• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Daerah

Petani Indramayu Keluhkan Harga Pupuk di Pasaran 2 Kali Lipat Lebih Mahal dari HET Kementan

Petani Indramayu Keluhkan Harga Pupuk di Pasaran 2 Kali Lipat Lebih Mahal dari HET Kementan
Petani Indramayu H. M Saidi (Foto: NU Online Jabar/Yahya Ansori)
Petani Indramayu H. M Saidi (Foto: NU Online Jabar/Yahya Ansori)

Indramayu, NU Online Jabar
Petani Indramayu yang tengah menghadapi musim tanam di awal tahun ini mengeluhkan harga pupuk yang masih tinggi. Hal itu dirasakan salah seorang petani di Desa Kalensari RT01/01 Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu, H. M Saidi. 

Belum lama ini ia mengaku membeli urea putih merk Nutrea produksi Pupuk Kujang. Ternyata harganya masih belum menunjukkan tanda-tanda akan turun. Bahkan berbeda dengan harga eceran tertinggi (HET) yang dikeluarkan Kementerian Pertanian. 

Baca: Petani Indramayu Hadapi Kelangkaan Pupuk, PCNU: Ini Persoalan Serius

Ia mendapatkan informasi harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi berdasarkan Permentan No. 49 Tahun 2020 tanggal 30 Desember 2020. Anehnya, ada perbedaan yang tinggi sampai dua kali lipat antara HET Kementan dengan harga di pasaran. 

Misalnya, urea putih merk Nutrea produksi Pupuk Kujang seharga 590.000 per kuintal, padahal dalam price list yang beredar HET ditetapkan adalah 225.000 per kuintal atau 112.000 per karung. Sementara TS SP 36 Rp. 450rb/kuintal Phonska Rp.450rb per kuintal.

Oleh karena itu, petani yang tergabung dalam kelompok Tani Kita Desa Kalensari ini sangat berharap agar secepatnya harga pupuk bisa turun, karena sangat memberatkan petani. 

Sebagai salah seorang pengurus di LKNU, ia berharap NU sebagai ormas terbesar ikut bertanggung jawab dalam mengawal dan membenahi carut-marutnya persoalan pertanian khususnya di Indramayu yang konon katanya menjadi daerah penghasil beras terbesar nasional.

“Itu baru persoalan pupuk, belum soal kecukupan air, nanti di musim kemarau yang beberapa tahun ini menjadi penyebab gagal panen di hampir seluruh wilayah Indramayu. Itu pun masih terus dibayang-bayangi harga pascapanen yang selalu terjun bebas,” jelasnya. 

Menurut dia, advokasi terhadap petani sangat dibutuhkan dari seluruh institusi yang berkompeten termasuk juga peran NU ke depan. 

“Jangan biarkan petani berjuang sendirian. Pemda dalam hal ini steakholder yang terkait dengan usaha pertanian harus hadir, bekerja secara terukur, masif dan lebih serius lagi,” tegasnya. 

Akibat kurang atau tidak diurus, lanjutnya, banyak sarana dan prasaran pertanian yang gagal fungsi. Banjir dan menggenangi lahan petani ketika musim hujan, hingga tidak sedikit yang mesti tanam ulang dan kekeringan pada saat kemarau saatnya dicarikan solusinya yang tepat.

“Allah sudah memberikan Rahmat dan karunia berupa lahan pertanian yang luasnya sejauh mata memandang, harus diurus, dijaga dan diperjuangkan agar menjadikan kehidupan yang sejahtera, makmur, berkeadilan dalam ampunan Allah SWT,” pungkas H. M Saidi yang selain bertani sawah juga sedang menggeluti budi daya porang di daerahnya.

Pewarta: Yahya Ansori
Editor: Abdullah Alawi 

 


Daerah Terbaru