Wasekjend PBNU Dorong Perubahan Penulisan Sejarah yang Lebih Inklusif dan Akurat
Senin, 26 Mei 2025 | 13:38 WIB
Hasemi Fauziah
Kontributor
Jakarta, NU Online Jabar
Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Ginanjar Sya’ban, menekankan pentingnya perubahan arah dalam penulisan sejarah, terutama dikalangan internal NU. Ia menilai, selama ini narasi sejarah NU belum menyentuh kedalaman dinamika yang terjadi di masa lampau.
"Harus mulai ada pergeseran bagaimana kawan-kawan di internal NU menulis sejarah atau sumber sezaman yang berhubungan dengan gerakan NU," jelasnya dalam diskusi bertajuk “Penulisan Sejarah Indonesia 2025” di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Jumat (23/5/2025) lalu.
Pria yang akrab disapa Kang Ginanjar tersebut mencontohkan narasi seputar Komite Hijaz yang selama ini dianggap sebatas upaya mencegah pembongkaran makam Nabi Muhammad SAW. Padahal, menurutnya, peristiwa itu merupakan contoh diplomasi tinggi yang dilakukan KH Abdul Wahab Chasbullah saat bertemu langsung dengan Raja Abdul Aziz di Arab Saudi.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti minimnya penulisan mengenai interaksi para kiai NU dengan organisasi lain seperti Syarikat Islam.
“Padahal ada ulama seperti Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yang menulis kitab Kafful Awam 'an al-Khawash fi Syarikat al-Islam, bahkan dikritik oleh gurunya, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, dengan kitab tandingan,” ungkapnya melansir laman NU Online.
Kang Ginanjar menyarankan perlunya inventarisasi sumber-sumber sejarah NU yang berserakan di berbagai wilayah, serta pengembangan repositori sejarah khusus untuk NU agar narasi sejarah tidak tercerai-berai.
Senada dengan Ginanjar, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mohammad Fathi Royyani, juga menilai penulisan sejarah Indonesia belum mencakup aspek-aspek penting lain seperti sejarah lingkungan.
Ia mengungkapkan, Indonesia memiliki jenis kayu manis yang kualitasnya diakui dunia, bahkan lebih unggul dibandingkan jenis dari India dan China. Namun, kurangnya narasi akademik menyebabkan kontribusi Indonesia terabaikan. “Sampai saat ini, dunia lebih mengenal kayu manis dari India dan China sebagai bahan pengawet mumi Mesir, padahal sangat mungkin berasal dari Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut, Fathi menyebut bahwa produk asli Nusantara seperti kapur barus bahkan disebut dalam Al-Qur'an. “Kemenyan dan kapur barus itu sudah digunakan sejak lama dan merupakan bagian dari sejarah perdagangan dunia, tapi belum banyak dimunculkan dalam narasi sejarah kita,” tegas doktor Antropologi lulusan Universitas Indonesia ini.
Sementara itu, Budayawan Hairus Salim menyoroti polemik sejarah sebagai bagian dari tiga isu besar yang kerap menimbulkan ketegangan dalam masyarakat multikultural, selain agama dan pendidikan.
“Penulisan sejarah selalu menjadi masalah,” ujar penulis buku Gus Dur Sang Kosmopolit tersebut. Menurutnya, setiap kelompok masyarakat cenderung menulis sejarahnya sendiri dan seringkali memosisikan kelompok lain dalam versi yang mereka bangun sendiri.
Oleh karena itu, ia mengajak para penulis sejarah untuk menjadikan penulisan sejarah sebagai sarana pemersatu, bukan sumber konflik. “Harapan saya, penulisan sejarah harus mengintegrasikan kita, bukan memecah belah kita,” kata Salim.
Sebagai informasi, diskusi “Penulisan Sejarah Indonesia 2025” ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting seperti Kepala Editor Penulisan Sejarah Indonesia, Prof. Susanto Zuhdi, serta Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia yang juga menjabat Direktur Sejarah dan Kemuseuman di Kementerian Kebudayaan, Prof. Agus Mulyana. Agenda ini diikuti oleh para peminat, peneliti, dan penulis sejarah NU secara luring maupun daring.
Terpopuler
1
Perkuat Tradisi Keilmuan, Pesantren Azzainiyyah dan LBMNU Jabar Kolaborasi Gelar Sekolah Bahtsul Masail
2
IPPNU Kabupaten Tasikmalaya Luncurkan KTA, Perkuat Tertib Administrasi Anggota
3
Kunjungi ITB, PWNU Jabar Bahas Penguatan Karakter dan Akses Pendidikan bagi Santri
4
GP Ansor Cianjur Buka Pendaftaran Diklatsar Gabungan, Berikut Jadwalnya
5
Ansor Depok Dukung Camat Non-Muslim Pertama, Christine Desima: Simbol Toleransi Kota Depok
6
Bertempat di Gedung Pendopo, PCNU Garut Masa Khidmah 2025-2030 Resmi Dilantik
Terkini
Lihat Semua