• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 18 April 2024

Indramayu

Mengenal Budaya Mengganti Makam Jelang Hari Raya Idul Adha

Mengenal Budaya Mengganti Makam Jelang Hari Raya Idul Adha
Mengenal Budaya Mengganti Makam jelang Hari Raya Idul Adha. (Foto: Tosim).
Mengenal Budaya Mengganti Makam jelang Hari Raya Idul Adha. (Foto: Tosim).

Indramayu, NU Online Jabar 
Salah satu budaya atau adat istiadat masyarakat Jawa Barat saat menjelang hari raya Idul Adha adalah merehab pemakaman orang tua atau kerabat yang sudah lama meninggal yang makamnya sudah tidak utuh lagi. Tradisi perbaikan makam yang sudah dilakukan turun temurun itu sampai saat ini masih dilakukan masyarakat, salah satunya oleh keluarga Abdul Rosid di Desa Rambatan Wetan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu pada Kamis (7/7).


Keluarga yang juga merupakan warga Nahdlatul Ulama (NU) tersebut, saat melakukan perehaban makam orang tua dan anaknya yang sudah lama meninggal dunia, mengatakan bahwa hal itu merupakan bentuk rasa perhatian pada keluarga yang sudah mendahuluinya.


"Rasa perhatian bukan hanya memperbaiki makam saja, tetapi dengan disertai do'a, memohon pada Alllah SWT semoga almarhum atau almarhumah (agar) amal ibadahnya diterima serta diberikan nikmat kubur dan ditempatkan pada surga Allah SWT, amin," ujar Rosid.


Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada tetangga dan teman-temannya yang sudah membantu mengerjakan perehaban makam keluarganya tersebut.


"Mudah-mudahan amal kebaikan para tetangga yang membantu diterima sebagai catatan amal yang baik," ucap Rosid.


Menurutnya, maksud dan tujuan merehab makam tersebut adalah ketika melakukan ziarah kubur sebagaimana dilakukan warga Nahdliyin, ritual ibadah itu mudah dilakukan karena makam yang akan dituju bisa diketahui atau terlihat. Diharapkan peziarah tidak akan tersasar ke makam orang lain.


Di antara tetangga Rosid, Karjan mengatakan sebagai bentuk persaudaraan antartetangga, mereka merasa saling membantu dan saling membutuhkan.


"(Saat) kita hidup bermasyarakat, bertetangga, jangan sampai hilang rasa persaudaraan yang ada di masyarakat apalagi tetangga, apa yang sudah ditanamkan oleh para pendahulu kita, juga para ulama-ulama kita yang selalu mengimbau untuk hidup rukun dan saling bergotong royong," tuturnya.


Pewarta: Tosim
Editor: Ari AJ/MRF


Indramayu Terbaru