Ngalogat

Catatan Muhammad Asad, Karl Von Smith dan KH Hasyim Asy'ari 

Jumat, 24 Januari 2025 | 20:09 WIB

Catatan Muhammad Asad, Karl Von Smith dan KH Hasyim Asy'ari 

Catatan Muhammad Asad, Karl Von Smith dan KH Hasyim Asy'ari. (Foto: istimewa)

"Kalaulah tidak karena pertemuan dan hubungan saya dengan Hadlratusyeikh Muhammad Hasyim Asy'ari mungkin saya tidak beruntung dapat memeluk agama Islam. Saya berutang Budi kepada beliau dalam hal ini."


Tahun 1936, Indonesia saat itu masih dijajah oleh Belanda dengan nama Hindia Belanda. Dibelahan dunia lain Hitler sedang mempersiapkan Olimpiade di Berlin. Tahun gejolak perang saudara di Spanyol dan kemenangan Mussolini di Ethiopia.


Hari itu Selasa 7 Juli 1936. Hari yang indah buat Muhammad Asad, disaat yang sama Ir Karl Von Smith sedang bertamu juga ke kediaman Kiai Hasyim Asy'ari.


Muhammad Asad bertanya kepada Karl, apa pendapat anda tentang Hadlratusyeikh Muhammad Hasyim Asy'ari, bagaimana anda memandang beliau dan apa yang didapatkan dari beliau.


Karl menjawab "Kalaulah tidak karena pertemuan dan hubungan saya dengan Hadlratusyeikh Muhammad Hasyim Asy'ari mungkin saya tidak beruntung dapat memeluk agama Islam. Saya berutang Budi kepada beliau dalam hal ini."


​​​​​​​Saya melihat dalam diri beliau keistimewaan yang khas yang jarang saya temukan pada orang lain.


Insinyur Karl Von Smith dilahirkan di kota Hannover Jerman, tahun 1902, menerima pelajaran dasar di Jerman, kemudian ayahnya pindah ke Belanda, tinggal di kota Delf. Dia belajar teknik di Universitas Leiden dan lulus tahun 1925. Setelah ayahnya wafat dia bekerja di Kementrian Dalam Negeri Belanda, kemudian bergabung  pada Perusahaan Konstruksi dan Bangunan Belanda yang bernama "Nedam".


Tahun 1929 Karl dikirim ke Hindia Belanda dan berpindah-pindah yang akhirnya menetap di Surabaya, Jawa Timur. Disinilah Hidayah dan Taufik menuntunnya masuk agama Islam.


Berawal dari melihat para pekerja, ketika beristirahat, mereka bersuci kemudian sembahyang. Ketika pekerja itu ditanya apa yang mereka lakukan dengan kewajiban agama itu, pekerja itu tidak bisa menjelaskan hanya menyarankan bertemu Hadlratusyeikh, saat itu tahun 1931.


​​​​​​​Karl bercerita, waktu itu Kiai Hasyim sama sekali tidak pernah mengemukakan nash-nash Al-Qur'an atau sabda-sabda Rasulullah sebab beliau tahu waktu itu saya belum beriman dan hanya percaya kepada yang saya imani. Akan tetapi ketika saya mulai menerima, Beliau mengeluarkan sedikit dari ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist Nabi. Saya terpesona dan kagum atas keluhuran makna-maknanya.


Ketika saya meminta pendapat Hadlratusyeikh tentang keinginan saya memeluk Islam, beliau berkata "Anda merdeka dalam memilih yang anda sukai, anda telah memahami Islam. Maka pikirkanlah untuk diri anda akidah dan agama yang anda percayai dengan syarat akidah dan iman ini berdasarkan ilmu, pengertian, kesadaran, dan keyakinan sesudah mempelajarinya."


Ketika itulah saya berketetapan memeluk Islam dihadapan beliau. Saya membaca Syahadat di depan orang-orang yang hadir, mereka bergantian memeluk saya, pelukan kepada saudara yang telah lama hilang. Dua tahun kemudian istri saya memeluk Islam, beberapa bulan kemudian anak kami masuk Islam tanpa paksaan.


Itulah percakapan Muhammad Asad  dengan Insinyur Karl Von Smith. Karl tetap tinggal di Indonesia hingga berakhirnya perang dunia kedua, saat bangsa Indonesia mengadakan perlawanan terhadap Belanda tahun 1945, Karl berada di pihak Indonesia dan dianggap penghianat oleh Belanda. Karl dicari Belanda hingga diumumkan siapa saja yang dapat menangkap hidup ataupun mati akan diberi hadiah 1000 dollar.


Setelah Indonesia merdeka Karl dan keluarga berangkat ke ke Jerman dan menetap di Hamburg dan memenuhi janjinya, melakukan dakwah islamiah. Karl banyak memberikan pengertian Islam di lingkungannya, dan sebagian dari mereka mendapat hidayah dan memeluk Islam setelah meyakini bahwa Islam adalah agama yang lurus.


Sumber : Buku dengan judul Hadlratusyeikh Muhammad Hasyim Asy'ari Perintis Kemerdekaan Indonesia 
Judul asli "Al-Allaamah Muhammad Hasyim Asy'ari waadli'u Labinati Itiqlaali Indonesia 
(Muhammad Asad Syihab)  Alih bahasa KH. Mustofa Bisri


​​​​​​​Nasihin, _peminat sejarah, pengurus lesbumi jabar, tinggal di cileunyi kabupaten bandung