho.

Penyerang Inggris memang lebih unggul jika melihat sosok Hary Kane. Tetapi Hary kane, Raheem Sterling, Mason Mount, Bukayo Saka akan menghadapi tembok kokoh dalam duet Bonucci dan Chiellini. Kehilangan Spinazzola di sisi kanan memang agak berpengaruh tapi tetap saja mengandalkan akselerasi dan skill dribling Saka, Sterling, dan Kane saja akan dengan mudah diredam bek-bek Italia. Umpan-umpan cerdas Grealish lebih dibutuhkan dalam menghadapi Italia.

Tidak mudah bagi Inggris untuk mengalahkan Italia dan menjadi juara. Butuh kreativitas lebih untuk membongkar pertahanan Italia. Italia sendiri tinggal menunggu kecerobohan bek Inggris, Davies dan Maguire, yang kadang tiba-tiba jadi bek amatiran.

Jika disiplin dan kreativitas lebih tidak dipertontonkan Inggris, maka akan memperpanjang football’s coming home. Jika itu yang terjadi toh footbal’s sudah coming home. Ya… final sepakbola Eropa sudah dimainkan di tanah Inggris. Football’s (played) home, throphy’s coming Rome….

Penulis adalah Dewan Redaksi NU Online Jabar 


Opini Terbaru