• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Cerita Ketum PBNU Kiai Said Jadi Aktivis PMII: Pernah Demo Ali Murtopo dan Menag Orba

Cerita Ketum PBNU Kiai Said Jadi Aktivis PMII: Pernah Demo Ali Murtopo dan Menag Orba
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj

Bandung, NU Online Jabar
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengaku pernah aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) saat ia kuliah di Institut Agama Islam Negeri (sekarang Universitas Islam Negeri) Sunan Kalijaga. Ia masuk organisasi itu sejak semester pertama pada tahun 1971.

“Ketika mahasiswa, saya tidak dianjurkan siapa-siapa. Ayah saya (KH Aqil Siroj) kan pengurus cabang (NU), jadi, saya tahu organisasi mahasiswa NU,” katanya. “Saya tak pilih-pilih lagi organisasi lain karena saya tahu PMII sejak aktif di IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, red.),” katanya di Gedung PBNU, sebagaimana pernah dimuat NU Online, pada 17 April tahun lalu.

Kiai Said bercerita, ia masuk PMII saat Ketua Pengurus Cabang PMII Yogyakarta adalah almarhum Slamet Effendy. Oleh karena itulah, ia dan Pak Slamet memiliki banyak kenangan bersama.

“Saya pernah dimarahi Pak Slamet. Saya pernah diajak demo Pak Slamet saat kedatangan Menteri Agama ke IAIN. Diajak demo lagi saat kedatangan Ali Murtopo. Waktu itu tidak semua anggota PMII diajak demo. Saya termasuk yang diajaknya. Banyak kenangan bersamanya,” katanya. “Itu konteksnya zaman Orde Baru,” imbuh Kiai Said.

Di kemudian hari, keduanya berada di pengurus puncak PBNU 2015-2020. Kiai Said sebagai ketua umum, sementara Slamet Effendy Yusuf sebagai wakil ketua umum. Namun, Pak Slamet Effendy meninggal sebelum periode masa khidmahnya usai, yakni pada 2 Desember 2015.

Menurut Kiai Said, , PMII harus tetap menjadi agen perubahan, menjadi intelektual di masa depan, yang mampu melanjutkan keilmuan tokoh-tokoh NU seperti Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).  

“Tidak boleh padam. Tidak boleh kendor. Tidak boleh surut. Malah kalau bisa lebih dari beliau-beliau. Kalaupun tidak bisa; melestarikan, melanjutkan program dan intelektual beliau-beliau,” tegasnya.

Kiai yang pernah menjadi santri Pondok Pesantren Kempek (Cirebon), Lirboyo (Kediri), dan Krapyak (Yogyakarta), menambahkan setiap anggota PMII harus yakin bahwa intelektualitas tokoh-tokoh NU adalah kebenaran. Benar dalam beragama dan benar dalam bernegara.

“Nahnu ashabul haq. Harus yakin itu,” tegas pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqofah Ciganjur, Jakarta Selatan ini.

Pewarta: Abdullah Alawi
 


Nasional Terbaru