Kabupaten Cirebon

Fiks, Haul Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren Bakal Digelar 3 Agustus 2024

Jumat, 23 Februari 2024 | 20:25 WIB

Fiks, Haul Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren Bakal Digelar 3 Agustus 2024

Buntet Pesantren Cirebon. (Foto: buntetpesantren.org)

Cirebon, NU Online Jabar
Peringatan Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren tahun ini akan diselenggarakan pada 3 Agustus 2024 atau bertepatan dengan 28 Muharram 1446 H.

 

Informasi tersebut disampaikan langsung Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren Cirebon, KH Salman Al Farisi melalui unggahan video di media sosial Instagram @buntetpesantren.

 

“Para alumni, muhibbin, dan masyarakat khususnya Pondok Buntet Pesantren Cirebon dan sekitarnya, saya selaku ketua YLPI Buntet Pesantren memberitahukan bahwa berdasarkan hasil musyawarah para masyayikh, dewan sesepuh Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren pada tahun ini pada tanggal 3 Agustus 2024 atau bertepatan dengan tanggal 28 Muharram 1446 H,” tutur Kiai Salman dalam video tersebut, Kamis (22/2/2024).

Lebih lanjut, Kiai Salman meminta doa kepada para alumni, muhibbin dan masyarakat agar acara Haul dapat berjalan dengan lancar.

 

“Kepada seluruh alumni, muhibbin dan masyarakat kami memohon doa dan dukungannya, mudah-mudahan acara Haul almarhumin sesepuh dan warga Pondok Buntet Pesantren di tahun ini akan berjalan dengan lancar dan sukses sesuai dengan apa yang diharapkan,” ucapnya.

 

Untuk diketahui, Pondok Pesantren Buntet adalah salah satu pesantren yang menjadi poros kaum NU di Jawa Barat. Letaknya ada di Cirebon. Pesantren ini adalah perintis NU di Cirebon dan Jawa Barat, melahirkan tokoh-tokoh besar seperti KH Abdullah Abbas, KH Mustahdi, KH Mustamid, dan Iain-lain. 

 

Pesantren ini juga menjadi pusat penyebaran dua tarekat di Jawa Barat, yaitu Syatariyah dan Tijaniyah. Pesantren ini dikenal sebagai pesantren pencetak santri-santri nasionalis yang sangat dihormati di Jawa Barat dan di kalangan NU karena mengajarkan sejarah kebangsaan Indonesia dalam kurikulumnya.

 

Sejarah Pesantren Buntet dimulai oleh Mbah Muqayyim (KH Muqayyim bin Abdul Hadi), seorang Mufti Besar Kesultanan Cirebon. Mbah Muqayyim bersikap non-kooperafif terhadap penjajah Belanda. Dia kemudian meninggalkan kesultanan dan merintis pesantren bernama Pondok Pesantren Buntet, pada 1758 setelah berpindah-pindah karena diintai dan dikejar Belanda selama delapan tahun.

 

Masa perintisan dan pembentukan pesantren dilakukan dalam dua generasi, yaitu Mbah Muqayyim dan KH Muta'ad. Pada masa KH Muta'ad ini, ada anaknya yang membantunya mengembangkan pesantren bernama KH Anwaruddin al-Kiryani, yang kemudian disebut sebagai Buyut Kiryan. Ki Buyut Kiryan inilah yang membawa tarekat Syatariyah ke Pesantren Buntet, dan sempat memimpin pesantren sebelum akhirnya berpindah menjadi penghulu keraton.

 

Masa pengembangan kemudian dilakukan pada kepemimpinan KH Jamil (1842-1919). Kajian-kajian Kitab Kuning dilakukan secara teratur meliputi kitab-kitab kelas tinggi, yaitu Fath al-Wahhab, Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, AIfiyah, Syudzur adz-Dzahab. Setelah KH Jamil, kepemimpinan dilanjutkan KH Abbas, dan pada masanya pesantren terlibat dalam perang melawan Belanda. 

