Kota Bandung

GKI Guntur dan LPBINU Kota Bandung Jalin Kerja Sama Strategis untuk Pengurangan Risiko Bencana

Selasa, 26 November 2024 | 10:25 WIB

GKI Guntur dan LPBINU Kota Bandung Jalin Kerja Sama Strategis untuk Pengurangan Risiko Bencana

​​​​​​​Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana di Kota Bandung, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Guntur bekerja sama dengan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Kota Bandung. (Foto: NU Online Jabar)

Bandung, NU Online Jabar
Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana di Kota Bandung, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Guntur bekerja sama dengan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Kota Bandung. Pertemuan yang berlangsung pada 23 November 2024 di Kantor GKI Guntur, Kelurahan Malabar, Kecamatan Lengkong, membahas langkah-langkah strategis untuk edukasi dan mitigasi bencana.


Hadir dalam pertemuan tersebut Bapak Asep Andi Rahmat, Sekretaris Umum Majelis Jemaat GKI Guntur sekaligus anggota Pengembangan Kesaksian Pelayanan (PKP) GKI Sinode Wilayah Jawa Barat, serta Ibu Yanti Sijabat, guru Sekolah Minggu GKI Guntur dan anggota Komisi Dewasa Klasis Bandung. Dari LPBINU Kota Bandung hadir Arief Agus T, selaku Ketua LPBINU.


Diskusi berlangsung dalam suasana hangat, membahas potensi gempa akibat patahan Lembang serta pentingnya sinergi lintas agama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. "Peran institusi keagamaan sangat penting dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana. Kerja sama lintas agama dan lembaga, serta komunikasi dengan pemerintah, perlu terus diperkuat," ungkap Asep Andi Rahmat.


Kerja sama antara GKI Guntur dan LPBINU sebenarnya bukan hal baru. Keduanya pernah bekerja sama menyalurkan bantuan kemanusiaan saat gempa Cianjur dua tahun lalu. Berdasarkan pengalaman tersebut, mereka kini berupaya melangkah lebih jauh melalui edukasi dan sosialisasi kesiapan menghadapi bencana.


"Kami ingin fokus pada kesiapan pra-bencana melalui berbagai edukasi dan sosialisasi, agar masyarakat memiliki kapasitas menghadapi ancaman bencana," tambah Asep.


Arief Agus T dari LPBI NU menekankan pentingnya belajar dari negara seperti Jepang, yang mampu meminimalkan korban jiwa dalam bencana besar. "Pendidikan kebencanaan sejak dini adalah kunci. Selain itu, dialog lintas agama bisa menjadi langkah strategis untuk mencegah bencana sosial seperti konflik berbasis SARA," ujar Arief.


Yanti Sijabat juga menggarisbawahi pentingnya pendidikan kebencanaan untuk anak-anak. "Mereka adalah komunitas paling rentan dan membutuhkan perlindungan khusus. Pendidikan kebencanaan harus dilakukan sejak dini dengan metode yang menyenangkan, seperti simulasi," ujarnya.


Sebagai langkah awal, kedua pihak sepakat mengadakan sosialisasi kesiapsiagaan bencana melalui komunitas jamaah masjid dan gereja. Program ini diharapkan dapat mulai terlaksana sebelum Natal dan Tahun Baru.


​​​​​​​LPBINU Kota Bandung berkomitmen untuk terus menjalin sinergi dengan berbagai kelompok agama dan lembaga lainnya dalam menghadapi potensi bencana serta krisis iklim di Kota Bandung. "Kerja sama lintas agama dalam mitigasi bencana bukan hanya solusi praktis, tetapi juga mempererat hubungan sosial antarumat beragama," pungkas Arief.