• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Ngalogat

Penjelasan Lembaga Falakiyah NU Jabar Soal Perbedaan Waktu Idul Adha di Indonesia dengan Arab Saudi 

Penjelasan Lembaga Falakiyah NU Jabar Soal Perbedaan Waktu Idul Adha di Indonesia dengan Arab Saudi 
Ustadz Ayi Faisal Setiadi, Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama Jawa Barat. (Foto: NUJO/Rodger)
Ustadz Ayi Faisal Setiadi, Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama Jawa Barat. (Foto: NUJO/Rodger)

Karena antara Indonesia dan Arab Saudi berbeda mathla’ (مطلع). Para ulama dalam bahasan fikih terutama dalam masalah shaum/puasa ada istilah إختلاف المطالع artinya berbeda tempat/dan waktu terbit matahari. Nah antara Indonesia dan Arab Saudi itu berbeda mathla’, atau dalam bahasa lain ikhtilaful matholi’ itu: 

 

عِبَارَةٌ عَنْ إِخْتِلَافِ بَلَدٍ فِيْ الرُّأْيَةِ بِحَيْثُ يُرَى إِحْدَاهُمَا وَلَا يُرَى فِيْ اْلَاخَرِ

 

Perbedaan dua negara dalam hal rukyah hilal dengan perkiraan bisa dilihat hilal di salah satu negara tersebut dan tidak bisa dilihat hilal di negara lain. Berdasarkan ikhtilaful mathoil’ antara Indonesia dan Arab Saudi maka otomatis meskipun hilal dapat dilihat akan berbeda antara Indonesia dengan Arab Saudi. Sebab nantinya data hisab pun akan berbeda. 

 

Kalau kemarin di Indonesia tinggi hilal di atas ufuk mar’i 1 derajat 49 menit 18 detik tinggi hilal hakikina 0 derajat 59 detik 20,7 detik hilal mustahil terlihat, tapi di Arab Saudi tinggi hilal hakiki 5 derajat 51 menit 40, 31 detik tinggi hilal mar’i 4 derajat 57 menit 56,59 detik hilal sangat mungkin bisa terlihat. Bahkan menurut informasi dari Arab Saudi hilal bisa terlihat. Karena hilal di Arab Saudi terlihat di ketinggian 5 derajat hakiki 4 derajat mar’i ketika rukyat hari rabu hilal bisa terlihat, maka tanggal 1 Dzulhijjah jatuh pada hari Kamis. Sedangkan di Indonesia terlihat maka istikmal bulan Dzulqo’dah 30 hari maka tanggal 1 Dzulhijjah jatuh pada hari Jumat, karena di Arab Saudi 1 Dzulhijjah jatuh pada hari Kamis 30 Juni, maka tanggal 10 Dzulhijjah (lebaran Idul Adha jatuh pada hari Sabtu. Sedangkan di Indonesia lebaran idul adha jatuh pada hari Ahad.

 

Yang jadi permasalahan apakah tidak apa-apa terjadi perbedaan antara Indonesia dan Arab Saudi? Jawabannya tentu tidak apa-apa. Jangankan antara kita dengan Arab Saudi, antara Syam dan Madinah pernah berbeda dalam menentukan awal puasa dan lebaran Idul Fitri. Perbedaan itu dialami oleh Abdullah bin Abbas dan Muawiyah. 

 

Ketika itu Muawiyah di Syam dimana awal puasa pada hari Jumat dan Abdullah bin Abbas di Madinah yang mengawali puasa hari Sabtu. Berbeda antara Muawiyah dan Abdullah bin Abbas. Padahal jarak antara Syam dan Madinah itu tidak terlalu jauh. Lebih jauh jarak dari Indonesia ke Makkah atau ke Madinah. Hal itu tidak terjadi permasalahan antara Muawiyah dan Abdullah bin Abbas. Sebab menurut kitab Bidayatul Mujtahidin:

 

أَنَّ لِكُلِّ بَلَدٍ رُأْيَةً قَرُوْبًا أَوْ بَعُوْدًا

Anna likulli baladin rukyatan qoruban au baudan. 

 

Setiap negara memiliki otoritas rukyat masing-masing baik jarak negara itu berdekatan ataupun berjauhan. Mungkin itu sedikit bahasan mengapa terjadi perbedaan antara Indonesia dan Arab Saudi.

 

Selanjutnya, lalu bagaimana dengan puasa arafah ketika di Indonesia hari arafah sedangkan di Arab Saudi sudah lewat hari arafah tetapi sedang lebaran Idul Adha. Bagaimana hukumnya apakah puasa kita yang di Indonesia sah puasa arafahnya atau tidak? Jawabannya menurut ulama ahli fikih puasanya tetap sah, sebab puasa arafah itu berkaitan dengan waktu bukan berkaitan dengan wukuf di Arafah. 

 

Puasa arafah dan wukuf di arafah itu adalah bentuk apresiasi memperingati arafah Nabi Ibrahim as. Ketika ia mendapat keyakinan bahwa mimpi menyembelih putranya yaitu Nabi Ismail as adalah benar-benar perintah dari Allah. 

 

Nabi Ibrahim merasa yakin maka hari itu disebut hari arafah untuk memperingati peristiwa tersebut di Makkah para jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah sedangkan orang yang tidak melaksanakan haji untuk memperingati peristiwa arafah Nabi Ibrahim itu dengan cara melaksanakan puasa sunah. Yang memiliki fadilah yukaffiru sanatal madiyah. itu merupakan suatu penjelasan jika terjadi perbedaan Indonesia dan Arab Saudi karena ini masalah waktu . Jika kita ingin sama mengikuti Arab Saudi tentu boleh, karena ada pendapat ulama yang membolehkan, tetapi pendapat itu dinilai lemah. Di Indonesia sudah diputuskan terkait masalah 1 Dzulhijjah. Maka kita wajib mengikuti keputusan pemerintah tersebut.

 

حُكْمُ اْلَحَاكِمِ يَرْفَعُ اْلخِلَافِ 

 

keputusan hakim menghilangkan perbedaan pendapat.

 

Ustadz Ayi Faisal Setiadi, Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama Jawa Barat


Ngalogat Terbaru