Tradisi Ro'an di Pesantren Universal, Mengukir Jejak Para Santri
Kamis, 16 Mei 2024 | 13:02 WIB
Saat Santri dan Masyarakat Gotong Royong Membantu Pembangunan di Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Kota Bandung. (Foto: NU Online Jabar/Hasemi Fauziah).
Hasemi Fauziah
Kontributor
Ro’an, kata yang pastinya tidak asing lagi untuk kalangan pesantren. Kata ini menjadi ciri khas para santri dengan istilah “Gotong Royong” yang merupakan tradisi atau rutinitas dengan melibatkan santri dan masyarakat di sekitar lingkungan pesantren.
Kegiatan gotong royong di Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Kota Bandung ini sudah sering dilakukan terutama di hari minggu dan waktu-waktu yang lain. Seperti pada saat ada pembangunan, pengecoran yang terkait dengan pembangunan asrama, sekolah, membuang sampah, membersihkan lingkungan pesantren dan lain sebagainya.
KH Tatang Astarudin selaku Pimpinan Pondok Pesantren Mahasiswa Universal, menyampaikan terimakasih banyak terutama kepada para santri yang telah menjadi bagian dari ma'had Universal.
“Terimakasih kepada semua pihak, terutama para santri yang telah menjadi bagian dari ‘jejak’ perjuangan Universal, semoga Allah Swt membalas dengan keberkahan pahala, kebaikan dan kemuliaan dunia akhirat,” terang Kiai Tatang melalui akun Facebooknya, Sabtu (3/2/2024) lalu.
“Meskipun pengasuh sedang tidak ada di pesantren, ngecor jalan terus, karena ‘penggerak’ mahad universal adalah ‘santri.’ Meskipun kampus sedang libur, kegiatan di ma'had Universal tidak libur. Walaupun cuaca cukup terik hal itu tidak menyurutkan semangat santri dan semua yang terlibat dalam kegiatan itu untuk terus bahu-membahu menyelesaikan pengecoran tersebut.
Selain itu, ro'an juga mengajarkan pada santri untuk menerima perbedaan yang niscaya. Tak peduli berasal dari suku apa, tak peduli orang tuanya berprofesi sebagai apa, semua melebur dalam harmoni gotong royong. Tanpa sadar hal tersebut dapat bersosialisasi dengan rekan sejawatnya serta dapat bekerjasama untuk menciptakan suasana lingkungan pesantren yang bersih dan asri.
Kemudian, Abi Tatang sapaan akrabnya, memberikan sebuah kisah seorang anak muda dengan kakek tua yang sedang menanam pohon. Anak muda bertanya,
”Untuk apa kakek menanam sesuatu yang kakek sendiri mungkin tidak akan menikmati hasilnya?
Kakek tua itu menjawab. ”Apakah yang kamu makan sekarang adalah hasil dari yang engkau tanam sendiri?”
Ayo terus "Menanam jejak"
Hidup sejatinya bukan semata aktivitas mengukur jarak; Jarak tempuh perjalanan maupun jarak waktu kehidupan.
Sejatinya hidup adalah aktivitas mengukir jejak, jejak kebaikan dan akhlak. Jejak kemanfaatan bagi sesama dan jejak indah menyenangkan dengan siapapun yang pernah berjumpa dan bekerjasama.
Hasemi Fauziah, salah seorang Santri Putri Pondok Pesantren Mahasiswa Universal
Terpopuler
1
Saat Kata Menjadi Senjata: Renungan Komunikasi atas Ucapan Gus Miftah
2
Susunan Kepanitiaan Kongres JATMAN 2024: Ali Masykur Musa Ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana
3
Sungai Cikaso Meluap Akibat Tingginya Intensitas Hujan, Ratusan Rumah Terendam hingga Sejumlah Kendaraan Terbawa Arus
4
STKQ Al-Hikam Depok Gelar Lomba MHQ dan Debat Internasional, Ini Cara Daftarnya
5
Tanah Bergerak di Kadupandak Cianjur: LPBINU Jabar Turun Tangan Bantu Korban
6
Keabsahan Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Ibadah Shalat
Terkini
Lihat Semua