• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 23 April 2024

Nasional

Sekretaris PP Lesbumi: Muktamar, Temu Rasa Temu Kebudayaan

Sekretaris PP Lesbumi: Muktamar, Temu Rasa Temu Kebudayaan
KH Abdulloh Wong, Sekjend PP Lesbumi NU
KH Abdulloh Wong, Sekjend PP Lesbumi NU

Lampung, NU Online Jabar
Muktamar merupakan pertemuan para ulama, tapi lebih dari itu, melainkan temu rasa, temu peristiwa kebudayaan yang menjadikan setiap umat merasa ikut menjadi bagian jamiyah Nahdlatul Ulama.

 

“Bukan sekedar pertemuan para ulama dalam jamiyah Nahdlatul Ulama yang kemudian akan memilih pemimpin dengan program-program berikutnya. Tetapi Muktamar ini semacam temu rasa, temu peristiwa kebudayaan yang menjadikan setiap umat ikut menjadi bagian jamiyah Nahdlatul Ulama,” kata KH Abdulloh Wong Sekretaris Jendral Pengurus Pusat (PP) Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU) di Lampung, Rabu (22/12).

 

Meskipun pelaksanaan Muktamar ini dibatasi karena adanya pembatasan dari pemerintah sebagai bagian dari protokol kesehatan, Abdulloh menuturkan bahwa ghiroh para muktamirin untuk hadir tidak luntur, bahkan walau dibatasi, jumlah muktamirin yang hadir melebihi apa yang ditargetkan.

 

“Pembatasan ini tidak bisa membendung antusias ghiroh, semangat umat untuk hadir pada muktamar karena bagi umat muktamar itu bukan sekedar ceremonial belaka, melainkan acara besar, silaturahmi antar warga nahdliyin seindonesia,” ucapnya.

 

Antusias umat hadiri Muktamar ini telah menjadi kebudayaan yang melekat pada diri setiap umat, dan ini telah menjadi kekuatan NU dalam menyatukan seluruh umat atau jamiyahnya. Abdulloh mengatakan walau saat ini setiap kegiatan Muktamar bisa di siarkan melalui virtual, tetapi ini tidak cukup menjadikan umatnya puas.

 

“Ini kekuatan NU Jadi kita tidak bisa membendung kekuatan ini bahwa mereka akan menyatakan, bahwa pertemuan secara virtual itu tidak pernah cukup maka kedatangan mereka secara langsung ada hikmah, ada tabarukan, ada harapan dan tentu saja mereka mengakui bahwa dirinya merasa bangga bagian dari Nahdlatul Ulama,” ujarnya.

 

Dalam Muktamar peristiwa kebudayaan lanjut Abdulloh Tidak bisa di tampik, hadirnya umat sungguh luar biasa antusiasmenya, relasinya antar individu bukan relasi pura-pura, kedatangannya merupakan panggilan hati nuraninya.

 

“Peristiwa kebudayaan yang  tidak bisa ditampik adalah Ketika antar manusia relasi tanpa pura-pura, relasi manusia yang dibuat bukan karena rekayasa, manusia yang hadir memang karena panggilan hatinya sendiri, itu yang mahal mereka datang dengan biaya sendiri, dengan ongkos sendiri, inisiatif sendiri bukan di rekayasa, bukan di mobilisasi,” tuturnya.

 

“Mereka tahu kalau misalnya mereka datang itu tidak akan memberikan pengaruh, misalnya untuk suara, memberikan pengaruh dalam siding-sidang komisi misalnya. Apa kontribusi mereka, mereka tahu, sadar, kehadiran mereka tidak memberikan kontribusi langsung. Tapi mereka ada sesuatu hal yang tidak bisa ditampik bahwa hati mereka itu, tidak bisa dibohongi ingin bisa hadir dan lagi-lagi menjadi bagian dari keberadaan Nahdlatul Ulama,” sambungnya.

 

Abdulloh menegaskan bahwa pertemuan pada acara Muktamar ini apa adanya, bukan karena pertunjukan yang sudah dipersiapkan tapi ini sebuah peritiwa budaya yang mengalir begitu saja. 

 

“Saya Kembali tegaskan bahwa pertemuan yang apa adanya, yang otentik, yang bukan artifisial, itulah peristiwa keadaan yang sebenarnya. Ini bukan lagi menjadi sebuah pertunjukan, karena pertunjukan yang sudah dipersiapkan tapi ini sebuah peristiwa datangnya dari masyarakat yang apa adanya yang mengalir begitu saja. Coba kita lihat kalau tidak ada Batasan dan tidak ada pandemic, kehadiran umat pasti akan membludak,” tegasnya.

 

Abdulloh menyambut gembira penyelenggaraan Muktamar Nahdlatul Ulama ke 34 di Lampung, ini momentum yang luar biasa. 

 

“Saya kira sejak pandemi menimpa negeri ini, di semua sendi kehidupan kita hampir di hentikan. Hingga semua kegiatan praktis berpindah pada media sosial, tentang tarik ulur dan maju mundurnya penyelenggaraan Muktamar saya kira di titik beratkan pada NU yang begitu respect pada kebijakan pemerintah. Namun pada akhirnya alhamdulillah Muktamar ke-34 dapat diselenggarakan di Lampung,” ucapnya.

 

Pemilihan tempat di Lampung dan di Pondok Pesantren Abdulloh memaparkan bahwa NU adalah Nusantara jadi tempat pelaksanaanya dapat di laksanakan secara berputar di seluruh daerah, dan pesantren menjadi tempat acaranya sebagai aspek kegiatan NU yang lahir dari pesantren.

 

“Tentu saja pilihan di Lampung perlu di ingat, sebenarnya adalah tetap memilih pesantren ini menunjukan bahwa NU masih memerhatikan, menjadikan pesantren basis dari seluruh aspek kegiatan NU, bukan sebatas kultural tetapi pesantren tidak lain adalah satu kawah candra dimuka yang melahirkan banyak ulama,” paparnya.

 

Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi
Editor: Abdul Manap 
 


Editor:

Nasional Terbaru