• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 16 April 2024

Hikmah

Jika Harta Bisa Dijaga, Bagaimana dengan Diri agar Terjaga dari Dosa?

Jika Harta Bisa Dijaga, Bagaimana dengan Diri agar Terjaga dari Dosa?
Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Cep Herry Syarifudin (Foto: Mun'im-NUJO)
Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Cep Herry Syarifudin (Foto: Mun'im-NUJO)

“Kiai, kalau kendaraan atau harta bisa ditemukan cara memagarinya dari musibah dan kejahatan dari jin dan manusia, lalu bagaimana caranya agar seseorang bisa memagari dirinya dari dosa, sehingga tidak mudah begitu saja berbuat maksiat?,” tutur salah seorang kiai bertanya kepada Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Cep Herry Syarifudin pada suatu waktu. 


Sebagai pendakwah dan pengasuh pondok pesantren, KH Cep Herry Syarifuddin mencoba menjawab pertanyaan dari salah seorang kiai tersebut. menurutnya, berdasarkan petunjuk ayat, hadits dan ulama salafus saleh, setidaknya ada tujuh cara agar kita bisa mengendalikan diri untuk tidak gampang melakukan maksiyat, yaitu:


1. Berdzikir setiap saat.


Dosa itu timbul akibat dari godaan atau bujuk rayu setan. Sedangkan setan itu akan lari atau takut kepada orang yang berdzikir. Maka jika ingin menghindari perbuatan dosa, sering-seringlah berdzikir.


2. Memfungsikan akal sehat dan hati nuraninya.  


Kedua potensi ilahiah ini harus kita jadikan sebagai panglima dalam setiap langkah, sikap dan ucap kita. Jangan sampai nafsu mengambil alih kendali diri seseorang. Berpikirlah dan pertimbangkanlah sematang mungkin jika ingin melakukan sesuatu. Jika bermanfaat dan mendatangkan kebaikan bagi diri dan orang lain, maka kerjakanlah. Namun jika sebaliknya akan menimbulkan kemafsadatan (kerusakan) dan kemadharatan (kerugian, bahaya) maka tinggalkanlah atau urungkanlah, jangan coba-coba dikerjakan.


3. Seringlah berpuasa.


Sejatinya orang itu berbuat dosa karena dorongan hawa nafsunya. Sedangkan hawa nafsu itu semakin kuat jika banyak makan dan minum. Maka jalan melemahkannya adalah dengan menyedikitkan makan dan minum alias berpuasa. Puasa ini akan menjadi wahana seorang mukmin untuk berlatih mengendalikan hawa nafsunya. 


4. Rajin bershalawat.


Sesungguhnya shalawat itu bisa menjadi penghapus dosa dan pembentuk akhlaqul karimah. Berkah shalawat, orang yang berakhlak buruk bisa berubah menjadi hamba yang berbudi pekerti luhur dan mulia. Jadi tidak aneh jika orang yang rajin bershalawat, maka akan membimbingnya risih melakukan kemaksiatan.


5. Terus menuntut ilmu.


Setan itu lebih takut kepada seorang alim yang wara'i (menjauhi yang haram dan syubhat) daripada seribu orang bodoh yang suka beribadah. Dengan terus menuntut ilmu, kita akan tahu jerat-jerat setan dalam menjerumuskan manusia dalam lumpur dosa dan bagaimana cara mengatasinya atau keluar dari jebakan setan tersebut. Selain itu juga orang yang alim itu tidak mudah putus asa dengan beban dosa sekaligus pula tidak berani mempermainkan ampunan Tuhan.


6. Ingat akan murkanya Allah  terhadap para pembangkang.


Dalam Al-Qur'an dan hadits terungkap bagaimana Allah Swt dengan sangat mudah membinasakan orang-orang kafir dan para pendosa yang tidak mau bertobat, kembali kepada jalan yang benar, bahkan membangkang dan menantang para Rasul-Nya. Apalagi jika mengingat ngeri dan meruginya orang yang mati su'ul khotimah (akhir hidup yang buruk), meninggalkan dunia tanpa iman yang copot gara-gara melakukan maksiat.  Dengan mengingat ini, niscaya kita akan berpikir ulang untuk melakukan suatu kemaksiatan.


7. Merasakan keberadaan Allah kapanpun dan di manapun kita berada (muroqobah). 


Hal terakhir ini memang tidak mudah diterapkan oleh setiap orang. Namun walau bagaimanapun harus terus diusahakan agar bisa sampai ke arah ini. Dengan menyadari bahwa Allah Swt senantiasa Maha Mengetahui segala gerak-gerik kita, Maha Melihat dan Maha Waspada terhadap apa saja yang diperbuat oleh semua makhluk-Nya, serta Maha Mendengar semua perkataan bahkan isi hati manusia, dijamin kita tidak akan berani berbuat dosa.


KH Cep Herry Syarifudin adalah Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrahim yang berlokasi di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol, Mekarsari, Cileungsi, Kabupaten Bogor. Ia aktif mengajar ilmu alat yakni Nahwu dan Shorof, dengan keahliannya itulah ia menghasilkan buah karya Buku Praktis Sistim Belajar Selama 17 jam Selama 5 Hari Baca kitab kuning. 


Pewarta: Abdul Mun'im Hasan
Editor: Agung Gumelar


Hikmah Terbaru