Lentera (100 hari)
Oleh Helmi Ali
Seperti lentera yang kehabisan minyak di ujung malam
Diiringi gemerutuk lirih sumbu mengering
Nyala api meredup perlahan lalu padam
Menciptakan suasana mencekam
Di tengah kerumunan tercekik dilanda kesedihan mendalam
Suaranya lirih menyebut nama Yang Maha Agung dengan lembut dan intim
Mengiringi kepergiannya menuju keabadian
Kembali ke dalam dekapan Sang Pencipta
Dari pangkalnya dia unik terkesan usang
Seperti lentera ditempa tangan cekatan penuh kehangatan dan kasih sayang
Sinarnya lembut menerangi malam panjang
Menembus jendela membentang sejauh mata memandang
Menuntun ke sumber cahaya abadi nan agung
Tanpa menelikung, menyodok, mendakwa, membelenggu ataupun memalang
Tanpa mengenal musim penghujan ataupun musim kering
Dia sudah terkubur bertumpuk tertimbun tanah kini
Meninggalkan kesan mendalam dengan kehangatan dan pesan membumi
Memang tak perlu ada yg disesali
Setiap perjalanan berakhir diujung jalan pada satu titik
Semua punya batas dan waktu yang pasti
Tapi kebersamaan hampir tanpa jeda tanpa jera menyertai
Dalam benak membayang terpatri dalam hati
Mendatangkan rasa perih mengiris bersama bayangannya melilit diri
Bukannya tanpa cela dan tak tergantikan sekalipun terbukti teruji terpuji
Ini bukan zaman lentera antik yang unik
Ada banyak corong pengganti
Dari yang lembut dengan struktur geometris
Sampai kepada yang menyorong jalang galak dan canggih
Bersinar lebih cemerlang menerangi sekarang atau mungkin nanti
Jika tidak membakar diri sendiri
Di telan gemerlap zaman kusam tak terkendali
Karena tidak tahu diri, tidak tahu menempatkan (diri) dan (tidak tahu) membawa diri.
Bintaro 04. Juni 2023
HA
Penulis adalah Anggota Dewan Ethich Komnas Perempuan