• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Ngalogat

Fenomena Ujang Busthomi

Fenomena Ujang Busthomi
Kang Ujang Busthomi, youtuber populer yang menyajikan konten unik dan khas tradisi NU. Foto: Channel YouTube Kang Ujang Busthomi.
Kang Ujang Busthomi, youtuber populer yang menyajikan konten unik dan khas tradisi NU. Foto: Channel YouTube Kang Ujang Busthomi.

Oleh Amin Mudzakkir

Beberapa hari terakhir ini saya nonton Kang Ujang Busthomi. Di YouTube, channelnya sudah disabkreb hampir 3,5 juta orang. Mungkin, di antara orang NU, sabkreber dia adalah yang terbanyak.

Materi videonya adalah tentang penaklukan dukun santet dan ilmu-ilmu sihir lainnya. Menarik. Logat Cirebonnya terdengar lucu di telinga saya.

Fenomena Ujang Busthomi ini adalah salah satu bukti lagi betapa Islam tradisional mempunyai khazanah yang sangat kaya. Kaum modernis, apalagi dari kelompok tarbiyah dan salafi, tidak memilikinya. Ini adalah sebuah keunggulan yang nyata.

Di masyarakat kita, ketertarikan pada hal-hal mistik tidak pernah hilang. Alih-alih melenyapkannya, modernisasi malah memperkuatnya. Adanya channel YouTube seperti milik Kang Ujang Busthomi membuktikannnya. Teknologi infomasi dan internet berhasil mengabadikan momen-momen mistikal itu, bahkan memonetisasinya--menjadi sumber pendapatan yang pastinya luar biasa.

Selain itu, shalawat yang biasa dilantumkan oleh Kang Ujang Busthomi di akhir "penaklukan"-nya juga asik. Beberapa video lain telah mereproduksinya. Sabkreber dan viewernya juga banyak. Sangat kreatif.

Melihat fenomena Kang Ujang Busthomi ini, saya cukup yakin tradisi Islam a la NU akan tetap bertahan dan berkembang. Tidak perlu terlalu merasa terancam oleh gagasan khilafah atau NKRI bersyariah. Sebenarnya kalau masing-masing sadar posisi (pangsa pasarnya sendiri-sendiri), dinamika di dalam masyarakat kita akan berjalan baik-baik saja.

Penulis adalah peneliti LIPI


Editor:

Ngalogat Terbaru