• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Keislaman

Kajian Kitab Tijan Darori: Bagian II

Kajian Kitab Tijan Darori: Bagian II
Kajian Kitab Tijan Darori: Bagian II. (Foto: NU Online Jabar)
Kajian Kitab Tijan Darori: Bagian II. (Foto: NU Online Jabar)

اِبْرَاهِيْمُ اَلْبَاجُورِى

yaitu Syaikh Ibrāhīm al-Bājūrī

Penjelasan:

BurhanuddinIbrahim al-Bajuri bin Syaikh Muhammad al-Jizawi bin Ahmad atau yang kerap disapa dengan panggilan SyaikhIbrahim al-Bajuri lahir di desa Bajur dari provinsi al-Munufiya Mesir, pada tahun 1198 H/1783 M. Sejak kecil beliau telah hidup dalam kalangan orang shaleh karena orang tua beliau juga merupakan seorang ulama yang alim dan shaleh. beliau meninggal duani pada hari kamis tanggal 28 dzulqa`idah tahun 1276 H bertepatan pada 19 juli 1860 M (https://www.laduni.id/post/read/49222/mengenal-syekh-ibrahim-al-bajuri)


ذُو التَّقْصِيْرِ 

yang memiliki sifat lalai

Penjelasan:

Maksud dzu al-Taqshir adalah penuh dengan kerendahan hati dan kehati-hatian bukan maksud gegabah tapi khasyi’an mutawadhi’an maka mushanif berada pada derajat yang tinggi di sisi Allah. Kalau ingin disebut tawadhu’ namanya riya.

طَلَبَ مِنِّى بَعْضُ الإِخْوَانِ

Beberapa dari saudara-saudaraku telah memohon kepadaku

Penjelasan:

Dalam hal ini mushanif menjelaskan kronologi menyusun kitab Tijan, yakni dipinta ikhwan se-agama untuk menyusun ‘aqaidul iman. Ilmu yang dipinta lebih intim dan lebih urgen sebagaimana keterangan (al-ilmu khaza’inu wa miftahuha al-Su’al) ilmu itu ibarat gudang dan kuncinya adalah bertanya. Dalam nomenklatur fikih kalau saudara sekandung menggunakan lafadz ikhwatun untuk saudara-saudara laki-laki dan menggunakan lafadz akhawatun untuk saudari-sari perempuan

أَصْلَحَ اللهُ لِى وَلَهُمْ الْحَالَ وَالشَّأنَ

semoga Allah memberi kebaikan kondisi dan urusan padaku dan pada mereka

Penjelasan:

Kalimat tersebut Jumlah du’aiyyah agar para ikhwan senantiasa memberikan kemashlahatan situasi kondisi dan setiap urusan kepada diri mushanif dan para ikhwan.

أَنْ أَكْتُبَ لَهُ رِسَالَةً

agar aku menuliskan untuk mereka sebuah risalah

Penjelasan:

Pernyataan ini merupakan bentuk permintaan dari para ikhwan, agar mushanif menyusun kitab kecil yang membahas tentang sifat-sifat ketuhanan dan yang lainnya.

تَشْـتَمِلُ عَلَى صِفَـاتِ الْمَوْلى وَاضْدَادِهَـا

yang memuat sifat-sifat wajib (sesuatu yang tidak dapat diterima akal ketidak adaannya) dan sifat kebalikannya (sesuatu yang tidak dapat diterima akal adanya)

Penjelasan: 

Maksudnya adalah risalah kecil yang memuat sifat-sifat yang wajib bagi Allah Swt dan sifat kebalikannya, yakni sifat-sifat yang mustahil bagi Allah Swt.

ومَا يجوز فِى حَقِّه تعالى

serta hal-hal yang boleh dalam ḥaq Allah SWT.

Penjelasan:

Maksudnya bahwa Allah mumkin menciptakan seluruh mumkinul wujud.

وَعَلَى مَا يَجِبُ فِى حَقِّ الرَّسُولِ

Serta sifat yang wajib bagi para Rasul

Penjelasan:

Maksudnya risalah tersebut memuat pembahasan tentang sifat yang mesti ada pada diri rasul yakni shidiq, amanah, tablig dan fathonah.

وَمَا يَسْتَحِيْلُ فِى حَقِّهِمْ وَمَا يَجُوزُ 

Dan juga sifat yang mustaḥīl (sesuatu yang tidak bisa diterima akal adanya) serta yang boleh dalam ḥaqq para Rasūl.

Penjelasan:

Risalah tersebut juga memuat sifat yang mustahil ada pada diri Rasul yakni, khidzib, khiyanat, kitman dan bildah. Serta memuat sifat yang jaiz bagi Rasul yakni sifat-sifat kemanusiaan. Jadi permintaan para ikhwan berjumlah 50 yakni 20 sifat yang wajib bagi Allah dan 20 yang mustahil bagi-Nya. 1 sifat yang jaiz bagi Allah. 4 sifat wajib bagi Rasul dan 4 yang mustahi bagi Rasul dan 1 yang jaiz bagi Rasul.  

فَأَجَبْـتُهُ اِلى ذلِكَ فَقُلْتُ وَبِاللهِ التَّوْفِيْقُ

Maka, aku pun mengabulkan permohonan mereka – hanya kepada Allah aku memohon pertolongan

Penjelasan:

Maksudnya: Mushanif mengabulkan usul atau permintaan ba’dhul ikhwan tersebut yakni untuk menyusun risalah ini (Tijan) Ucapan wa billahi at-tawfiq, merupakan pembebasan diri dari merasa memiliki kemampuan di luar pertolongan Allah SWT. (I’jabul mar’I ‘an nafsihi)

 

KH Ramdan Fawzi. Wakil Katib Syuriyah PWNU Jawa Bara


Keislaman Terbaru