• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 7 Mei 2024

Nasional

Konferensi Internasional tentang Konsolidasi dan Koordinasi Tokoh Umat Islam

Konferensi Internasional tentang Konsolidasi dan Koordinasi Tokoh Umat Islam
KH. M. Cholil Nafis, saat menghadiri Konferensi Internasional tentang Konsolidasi dan Koordinasi Tokoh Umat Islam di Arab Saudi (Dok. Pribadi)
KH. M. Cholil Nafis, saat menghadiri Konferensi Internasional tentang Konsolidasi dan Koordinasi Tokoh Umat Islam di Arab Saudi (Dok. Pribadi)

Arab Saudi, NU Online Jabar 
Internasional Conference on Tawashul wa takamul (Konferensi Internasional tentang Konsolidasi dan Koordinasi Tokoh Umat Islam) berlangsung di Arab Saudi pada 13-14 Agustus 2023. Acara ini dibuka oleh Menteri Urusan Agama Islam, Dakwah dan Bimbingan Kerajaan Arab Saudi Dr Abdullatif bin Abdul Aziz Al-Syaikh dan dihadiri oleh utusan dari 83 negara, terdiri dari para ulama’ para mufti dan da’i internasional.


Pembahasan utama tentang merekatkan persatuan umat Islam di seluruh dunia atas asas keagamaan Islam yang moderat (wasathi), toleran dan inklusif. Tema diulas sedari awal pembukaan oleh para ulama agar bisa menyelaraskan antara ajaran Islam yang ideal dan kenyataan umat yang penuh dinamika.


Sesi lain mendiskusikan tentang wasathiyatul Islam secara konsepsional dan praktiknya di beberapa negara. Kami dari Indonesia memaparkan tentang wasathiyatul Islam yang sdh menjadi arus utama faham keagamaan. Hal ini menjadi tema Muktamar NU dan Muhammadiyah juga Musyawarah Nasional MUI. Pada prinsipnya Indonesia mampu menjaga kesatuan dan persatuan dg banyak ragam etnis dan agama karena mayoritas umat berpaham Islam wasathi.


Sebenarnya sumber ekstrimisme, baik kiri maupun kanan, itu karena paham agama yang tidak proporsional. Biasanya memahami ajaran Islam yang salah antara keleluasaan agama (rukhshah) dan ketetapan yang pasti dalam agama (‘azimah). Ekstrim kiri karena menggampangkan agama sehingga apapun bisa dipahami di luar teks atas nama kemaslahatan. Sedangkan yang ekstrim kanan krn terlalu ketat dalam memahami agama sehingga agama dipahami secara harfiyah tekstual bahkan melupakan realita kehidupan.


Makanya Rasulullah saw. mengingatkan, “Rusaklah orang-orang yang keterlaluan”. Karenanya, MUI menyampaikan tentang 10 kriteria wasathiyatul Islam agar menjadi pegangan dunia Islam dalam memberi fatwa dan membimbing umat. Yaitu seimbang dalam memahami teks dan konteks, bisa membedakan mana wilayah penyimpangan (inhiraf) yang harus diamputasi dan wilayah perbedaan (khilafiyah)yang harus ditoleransi, bisa berpikir dinamis yang menyeimbangkan antara ajaran agama yang baku dan ajaran Islam yang dinamis. Cara ber-Islam yang wasathi ini akan selalu sesuai dg perkembangan zaman dan mampu membangun peradaban.


Pada hari kedua saya memberi masukan tentang karakter umat wasathiyah dan penerapannya di Indonesia. Untuk menjadi pembelajaran dan berbagi pengalaman kepada negara-negara Muslim yang hadir.


(Sumber: IG KH. M. Cholil Nafis, Ketua MUI, Rais Syuriyah PBNU)


Editor:

Nasional Terbaru