Muhammad Salim
Kontributor
Garut, NU Online Jabar
Sejarah menjadi bagian penting dalam membentuk peradaban suatu daerah, termasuk Kabupaten Garut. Upaya untuk menggali kembali fakta sejarah daerah ini dilakukan oleh Riyan, kader Nahdlatul Ulama (NU) Karangpawitan yang membidangi Divisi Informasi dan Komunikasi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Karangpawitan.
Saat ditemui NU Online Jabar beberapa waktu lalu, Riyan mengungkapkan bahwa ia telah melakukan riset selama bertahun-tahun untuk mencari dan mengumpulkan dokumen serta manuskrip yang berkaitan dengan sejarah Kabupaten Garut.
“Sejarah kehadiran Garut tidak bisa dilepaskan dari berdirinya Kabupaten Limbangan, yang sempat berpusat di wilayah Suci pada rentang tahun 1813–1821 M. Proses berdirinya pemerintahan serta penyebaran Islam di Garut penting untuk diungkap secara jelas kepada publik, karena selama ini sejarahnya lebih banyak disampaikan secara lisan,” ujar Riyan.
Salah satu temuan penting dalam riset tersebut adalah kumpulan surat menyurat antara Snouck Hurgronje dan KH Hasan Mustapa, seorang ulama terkemuka asal Cikajang, Garut. Surat-surat yang jumlahnya mencapai ratusan lembar itu dinilai menjadi bukti nyata dinamika masyarakat dan peran para ajengan atau ulama dalam membangun kesadaran nasionalisme pada masa kolonial.
Untuk menyusun buku berdasarkan temuan tersebut, Riyan berkolaborasi dengan Guru Besar Sejarah Universitas Padjadjaran, Prof. Kunto Sofianto, serta sejarawan Garut, Drs. Warjita. Keduanya membantu dalam proses verifikasi dan validasi dokumen sejarah sebelum diterbitkan.
Ia berharap buku ini nantinya dapat menjadi rujukan bagi para peneliti dan pemerhati sejarah serta kebudayaan, mengingat dokumen yang digunakan merupakan sumber otentik yang sulit dibantah keabsahannya.
Selain mengulas periode kolonial, Riyan juga menyinggung soal peradaban kuno di Garut yang diperkirakan berpusat di Kampung Cibangban, Kelurahan Karangmulya, Kecamatan Karangpawitan. Di kawasan tersebut ditemukan artefak berupa Lingga Yoni dan batu penyusun dinding candi yang berada di lingkungan makam keluarga Syekh KH Muhammad Salim, putra Syekh Nuryayi.
Penemuan ini turut dikaji oleh arkeolog senior dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Lutfy Yondri. Dalam riset yang dilakukan pada akhir November 2024, Dr. Lutfy menyebut bahwa batuan yang ditemukan di kawasan tersebut diperkirakan lebih tua dari Candi Borobudur.
Masih menurut Riyan, berdasarkan penuturan Dr. Lutfy, di wilayah tersebut kemungkinan pernah berdiri Candi Siwa yang sezaman dengan Candi Cangkuang di Leles, yang diperkirakan berasal dari abad ke-8 Masehi.
Terpopuler
1
Pergunu Jawa Barat Masa Khidmat 2025-2030 Resmi Dilantik
2
Pengukuhan Presidium Wilayah MA IPNU Jabar Digelar di Purwakarta
3
DKM Masjid Darussalam Gelar Halal Bihalal Bersama Jamaah
4
Ansor Kuningan Gaskeun Khidmah Pascapuasa, Fokus Ekonomi dan Ngaji
5
Ketua Muslimat NU Kabupaten Bekasi Terima Penghargaan Perempuan Inspiratif 2025
6
Innalillahi, Mustasyar PWNU Jawa Barat KH A Chozin Chumaidy Meninggal Dunia
Terkini
Lihat Semua