Hadiri Halaqah Ulama dan Pimpinan Pesantren, Rais Syuriah PWNU Jabar: Ulah Sok Pondok Harepan
Rabu, 27 Oktober 2021 | 08:00 WIB
Bandung, NU Online Jabar
Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, KH M Nuh Addawami mengungkapkan, keadaan konferensi dan muktamar itu merupakan penyatuan pendapat untuk memperkuat keberadaan NU disetiap lapisan. Hal tersebut diungkapkan saat memberikan mauidzoh hasanah saat Peringatan Hari Santri dan NU Jabar Award, Sabtu (23/10) lalu.
"Nah oleh karena itu, karena kalau kita masih tidak ingin kehadiran hari kiamat, sebetulnya tidak akan terjadi kiamat sepanjang masih eksis kaum ahlussunah waljamaah," ungkapnya.
Kiai Nuh mengutip Hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya: “Tidak akan berdiri kiamat kecuali pada generasi kafir, anak generasi yang kafir,”. kutipnya. "Sepanjang ahlussunnah waljamaah ada berarti kiamat masih jauh," jelas Kiai Nuh.
Kiai yang akrab disapa Abah Nuh tersebut juga mengingatkan agar kita jangan berputus asa.
“Ulah sok pondok harepan, apalagi para pimpinan pondok pesantren menghadapi keadaan. Janganlah kita merasa putus harapan dari rahmat Allah," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Abah Nuh menjelaskan, menyambut hari santri bukan dengan perstapora. Akan tetapi, hendaklah menjadi sesuatu yang bisa memperingati jasa-jasa bagi para pendiri bangsa dan negara ini.
"Dinegara-negara lain barangkali tidak ada hari santri. karena kata santrinyapun tidak ada,"
Ia mencontohkan, di Afganistan santri itu dinamakannya “thalibban”. Sedangkan yang memiliki nama santri hanya ada di Indonesia. Sebab, di negara-negara lain barangkali santri-santrinya itu tidak kelihatan /nampak untuk bela negaranya.
"Tapi dengan peringatan hari santri kita diingatkan bahwa pernah di negara ini ada santri-santri yang berjasa bagi bangsa dan negara. Disaat Indonesia sudah memproklamirkan kemerdekaan lantas sekutu yang ikut Belanda pun mengikut bonceng mau kembali menjajah negeri ini, santri bangkit. “inilah nyawaku, kesinikanlah negeriku, biar negeriku merdeka biar biarpun aku tidak merasakan kemerdekaan itu," tutur Abah Nuh. "Itulah jasa-jasa santri yang perlu kita kenang," tambahnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, bagi santri sekarang melalui pondok pesantren kita harus mengingatkan bahwa santri-santri dahulu dibawah pimpinan Hadlratussyekh KH. Hasyim Asy’ari. Mereka sudah rela memberikan nyawa untuk negara ini.
"laqod gorosu hatta akkalna, mereka sudah menanam dan kita sekarang yang memakannya. yang makan kenikamatan kemerdekaan dan yang penghargaan santri kita yang memakannya. apalagi nanti kalau apa yang tadi dikatakan mata'uddunya nya. Ada yang dinamakan dana abadi pesantren. kan mereka seperti santri “si harun itu” tidak pernah merasakan dana abadi pesantren ini, tapi yang merasakan kita laqod gorosu hatta akkalna. Apa sekarang tugas kita? wainnana lana gorosu hatta ya’kulannasu ba’dana maka kita sekarang dituntut untuk menanam supaya generasi-generasi yang setelah kita mereka makan hasil tanaman kita. itulah namanya terima kasih. kita terima penghargaan dari negara kita kasihkan kepada anak-anak kita yang akan datang," tandasnya.
Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi
Terpopuler
1
Bangkitkan Semangat Wirausaha, Talk Show di Cirebon Ajak Perempuan Muda Jadi Pelaku Ekonomi Mandiri
2
Angkatan Pertama Beasiswa Kelas Khusus Ansor Lulus di STAI Al-Masthuriyah, Belasan Kader Resmi Menyandang Gelar Sarjana
3
PBNU Serukan Penghentian Perang Iran-Israel, Dorong Jalur Diplomasi
4
Kuota Haji 2026 Baru Akan Diumumkan pada 10 Juli 2025, Kemenag Masih Tunggu Kepastian
5
Koleksi Manuskrip Warisan Ulama Sunda, KH Enden Ahmad Muhibbuddin Jadi Rujukan Tim Peneliti Naskah Nusantara
6
Pengembangan Karakter Melalui Model Manajemen Manis
Terkini
Lihat Semua