• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Daerah

Sarasehan STIDKINU Ungkap Ketertinggalan Indramayu, Dari Mindset, Budaya Transaksional Hingga Budaya Konsumtif

Sarasehan STIDKINU Ungkap Ketertinggalan Indramayu, Dari Mindset, Budaya Transaksional Hingga Budaya Konsumtif
Sarasehan Mendongkrak akselerasi pembangunan kabupaten Indramayu di Era Perubahan di STIDKI NU Indramayu (NU Online Jabar/Foto: Yanya Ansori)
Sarasehan Mendongkrak akselerasi pembangunan kabupaten Indramayu di Era Perubahan di STIDKI NU Indramayu (NU Online Jabar/Foto: Yanya Ansori)

Indramayu, NU Online Jabar
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam Nahdlatul Ulama (STIDKI NU) Indramayu kembali mengundang cerdik pandai untuk memberikan sumbangsih pemikiran dalam agenda Sarasehan dengan tema “Mendongkrak akselerasi pembangunan kabupaten Indramayu di Era Perubahan,” bertempat di Kampus STIDKI NU Indramayu Jl. Gatot Subroto no. 9 Sabtu (16/01/2021).

Sarasehan tersebut selain melalui Zoom Meeting juga dihadiri Prof.Dr. H. Komarudin rektor Universitas Negeri Jakarta di ruang kaca kampus STIDKI NU Indramayu. Komarudin dalam kesempatan tersebut membuka diskusi tentang pentingnya kita bersama-sama membuat perubahan Indramayu dengan berbagai strategi.

Strategi pertama menurut Komarudin adalah adanya perubahan pola fikir yang maju. Dia kemudian menceritakan bahwa dirinya kebetulan dilahirkan sebagai anak orang miskin namun dengan kegigihan bisa menjadi rektor perguruan tinggi bergengsi di ibu kota Jakarta. 

“Mindset kita harus kita ubah agar tidak terus menerus dalam mental berfikir menyerah terhadap realitas yang ada, tapi terus membuat terobosan menemukan solusi yang lebih maju,” ajaknya.

Strategi kedua menurut Komarudin adalah bagaimana caranya kita bisa menaikkan penghasilan warga sehingga penghasilannya melebihi kebutuhan sehari-harinya. Prasyarat kemajuan menurutnya adalah penghasilan lebih tersebut, seperti yang terjadi di Jepang dan Singapura. Tanpa hal tersebut menurut Komarudin kita tidak akan beranjak berubah menjadi maju. 

“Tugas semua pihak agar masyarakat Indramayu memiliki penghasilan melebihi kebutuhan sehari-harinya,” tegasnya.

Strategi ketiga menurut beliau adalah reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik dengan menadikan masa lalu sebagai pelajaran bahwa tanpa reformasi birokrasi kita tidak beranjak menjadi maju, kita tertinggal dari daerah lain karena kita mengabaikan soal reformasi birokrasi ini. 

“Pejabat kita melayani penguasa, rakyat yang seharusnya mendapat pelayanan yang baik agar ekonominya meningat justru kita tak perhatikan,” lanjut Komarudin.

Strategi berikutnya adalah meningkatkan kualitas pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan hilangkan budaya transaksional dalam jabatan.

“Terlalu lama kita dalam budaya transaksional tersebut, kita tidak dikelola oleh orang yang kompeten dengan kualitas yang mumpuni dibidangnya. Harusnya ke depan pemerintahan yang baru memutus mata rantai transaksi jabatan tersebut,” lugas Rektor UNJ.

Strategi yang tak kalah pentingnya menurut Komarudin adalah kolaborasi dunia usaha dan industri dalam peningkatan kualitas hidup dan ekonomi warga melalui CSR. Industri seharusnya bisa digandeng pemkab untuk bersama-sama meningkatkan kualitas bisnis dan volume bisnis masyarakat sehingga pendapatan masyarakat meningkat.

Pendapat Komarudin tersebut ditanggapi oleh Dr. Suwendi dan Prof. Dr. Abdul Ghofir Ismail. Suwendi misalnya menyorot soal budaya hajatan yang seringkali sangat tak masuk akal. Petani kita atau pegawai yang pendapatannya terbatas, seringkali mengadakan hajatan yang biayanya mencapai hingga ratusan juta. 

“Pasca musim panen seringkali hasil panen tersebut habis untuk kondangan atau untuk menyelenggarakan hajatan,” ungkap Suwendi.

“Ke depan bagaimana kita menyadarkan publik agar bijak dalam pengelolaan keuangan sehingga harapan agar pendapatannya lebih dari kebutuhan sehari-hari seperti pendapat Komarudin dapat diwujudkan,” pungkanya.

Pewarta: Yahya Ansori
Editor: Muhyiddin

 


Editor:

Daerah Terbaru