• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Garut

Ungkap Tips Dapatkan Kesehatan hingga Harta Benda, Aceng Dudum : Atur Pola Hidup

Ungkap Tips Dapatkan Kesehatan hingga Harta Benda, Aceng Dudum : Atur Pola Hidup
Ungkap Tips Dapatkan Kesehatan hingga Harta Benda, Aceng Dudum : Atur Pola Hidup
Ungkap Tips Dapatkan Kesehatan hingga Harta Benda, Aceng Dudum : Atur Pola Hidup

Garut, NU Jabar Online
Mustasyar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama  (MWCNU) Sukaresmi KH Aceng Dudum Husein Abdussalam menjelaskan perbedaan rezeki terbesar dan terkecil. Menurut kiai yang akrab disapa Aceng Dudum tersebut, rezeki yang terbesar dari Allah SWT yaitu kesehatan, sedangkan rezeki terkecilnya adalah harta benda.


Hal tersebut disampaikan saat mengisi tausyiah dalam acara halal bihalal di mesjid Assalam Kampung Babakan Muncang 04/05 Desa Sukaresmi Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sabtu (22/3).


Namun, sambung Aceng Dudum, kebanyakan manusia lebih banyak mengejar rezeki terkecil berupa harta benda, ketimbang menjaga kesehatan. Ia menyebut, bahwa hal tersebut terjadi karena pemikiran manusianya yang kecil. Seperti orang mengumpulkan harta, kemudian sakit. Orang kaya yang sakit berobat kepada dokter yang mahal, sehingga uang habis kemudian kesehatan datang.


"Beunghar teu ka seorang, kesehatan digerogotan panyakit." jelas pria yang juga sesepuh Pondok Pesantren Mambaul Faizin (Fauzan 6) Kampung Cipelah Desa Tambakbaya Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut. 


Aceng Dudum mengungkapkan solusi agar kesehatan dan harta benda bisa didapatkan yakni dengan mengatur pola hidup. Maksud dari pola hidup harus diatur yaitu dalam waktu 24 jam, menurutnya berdasarkan keterangan ulama fiqih maka waktu tersebut harus dibagi menjadi tiga bagian. 


Delapan jam pertama digunakan untuk berikhtiar mencari nafkah atau bekerja, delapan jam kedua digunakan untuk beribadah, dan delapan jam ketiga digunakan untuk istirahat.


''Menurut ulama fiqih, waktu harus dibagi menjadi tiga, yaitu delapan jam pertama untuk bekerja, delapan jam kedua untuk istirahat, dan delapan jam ketiga untuk beribadah sebagai bekal nanti diakhirat," pungkas Aceng Dudum.


Pewarta: Muhammad Salim
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi


Garut Terbaru