• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Diadopsi Jadi Bagian ASEAN SUMMIT 2023, Gus Yahya Jelaskan Peran ASEAN IIDC untuk Kebijakan Politik Asia Tenggara

Diadopsi Jadi Bagian ASEAN SUMMIT 2023, Gus Yahya Jelaskan Peran ASEAN IIDC untuk Kebijakan Politik Asia Tenggara
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Foto: NU Online)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Foto: NU Online)

Bandung, NU Online Jabar
Forum ASEAN Intercultural dan Interreligious Dialogue Conference (ASEAN IIDC) atau dialog antaragama dan antarbudaya di tingkat Asia Tenggara yang diinisiasi oleh PBNU resmi diadopsi menjadi agenda dari KTT ASEAN/ASEAN SUMMIT 2023 yang dalam hal ini Indonesia didapuk menjadi tuan rumah.


"Sehingga hasil dari forum ASEAN IIDC ini akan dibawa ke dalam KTT ASEAN untuk bisa mendapatkan acknowledgement, mendapatkan penguatan, penerimaan dari KTT ASEAN," ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Rabu (2/8/2023).


Acara yang mengusung tema ASEAN Shared Civilizational Values: Building an Epicentrum of Harmony to Foster Peace, Security, and Prosperity tersebut akan diselenggarakan pada Senin, 7 Agustus 2023 besok di Hotel Ritz Carlton Jakarta. Sementara ASEAN SUMMIT 2023 akan diselenggarakan pada 5-7 September mendatang.


Gus Yahya sapaan akrabnya berharap bahwa kesimpulan dan kesepakatan yang dihasilkan oleh para pemimpin agama dalam forum ASEAN IIDC nantinya bisa diproyeksikan menjadi kebijakan, baik di tingkat ASEAN maupun di tingkat pemerintahan masing-masing negara.


"Ini yang kami maksudkan lebih politically decisive dibandingkan forum interfaith yang lain," tutur Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Misalnya, sambung Gus Yahya, soal kemelut yang terjadi di Myanmar. Ia turut menyoroti persoalan yang berlangsung di Negeri Seribu Pagoda itu.


"Satu hal yang jelas bahwa kita mengakui ada masalah di Myanmar dan masalah itu membutuhkan jalan keluar secara politik, jelas," ungkap dia. 


"Tapi, mari kita cari juga apakah mungkin kita melakukan konsolidasi sosial di antara para pemimpin komunitas agama ini untuk ikut mendorong proses menuju solusi bagi persoalan di Myanmar," imbuhnya.


Yang jelas adalah, tambah Gus Yahya, menghadapi konflik di Myanmar tidak boleh berhenti di level sekadar memprotes atau mengecam. Lebih dari itu, ia berharap melalui forum dialog antaragama tersebut, bisa menelurkan solusi yang mungkin dilakukan dan membawa pengaruh yang nyata.


Untuk diketahui, pembahasan dalam konferensi ini terbagi dalam tiga diskusi panel dengan topik yang variatif meliputi; 

  1. Rediscovering, and re-enlivening the principle, the principle of unity within diversity in ASEAN and throughout the Indo-Pacific; 
  2. Building Societal consensus regarding shared moral and spiritual values through religion, culture, and character education, in order to foster social harmony, peace, prosperity, and environmental flourishing throughout ASEAN; 
  3. The Movement for Shared Civilizational Values: 
  4. Preserving and strengthening a rules-based international order founded upon universal ethics and humanitarian values.
     


Nasional Terbaru