Ngalogat

Menengok Pondok Pesantren An-Nahdhoh, Kebanggaan Warga NU di Malaysia

Selasa, 11 Maret 2025 | 08:00 WIB

Menengok Pondok Pesantren An-Nahdhoh, Kebanggaan Warga NU di Malaysia

Pondok Pesantren An-Nahdhoh (Foto: Dok. Pribadi)

Tanjung Sepat Darat, Malaysia, 4 Maret 2025

Senin sore, saya diminta untuk bersiap menuju salah satu daerah di Tanjung Sepat Darat, Selangor, Malaysia. Pada pukul 13.00, saya berangkat dari kota Sembenyih, tempat saya tinggal. Pak Haji Kusnan bersama istri, bersama para pengurus Cabang Istimewa (PCINU) Malaysia mengantarkan saya menggunakan mobil (kereta, dalam bahasa Malaysia) menuju Pondok Pesantren An-Nahdhoh.

Perjalanan dengan mobil menuju pondok pesantren ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 30 menit dengan kecepatan normal. Sambil menikmati pemandangan, saya melihat suasana perkampungan Malaysia yang dikelilingi kebun kelapa sawit yang luasnya tampak sejauh mata memandang. Begitu tiba di Pondok Pesantren, saya disambut langsung oleh Mudirul Ma’had Ustdz Khoirul Umam, yang sedang studi S3 dari Universiti Malaya (UM) Malaysia dan asli Pamekasan, Madura. Beliau didampingi oleh dua orang ustadz, yaitu Ustadz Ja’far Shodiq dan Ustadz Mas’udi, serta ustdzah Rika, pendamping santri putri.

Pondok Pesantren An-Nahdhoh berdomisili di Jalan Masjid, Kampung Tanjung Sepat Darat, 42800 Tanjong Sepat, Selangor. Pondok Ini   merupakan kebanggaan warga Nahdiyin Malaysia. Pondok ini dibangun pada tahun 2019, berkat partisipasi warga NU Malaysia dan bantuan dari pengusaha Malaysia. Pondok ini berdiri di atas tanah seluas 2 hektar yang dikelilingi kebun kelapa sawit. Bangunannya permanen dan megah. Fasilitas yang ada di Pondok Pesantren An-Nahdhoh antara lain sebuah masjid dengan kapasitas 300 santri, asrama putra, asrama putri, serta sekolah atau madrasah yang berdiri kokoh dengan dua lantai. Semua bangunannya didominasi cat hijau, yang merupakan ciri khas Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama.

Pada tahun 2023, pondok ini diresmikan langsung oleh Mustasyar PBNU KH Said Aqil Siroj, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur), dan Katib Syuriyah PBNU Habib Lutfi Alatas.

Saat ini, Pondok Pesantren An-Nahdhoh terus melakukan berbagai perbaikan, baik dari sisi infrastruktur, sarana dan prasarana, maupun sumber daya manusia. Berkat kerja keras pengurus pondok, PCINU Malaysia, serta warga Nahdiyin diaspora Malaysia, pondok pesantren ini kini memiliki sekitar 100 orang santriwan dan santriwati yang bermukim.
Kegiatan di Pondok Pesantren An-Nahdhoh cukup padat.

 Seperti pesantren-pesantren NU di Indonesia pada umumnya, santri di sini bangun pukul 5 pagi waktu Malaysia, melaksanakan salat tahjud, subuh berjamaah, kemudian latihan bahasa asing (Arab-Inggris) hingga pukul 7 pagi, Tandzif (beresih-beresih), shalat dhuha dan baca surat waqi’ah.  Setelah itu, mereka mengikuti sekolah umum (Setingkat SMP) hingga siang hari, lalu dilanjutkan dengan sekolah diniyah pada sore hari dengan kajian kitab kunig. 


Setelah salat maghrib, para santri menghafal Al-Qur'an, dan setelah salat isya, mereka setoran hapalan al Qur’an, belajar Kitab Kuning, serta muthola’ah pelajaran sekolah yang dipandu oleh murobi-murobi kamar di pondok pesantren.
Selama dua hari, saya dari Womester (KH Moh. Romli dan KH Dr. Mas’ud) menginap di Pondok Pesantren An-Nahdhoh. Kami menjalani agenda kegiatan yang fokus pada pendalaman ilmu ke-NU-an dan ke-Aswaja-an, serta pembinaan karakter kesantrian. 


Harapannya, santri di An-Nahdhoh dapat menjadi santri NU yang militan dan teguh mempertahankan dan menyebarkan  tradisi Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dan memiliki karakter kesantrian yang berakhlak, disiplin, sederhana, mandiri dan peduli terhadap sesama. 


Moch Romli, DAI LDNU Kota Bogor