• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 17 Mei 2024

Keislaman

SHOLAWAT

Keistimewaan Sholawat Jauharatul Kamal Syekh At-Tijani yang Didikte Langsung Rasulullah Saw

Keistimewaan Sholawat Jauharatul Kamal Syekh At-Tijani yang Didikte Langsung Rasulullah Saw
Teks Sholawat Jauharatul Kamal Syekh At-Tijani. (Foto NU Online Jabar).
Teks Sholawat Jauharatul Kamal Syekh At-Tijani. (Foto NU Online Jabar).

Bandung, NU Online Jabar
Imam Ahmad bin Muhammad bin al-Mukhtar bin Ahmad asy-Syarif Abul Abbas at-Tijani atau lebih dikenal sebagai Imam Ahmad at-Tijani merupakan sosok ulama yang sudah tidak asing bagi kalangan umat Muslim di Indonesia. Ia merupakan sosok pendiri tarekat Tijaniyah yakni salah satu dari Tarekat Muktabarah Indonesia atau yang diakui keabsahannya. 


Imam Ahmad at-Tijani lahir di Kota Maghrib pada tahun 1150 H/1737 M dan wafat di Fez Maroko pada tahun 1230 H/1815 M. Ia merupakan sosok ulama yang diakui sangat luas pemahamannya dalam ilmu fikih sehingga tak heran gelar al-faqih pun disematkan pada namanya. 


Belum banyak diketahui bahwa ia juga merupakan sosok ulama yang mahsyur sebagai penulis dan penyusun sholawat kepada Rasulullah Saw. Salah satu karyanya di bidang ini adalah sholawat jauharatul kamal.


Berikut bacaan teks Arab, Latin dan terjemah sholawat jauharatul kamal Syekh At-Tijani


اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  وَعَلَى أَلِهِ صَلَاةً تَعْدِلُ جَمِيْعَ صَلَوَاتِ أَهْلِ مَحَبَّتِكَ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ سَلَامًا يَعْدِلُ سَلَامَهُمْ


Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi shalatan ta’dilu jami’a shalawati ahli mahabbatika wa sallim ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi salaman ya’dilu salamahum 


Artinya, “Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya, berupa shalawat (rahmat) yang setara dengan semua shalawat orang-orang yang mencintai-Mu, dan (limpahkanlah) keselamatan atas junjungan kami Nabi Muhammad, dan keluarganya, berupa keselamatan yang setara dengan keselamatan mereka.”


Sejarah dan Keutamaan 

Shalawat Jauharul Kamal pada hakikatnya tidak memiliki sejarah yang serius dan khusus, bahkan shalawat ini bukanlah shalawat murni yang ditulis dan disusun oleh Imam Abul Abbas at-Tijani, namun merupakan bacaan dikte yang disampaikan oleh Rasulullah kepadanya. 


Dalam sejarahnya, ia tidak hanya bisa bertemu dengan Rasulullah di waktu tidur (mimpi) saja, namun juga sering didatangi di waktu ia terbangun (yaqzhah). Bahkan, di tempat ia menyendiri (khalwah), juga sangat sering bersama Rasulullah. 


Hubungan dekat itu akhirnya menjadi penyebab di balik adanya shalawat Jauharatul Kamal. Tepat dalam suatu kesempatan, Rasulullah mengajarkan shalawat ini kepadanya secara langsung dan nyata, bukan dalam mimpi, sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Yusuf an-Nabhani,


 هَذِهِ الصَّلَوَاتُ لِلْوَلِي الْكَبِيْرِ سَيِّدِيْ أَبِي الْعَبَّاسِ أَحْمَدْ اَلتِّجَانِي تُسَمَّى جَوْهَرَةَ الْكَمَالِ. وَقَدْ ذُكِرَ أَنَّ النَّبِي أَمْلَأَهَا عَلَيْهِ يَقْظَةً 


Artinya, “Shalawat ini adalah milik wali agung, Sayyid Abul Abbas Ahmad at-Tijani, yang dikenal Jauharatul Kamal. Dan, sungguh telah disebutkan bahwa Nabi Muhammad telah mendiktekannya kepadanya (at-Tijani) di waktu terbangun.” (Yusuf an-Nabhani, Sa’adatud Darayn fis Shalati ‘ala Sayyidil Kawnayni, [Beirut, Darul Kutub al-‘Ilmiah: 2010], halaman 43). 


Keutamaan Shalawat Jauharatul Kamal 

Sebagaimana jamak diketahui bersama, orang yang membaca shalawat akan mendapatkan pahala yang pasti dari Allah, bisa mendapatkan syafaat dari Rasulullah, termasuk shalawat Jauharatul Kamal di atas. Akan tetapi, shalawat ini juga memiliki keistimewaan dan keutamaan selain yang telah disebutkan, bahkan keistimewaan ini disebutkan secara langsung oleh Rasulullah, sebagaimana penjelasan Syekh Yusuf an-Nabhani dalam kitabnya,


 ذُكِرَ أَنَّ لَهَا خَوَاصٌ مِنْهَا: أَنَّ مَنْ قَرَأَهَا سَبْعًا فَأَكْثَرَ يَحْضُرُهُ رُوْحُ النَّبِي وَالْخُلَفَاءُ الْأَرْبَعَةُ. وَمِنْهَا: أَنَّ مَنْ لَازِمَهَا أَزْيَدَ مِنْ سَبْعِ مَرَّاتٍ يُحِبُّهُ النَّبِي مَحَبَّةً خَاصَةً وَلَا يَمُوْتُ حَتَّى يَكُوْنَ مِنَ الْأَوْلِيَاءِ 


Artinya, “Dikatakan, bahwa (shalawat Jauharatul Kamal) memiliki beberapa keistimewaan, di antaranya: siapa yang membacanya sebanyak 7 kali atau lebih banyak, maka ruh Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin yang empat (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) akan menghadirinya. Keistimewaan lainnya, yaitu: siapa yang membiasakan (membaca)nya melebihi 7 kali, maka akan dicintai nabi dengan cinta khusus, dan ia tidak akan mati hingga menjadi bagian dari wali (kekasih) Allah.” (Yusuf an-Nabhani, 43). 


Dalam referensi yang lain, Syekh Shalahuddin mengatakan bahwa shalawat singkat ini memiliki keistimewaan yang keutamaan dan pahalanya setara dengan membaca shalawat shalawat Dalailul Khairat sebanyak 70 ribu, bahkan melebihinya. Ia mengatakan:


 وَهَذِهِ الصَّلَاةُ مَنْ صَلَّى بِهَا مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ دَلَائِلَ الْخَيْرَاتِ سَبْعِيْنَ أَلْفِ مَرَّةٍ وَهِيَ: اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  وَعَلَى أَلِهِ صَلَاةً ... الخ 


Artinya, “Shalawat ini, siapa yang bershalawat dengannya satu kali, maka sebanding dengan membaca Dalailul Khairat 70 ribu kali, yaitu: Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammadin….” (Syekh Shalahuddin, Kasyful Ghuyum ‘an Ba’di Asraril Qutbil Maktum, [Darut Taisir: 1999], halaman 407).


Keislaman Terbaru