Kuluwung

Tantangan Seni Buhun Bingbrung sebagai Media Dakwah dan Perenungan di Zaman Kekinian

Senin, 16 September 2024 | 07:43 WIB

Tantangan Seni Buhun Bingbrung sebagai Media Dakwah dan Perenungan di Zaman Kekinian

Komunitas warga Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, yang masih setia melestarikan seni buhun bingbrung di tengah tantangan kemajuan zaman. (DOK. CCL)

Seni buhun bingbrung sebagai tradisi warisan leluhur, terus berikhtiar mempertahankan eksistensinya di tengah tantangan kemajuan zaman. Sebagai kesenian tradisional yang berkembang di wilayah agraris, seni buhun bingbrung juga merupakan media penyampaian dakwah dan sarana perenungan.


Keberadaan seni buhun bingbrung di tengah lingkungan masyarakat tak sekadar untuk hiburan semata, namun menjadi sumber kekuatan perekat hubungan sosial masyarakat. Nah, masyarakat yang hingga kini masih melestarikan seni bingbrung salah satunya kelompok warga di Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung.


Salah seorang sesepuh pegiat seni bingbrung, Abah Danis mengungkapkan, sebagai media dakwah, lirik langgam seni bingbrung berasal dari Kitab Barzanji dan Zamzami. Seni bingbrung dirintis oleh leluhurnya, yakni Abah Asmareja, sejak tahun 1910


Adapun Abah Danis adalah generasi ke-5 yang kini masih eksis mempertahankan seni tradisi warisan leluhurnya itu. "Umumnya seni bingbrung tampil pada selamatan anak yang dikhitan. Selain itu, tampil di acara hajat nikahan atau pengajian muludan,” kata Abah Danis, beberapa waktu yang lalu.


Komunitas warga pegiat seni bingbrung di Ledeng saat ini ada sekitar 15 orang, ditambah 20 orang dari generasi kiwari, tetap eksis di tengah tantangan perubahan zaman. Sementara itu, menurut Abah Saripin, yang juga pegiat seni bingbrung, jenis kesenian ini tak hanya mengandung unsur estetik, namun terdapat pula unsur edukasi dan sosial.


Untaian lirik langgam dalam seni bingbrung sarat dengan nasehat dan kebijaksanaan. Sebagai media dakwah dan kontemplasi, seni bingbrung mengajak pada umat manusia untuk selalu menafakuri perannya di kehidupan alam dunia ini. “Proses edukasi dalam sajian seni bingbrung merupakan paduan olahan seni musik dan penyampaian teks Barjanzi, riwayat kenabian, tahmid, dzikir, serta berbagai nasehat kebijaksanaan kehidupan,” ujar Abah Saripin.


Waditra atau alat-alat seni bingbrung ini seperti terebangan, berjumlah 6 dengan diameter dari 40 cm hingga yang terbesar diameter 60 cm, ditambah 1 waidtra dogdog. Waditra itu ada yang sudah berusia puluhan tahun. Sajian musiknya dibangun dari harmoni tetabuhan terebang, mulai lambat atau tepak anca, lalu tepak sedang hingga tepak yang meninggi temponya. Tak sedikit mereka yang ikut ngibing atau menari dengan diiringi bingbrung.


Seni bingbrung ini tampil di rumah sahibul hajat selepas Isya hingga tengah malam, atau bahkan terkadang hingga jelang subuh. “Lagu-lagu bingbrung yang sarat petuah itu diantaranya berjudul Ya Salam, Silokat Mala, dan Ulah Kajongjonan,” tutur Abah Saripin.


Dia berharap, agar seni bingbrung yang merupakan warisan leluhur ini eksistensinya dapat terus berlangsung. Sedangkan peneliti seni bingbrung, Made Bagus Permadi Putra menjelaskan, seni bingbrung termasuk seni buhun. Ensembel kebersamaannya sangat kuat sebagai perekat ketahanan sosial masyarakat. Seni bingbrung termasuk seni tradisi yang bersifat sakral dengan perannya sebagai media kontemplasi.


“Musiknya repetitif, berulang perlahan lambat lalu meninggi temponya, membuat kita larut dan hanyut dalam meditasi yang sangat baik sebagai terapi kesehatan dan ketenangan jiwa,” ucapnya.


Di tengah gencarnya perubahan dan kemajuan zaman, seni tradisi bingbrung kini menghadapi tantangan regenerasi pelestariannya. 
Harapan akan keberlangsungan seni buhun bingbrung diungkapkan oleh seniman muda warga Ledeng, Debery, yang menyatakan kesiapannya untuk terus melestarikan keberadaan seni warisan leluhurnya itu.


“Sebagai generasi muda, insya Alllah kami siap untuk terus mempertahankan eksistensi seni buhun bingbrung warisan leluhur kami,” ujarnya. 


Rameli Agam, bergiat di Komunitas Majelis Malam Mingguan Cihanjuang.