Amanat KH AE Bunyamin untuk Para Pengurus NU
Bandung, NU Online Jabar
Sesepuh NU Kota Tasikmalaya KH AE Bunyamin yang wafat sore ini di kediamannya, sering menyampaikan petuah-petuah kepada pengurus NU tentang bagaimana cara berkhidmah di organisasi para ulama ini.
Pengurus di Kota Tasikmalaya, KH Ujang Hidayatulloh, adalah salah seorang yang kerap mendapatkan petuah-petuah tersebut.
“Amanah ka abdi mah saur almarhum pangersa KH Ae, kedah nyaah kana diri ku cara tetep suhud ngurus Nahdlatul Ulama (amanah kepada saya, KH AE Bunyamin mengatakan agar menyayangi diri dengan bersungguh-sungguh mengurus Nahdlatul Ulama, red.),” katanya kepada NU Online Jabar melalui aplikasi perpesanan, Senin (21/12).
Menurut Wakil Katib PCNU Kota Tasikmalaya ini, dalam mengurus NU, Pak AE berpesan agar jangan pernah merasa takut serta selalu istiqamah melakukannya, sebab NU adalah organisasi warisan para ulama meskipun risiko diasingkan orang lain.
“Ulah borangan jeng ulah keueung, kudu teuneung ludeng, istiqomah miara tur ngarumat warisan ulama, sok sanajan digebrag, digebes atawa diasingkeun ku nu lian, tetep panceg ulah incah balilahan,” tegasnya.
Pak AE Bunyamin, menekankan agar bagaimanapun caranya, tiada pilihan lain selain harus memperjuangkan NU.
“Pokona NU kudu diperjuangkeun sangkan panggih sareng Hadlrotussyeikh. Kitu amanah nu sering kadangu ku abdi mah,” tambahnya.
Menurut Ujang, amanah tersebut tidak disampaikan sekali dua, tapi sering sekali.
Untuk diketahui, KH AE Bunyamin meninggal dunia di kediamannya Panyingkiran, Indihiang, Kota Tasikmalaya, Senin (21/12) sekitar pukul 17.00 WIB pada usia 81 tahun. Ia menjadi ketua PCNU Tasikmalaya pada 1995-2000. Kemudian pernah menjadi anggota DPRD pada 1977 sampai 1982, lalu pada 1992-1997, serta 1999-2004. Pada masa mudanya aktif di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, kemudian di Gerakan Pemuda Ansor.
Pak AE juga memiliki banyak karya tulis, di antaranya Nahdlatul Ulama di Tengah Perjuangan Bangsa Indonesia (Awal Berdirinya NU di Tasikmalaya). Karya lainnya adalah tentang meletusnya gunung Galunggung dalam bentuk syair.
Pewarta: Abdullah Alawi
