• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Kota Bandung

Ketua LPBINU Jabar: Isu Perubahan Iklim Bukan Lagi Soal Global Warming

Ketua LPBINU Jabar: Isu Perubahan Iklim Bukan Lagi Soal Global Warming
Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Barat, Dadang Sudardja. (Foto: NU Online Jabar/Agung)
Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Barat, Dadang Sudardja. (Foto: NU Online Jabar/Agung)

Bandung, NU Online Jabar
Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Barat, Dadang Sudardja mengatakan bahwa saat ini isu perubahan iklim bukan lagi berbicara tentang global warming (pemanasan global). Menurutnya, isu perubahan iklim sudah bergeser pada peningkatan suhu yang terjadi di banyak belahan dunia.


“Beberapa negara seperti India, China, Amerika, Spanyol, Prancis dan yang lainnya mengalami peningkatan suhu yang sangat luar biasa. Mereka mengalami satu musim kemarau panjang yang menyebabkan itensitas suhu naik sekian puluh derajat dan mengakibatkan korban jiwa,” ungkapnya kepada NU Online Jabar, Senin (26/2/2024).


Wa Dadang, sapaan akrabnya mengungkapkan bahwa pada konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC) yakni perjanjian lingkungan internasional yang dirundingkan pada KTT Bumi di Rio de Janeiro tanggal 3 sampai 14 Juni 1992 menghasilkan kesepakatan bahwa peningkatan suhu tidak boleh melebihi 2 derajat celcius.


“Dari sini berkembang bahwa semua negara itu berkewajiban mempertahankan bagaimana agar tidak sampai pada peningkatan suhu 2 derajat celcius. Sementara itu, sekarang ini sudah hampir terlampaui dan itu dianggap bahwa ini sebuah ancaman yang serius,” ungkapnya. 


Ia menambahkan, peningkatan suhu yang terjadi di berbagai belahan dunia ini akan berdampak pada daya tahan kehidupan baik manusia, flora, dan fauna. “Pemanasan suhu ini juga akan berdampak pada kesehatan anak dan ibu hamil yang memiliki tingkat kerentanan dari aspek fisik. Itu juga ancamannya,” terangnya.


“Ini juga ada kaitannya dengan kebutuhan dasar yakni air. Sanitasinya buruk, pemenuhan air bersihnya kurang, dan apabila itu dikonsumsi oleh ibu hamil akan berdampak pada janin yang di kandungnya. Nah itu akan berakibat misalnya seperti sekarang kasus stunting,” ucapnya.


Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini organisasi lingkungan dunia mendorong pemerintah untuk melakukan mitigasi ancaman yang konkrit, misalnya soal perubahan lanscape tata ruang yang harus disesuaikan dengan daya dukung.


LPBINU sendiri, lanjutnya, sebagai lembaga yang berada di bawah Nahdlatul Ulama ingin mendorong peran organisasi untuk memitigasi umatnya yang harus juga memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang perubahan iklim yang terjadi sekarang.


“Kita harus merumuskan strategi secara nasional. Nahdlatul Ulama harus terlibat sebagaimana visi NU di abad kedua yakni Merawat Jagat, Membangun Peradaban. Ini yang harus implementatif sehingga benar-benar menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ujarnya.


Menurutnya, tokoh-tokoh agama memiliki peran penting dan harus juga memahami persoalan itu. Sehingga misalnya, mereka akan menjadi garda terdepan dalam turut andil mencegah ancaman perubahan iklim.

Pewarta: Agung Gumelar


Kota Bandung Terbaru