• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 4 Juli 2024

Daerah

Festival Nasi Liwet Pelajar Karya Bakti Sukasari, Simbol Kemandirian Santri 

Festival Nasi Liwet Pelajar Karya Bakti  Sukasari, Simbol Kemandirian Santri 
Pelajar putri menikmati nasi liwet olahannya (Foto: NU Online Jabar/Aang)
Pelajar putri menikmati nasi liwet olahannya (Foto: NU Online Jabar/Aang)

Bandung, NU Online Jabar 
Dua baris meja panjang disimpan di depan kelas-kelas MA Karya Bakti Sukasari, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Siswa-siswi kemudian mengisi meja tersebut dengan nasi liwet yang disajikan pada tempat menanak nasi yang berbentuk bundar atau kastrol. Selain nasi liwet, mereka juga menghidangkan lau pauk lengkap dari mulai sambal, ikan asin, lalapan, kering tempe, bihun, ayam goreng dan tentu saja menu wajibnya yaitu goreng jengkol. 

Ada kurang lebih enam kastrol dengan lauk pauk yang sudah terhidang. Enam mewakili jumlah kelas, rombongan belajar di MA Karya Bakti Sukasari. Setiap kelas memang diwajibkan mengirimkan perwakilan masing-masing. 

Waktu menunjukkan pukul 10.00, tapi cuaca terlihat mendung. 

Setelah terhidang, beberapa dewan guru langsung menuju meja satu ke meja lainnya, mengobservasi, lalu memberi nilai. 

Ya, di pagi menjelang siang tersebut siswa MA Karya Bakti Sukasari sedang menyelenggarakan festival nasi liwet sebagai sala satu bagian dari rangkaian kegiatan Hari Santri 22 Oktober tahun 2020. Festival ditutup dengan makan bareng siswa-siswi dan para guru.

Festival ini merupakan kegiatan kedua kalinya, setelah tahun sebelumnya juga dilakukan hal yang sama. Kepala Madrasah Aliyah Karya Bakti Sukasari, Dadan Madani menyatakan bahwa salah satu tujuan penting penyelenggaraan festival nasi liwet ini bukan mencari siapa pemenang belaka, namun lebih dari itu bertujuan mengasah kreativitas siswa. Juga festival ini mengajarkan siswa untuk melestarikan budaya pesantren yang mandiri dan kreatif.

“Di zaman dahulu memasak nasi liwet adalah salah satu simbol kemandirian seorang santri dimana jika seorang santri sudah dapat memasak nasi liwet dengan benar maka dia di cap sebagai santri yang memiliki skil yang tinggi,” ungkapnya di sela-sela menjadi juri festival.

Kemeriahan festival nasi liwet tidak berhenti disana. Seusai penilaian oleh dewan juri, selanjutnya nasi liwet tersebut dibawa ke dalam kelas yang kosong. Semua nasi liwet dan lauknya tersebut dituangkan ke dalam kertas nasi. Dan inilah salah satu kegiatan yang paling disukai oleh siswa di acara festival itu, yaitu makan bersama nasi liwet tersebut bersama dewan guru MA Karya Bakti Sukasari.

”Melalui momentum ini hubungan antara guru dan murid menjadi lebih cair, lebih hangat karena guru dan murid makan dalam tempat, dan dengan menu yang sama. Kami sangat menikmati suasana seperti ini,” ungkap Fitri Ramdiani guru mata pelajaran sejarah di MA Karya Bakti Sukasari.

Di sela-sela makan bareng tersebut, Koordinator Dewa Juri, Ali Nurdin menyatakan bahwa dari segi kualitas rasa dan tampilan nasi liwet semua peserta berhasil menyajikan nasi liwet yang tidak mengecewakan. Begitu juga dengan lauknya. Terutama goreng asin dan jengkol. Semuanya berhasil memancing memori semasa mondok di pesantren. 

“Enaknya nasi liwet dan sempurnanya jengkol goreng mereka membuktikan bahwa mereka kreatif dan sudah punya skill memasak, dan itu bekal sangat berguna untuk menjalan kehidupan,” pungkas Pak Ali menjelang acara makan bareng nasi liwet itu selesai.

Pewarta: Aang  Kusmawan
Editor: Abdullah Alawi 


Daerah Terbaru