• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Kota Bandung

Syarat Utama Menjadi Dai Menurut Syekh Ali Ibrahim Abdullah Al-Azhar Mesir 

Syarat Utama Menjadi Dai Menurut Syekh Ali Ibrahim Abdullah Al-Azhar Mesir 
Ketua Delegasi Ulama Al-Azhar Mesir di Indonesia Syekh Dr Ali Ibrahim Abdullah (Foto: NUJO/Agung)
Ketua Delegasi Ulama Al-Azhar Mesir di Indonesia Syekh Dr Ali Ibrahim Abdullah (Foto: NUJO/Agung)

Bandung, NU Online Jabar 
Ketua Delegasi Ulama Al-Azhar Mesir di Indonesia Syekh Dr Ali Ibrahim Abdullah menjelaskan bahwa ada syarat-syarat tertentu untuk menjadi seorang dai, pendakwah atau muballigh. Seorang dai baik laki-laki ataupun perempuan, baik besar ataupun kecil harus mempunyai syarat utama yakni rahmah atau kasih sayang. 

 

Hal itu diungkapkannya dalam acara pelatihan dai-daiyah dan imam masjid yang diselenggarakan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Barat di Aula lantai 3 Gedung Dakwah PWNU Jabar pada Senin (27/06/2022). 

 

Syekh Ali mengatakan seorang dai harus mempunyai rahmah atau kasih sayang dalam perkataanya, dia harus mempunyai kemampuan berkata yang ramah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

 

Syekh Ali menceritakan bahwa pada suatu ketika ada sebuah pengkhianatan dari Bani Quraizhah, mereka mengkhianati perjanjian bersama Rasulullah Saw. Bani Quraizhah ini merupakan salah satu bani dari bani Yahudi di Madinah. 

 

Mereka mempunyai kesepakatan bersama Rasulullah Saw tetapi mereka mengkhianatinya sampai pada suatu saat ada perkataan ‘Apabila kamu menghujam atau menusuk Rasulullah Saw dari depan maka saya akan menusuk dia dari belakang’. Namun, pada saat itu terjadi sesuatu yang sangat luar biasa, tiba-tiba dingin melanda sampai-sampai unta pun menggigil kedinginan dan akhirnya salah seorang dari mereka berkata ‘kita akan menyerang Muhammad tahun depan saja’. 

 

Rasulullah kemudian menyuruh para sahabat untuk menyerang Bani Quraizhah bersama-sama. Tapi, kata Syekh Ali, yang menjadi fokus dalam cerita ini adalah perkataan Rasulullah Saw berikut: 

 

Rasulullah Saw berkata kepada para jamaahnya bahwasanya ‘Tidak boleh ada yang shalat Ashar kecuali shalat Asharnya di Bani Quraizhah’. Namun, pada saat itu para jamaah ternyata sebagian sudah sampai Bani Quraizhah dan sebagian lagi masih dalam perjalanan tapi sudah masuk waktu mau maghrib. 

 

Akhinya mereka berijtihad, sebagian dari mereka memilih taat untuk melaksanakan shalat Ashar di Bani Quraizhah sesuai perintah Rasulullah Saw sebagiannya lagi memilih untuk shalat Ashar di tengah perjalanan. 

 

Kaum Muslim pada saat itu terbagi menjadi dua golongan, mereka yang memilih shalat Ashar di Bani Quraizhah dan mereka yang memilih shalat Ashar di tengah perjalanan. Kemudian apa yang dilakukan oleh Rasulullah?

 

Rasulullah tidak menyalahkan salah satunya, Rasulullah juga tidak menyalahkan keduanya karena ia tahu niat dari keduanya, yang satu taat kepada Rasulullah dan yang satu taat kepada waktu shalat.

 

“Inilah salah satu dari syarat bagaimana menjadi salah seorang dai, dan itu menjadi salah satu syarat menjadi seorang dai, dan itu menjadi salah satu dasar dari wasathiyah. Oleh karena itu wasathiyah adalah rahmah, wasathiyah itu adalah yasad (mudah), wasathiyah harus dicintai, itulah wasathiyah kita berada di tengah-tengah,” tuturnya. 

 

Oleh karena itu, Syekh Ali berpesan agar kalian para dai harus mempunyai sikap wasathiyah yang mana ini adalah manhaj para nabi sebelum-sebelumnya juga. 

 

“Sekarang, kita banyak sekali melihat perbedaan-perbedaan, orang-orang yang berlebihan dalam beragama Islam dan terjadilah bagaimana kehancuran di berbagai negara, itu terjadi karena mereka tidak menggunakan wasathiyah dalam beragama,” ujarnya. 

 

“Oleh karena itu kalau kalian ingin damai dunia ini maka kita harus menggaungkan wasathiyah di dunia ini karena itu adalah jalan satu-satnya untuk menuju rahmah dan Allah menunjukkan itu sebagai tanda bahwa Islam adalah agama yang membuat kemakmuran bukan kehancuran,” tandasnya. 

 

Pewarta: Agung Gumelar


Kota Bandung Terbaru