Savic Ali: Literasi Digital, Langkah Penting Menyongsong Seabad NU
Dalam beberapa tahun terakhir urusan digital tidak bisa lepas dari kehidupan umat manusia. Sebanyak 200 juta penduduk Indonesia menggunakan internet setiap harinya. Namun, hal ini bertolak belakang dengan masih banyaknya kelompok yang belum menguasai literasi dan teknologi digital serta infrastruktur digital di daerah yang masih belum cukup baik.
Demikian dikatakan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Pendidikan dan Hukum, Mohamad Syafi’ Alielha (Savic Ali) pada siaran langsung Kick off Literasi Digital: Menyongsong 1 Abad Nahdlatul Ulama di TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Kamis (7/7/22).
Savic menyadari bahwa di kalangan Nahdliyin pun masih banyak kelompok-kelompok yang belum menguasai literasi dan teknologi digital. Oleh karena itu, menurutnya, program Literasi Digital: Menyongsong 1 Abad Nahdlatul Ulama yang digagas Pengurus Besar Nahdlatul Ulama merupakan respons penting yang memang harus dilakukan.
“Program ini saya kira sebuah respons yang memang penting dan harus kita lakukan untuk melanjutkan perjuangan-perjuangan NU di masa yang akan datang, bukan hanya dalam soal keagamaan tapi juga dalam soal sosial, politik, budaya dan yang lain-lain,” ujar Savic.
Savic mengatakan bahwa peran teknologi dalam kehidupan manusia menjadi penting dalam memberikan kemudahan. “Sekarang kita sudah merasakan betapa adanya YouTube membuat kita mudah mengikuti pengajiannya Gus Baha, mengikuti pengajian Gus Mus, dan yang lain-lain. Kalau tidak ada, mungkin kita akan kesulitan,” katanya.
“Saya kira ini bukti bahwa teknologi itu betul-betul punya dampak yang luar biasa dalam hidup kita manusia,” imbuhnya.
Mengutip kutipan wawancara Walter Isaccson dalam bukunya The Innovators, Savic mengatakan bahwa ‘teknologi digital hari ini mempengaruhi masyarakat lebih besar daripada politik, mengubah masyarakat lebih cepat daripada kebijakan politik, tanpa adanya sangsi, paksaan, aturan, dan macam-macam’.
“Kita bisa merasakannya semua hari ini, maka saya kira siang ini kita sudah memberi respons yang baik. Dan kalau ini berjalan sesuai harapan dengan melibatkan sekian lembaga, ada Lakpesdam, LTNU, RMI, LDNU, dan beberapa lembaga yang lain, saya kira kita akan bisa mempercepat proses peningkatan pengetahuan atau skill pengetahuan dari kalangan Nahdliyin dan sekaligus memperpendek jarak yang masih terjadi di Indonesia,” paparnya.
Jika itu terwujud, lanjut Savic, pada dasarnya kita juga memperjuangkan keadilan bagi seluruh kelompok, karena mereka yang gep-nya masih jauh tertinggal di belakang berarti mereka belum menikmati keadilan.
Padahal, kata dia, kita hidup di negara ini sebagai warga negara yang pada dasarnya adalah punya hak sama dan negara wajib memberi layanan kepada semua kelompok dimana pun dia berada.
Savic berharap, meski dengan jangka waktu yang singkat program ini betul-betul berhasil dan dapat dirasakan manfaatnya oleh segenap warga Nahdliyin dan pada gilirannya akan berdampak pada kemajuan dan kebaikan Indonesia.
“Gus Yahya Staquf berkali-kali mengingatkan bahwa keberadaan kita di PBNU atau kepengurusan NU secara umum adalah tak lain tak bukan untuk khidmat kepada warga, dan saya kira 3 atau 4 bulan ke depan kita harus bisa membuktikan bahwa waktu yang kita miliki, otoritas yang kita miliki benar-benar menjadi wujud bukti kita berkhidmat yang memberi dampak pada kebaikan masyarakat Nahdliyin dan masyarakat Indonesia pada umumnya,”
Pewarta: Agung Gumelar