 

Sehingga selain menjadi pusat spiritual, Pesantren Buntet juga menjadi pusat politik dan pendidikan.Pada masa KH Abbas -yang menjadi sahabat karib sekaligus murid KH Hasyim Asy’ari di Tebuireng-mata pelajaran ditambah, di antaranya geografi, bahasa Indonesia, ilmu alam, dan sejarah kebangsaan. Dengan pelajaran-pelajaran inilah, kemudian Pesantren Buntet berusaha mencetak kader-kader bangsa. 

 

Pada masa KH Abbas ini pula tarekat Tijaniyah masuk dan berkembang. Meski awalnya di kalangan NU tarekat ini menimbulkan perdebatan, akhirnya diterima sebagai bagian dari tarekat yang sah pada Kongres NU ke-6 tahun 1931 di Cirebon.Setelah KH Abbas, kepemimpinan pesantren dilanjutkan KH Mustahdi Abbas, dan kemudian dilanjutkan KH Mustamid Abbas dan KH Abdullah Abbas. 

 

Sekarang (tahun 2017)  kepemimpinan dipegang KH Nahduddin Abbas. Pengelolaan pesantren yang awalnya semua dipimpin kiai, diubah menjadi pengelolaan berbentuk yayasan yang bernama Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Pondok Pesantren Buntet Cirebon. Salah satu tugas yayasan ini adalah mengelola dan menyelenggarakan pendidikan formal dan non-formal.

 

Dalam pengelolaan pendidikan, Pesantren Buntet memiliki asrama sebagai tempat tinggal santri. Awalnya, asrama tempat tinggal santri berada di Pondok Pesantren Buntet dalam satu blok, yaitu di depan Masjid Jami’ Kampung Pesantren Buntet. Nama-nama asrama memakai huruf abjad, yaitu Asrama A, Asrama B, Asrama C, dan sampai Asrama K. 

 

Di samping itu, juga ada asrama-asrama dengan nama daerah tertentu. Asrama-asrama ini kemudian dibongkar karena sudah tua, dan para santri diserahkan pada kiai pengasuh masing-masing yang kemudian memiliki asrama-asrama, yang berlanjut hingga kini.

 

Asrama-asrama ini sekarang dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu pondok pesantren 1, 2, dan 3 yang dihuni ribuan santri. Di pondok pesantren 1 ada al-lstiqamah, al-Falahiyah al-Futuhiyah, KH Abdullah Syifa', as-Syakirah, al-Inayah al-Hikmah, PP. al-Ishlah, al-Hikmah Sebrang, al-Falah, al-Firdaus, dan asy-Syubaniyah al-lslamiyah. 

 

Di pondok pesantren 2 ada Nadwatul Banin, an-Nur, al-Hidayah, al-Khair, Darul Hijrah I, Darul Hijrah ll, al-Mamun, al-Arwani, al-lstiqamah II, al-lnayah, dan Darussalam. Di pondok pesantren 3 ada al-lkhlas, al-Muttaba, al-Fatih, Darul Amanah, al-Anwar az-Zahidi, Habbi llmi, al-Anwar, al-Murtadha, al-Khiyarah, al-Mustahdiyah, dan al-Hikmah KH Fuad Zen.

 

Pesantren Buntet juga mengembangkan pendidikan sekolah, dan sampai saat ini telah memiliki Taman Kanak-Kanak, Ml (Madrasah lbtidaiyah) Putri, Ml Putra, MTs (Madrasah Tsanawiyah) NU I (Putra), MTs NU ll (Putra), MTs NU III (Putri), SMP al-lkhlas, MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Pesantren Buntet, MA NU (Putra), MA NU (Putri), Akper Pesantren Buntet, LBK (Lembaga Bahasa dan Komputer) Pesantren Buntet. 

 

Pengembangan Pondok Pesantren Buntet ini terus dilakukan sampai sekarang dan dijadikan tujuan para santri dari berbagai belahan Indonesia untuk menuntut iimu.