• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 17 Mei 2024

Daerah

Peringati Hari Santri Nasional, MWCNU Sukagumiwang Gelar Upacara Bendera

Peringati Hari Santri Nasional, MWCNU Sukagumiwang Gelar Upacara Bendera
Upacara bendera pada Hari Santri di MWCNU Sukagumiwang (Foto: NU Online Jabar/Suaebah)
Upacara bendera pada Hari Santri di MWCNU Sukagumiwang (Foto: NU Online Jabar/Suaebah)

Indramayu, NU Online Jabar
MWCNU Sukagumiwang mengadakan upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, Kamis (22/10) bertempat di halaman SMK NU Sukagumiwang. Upacara bendera diikuti seluruh pengurus MWC, Ranting, lembaga dan banom NU serta siswa siswi SMK NU Sukagumiwang. 

Bertindak selaku Pembina Upacara Ketua MWCNU Sukagumiwang, H Absori, pemimpin upacara dipercayakan kepada anggota Banser, Bimo, sedangkan pasukan pengibar bendera dilakukan oleh pasukan paskibra dan paduan suara dari SMK NU Sukagumiwang. Dalam upacara tersebut dibacakan ikrar santri yang berisi seorang santri harus siap menjadi pelindung keutuhan UUD 1945, Pancasila dan NKRI serta berperan aktif dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Pembina upacara, H Absori dalam amanatnya membacakan amanat dari Katua Umum PBNU yang berisi bahwa catatan sejarah secara jelas menunjukkan bahwa hampir semua perjuangan bangsa selalu ditandai oleh keterlibatan penting kaum santri dan pesantren. “Masyarakat santri, baik yang berbasis komunitas tarekat, maupun pesantren, menjadi salah satu tulang punggung perlawanan terhadap penjajah. Hubbul wathon minal-iman, doktrin yang hidup dan menjadi kesadaran berbangsa dan bernegara di pesantren terbukti mampu menggerakkan kekuatan rakyat melawan penjajah,” tegas H Absori membacakan amanat Ketua Umum PBNU.

Ditambahkan Ketua MWCNU Sukagumiwang, bahwa tantangan baru kebangsaan kita saat ini adalah kita tidak lagi berada di era penjajahan fisik. Saat ini kita berada di zaman globalisasi. Masyarakat politik menyebutnya sebagai era pasca-hegemoni. Masyarakat ekonomi menyebutnya sebagai era neoliberalisme. Masyarakat pengetahuan menyebutnya sebagai era post-truth. Masyarakat teknologi menyebutnya sebagai era revolusi industri 4.0. Masyarakat sosiologi menyebutnya sebagai era Generasi-Z. 

“Apapun namanya, kita dihadapkan oleh berbagai tantangan baru, sekaligus peluang baru. Saat ini, wajah kebangsaan kita dihadapkan oleh dua tantangan pokok. Pertama, pandemi Covid-19 yang sampai sekarang belum melandai, juga belum ditemukan vaksin yang teruji secara klinis. Kedua, UU Ciptaker yang mendapatkan sorotan kritis dari berbagai elemen bangsa. Dua tantangan inilah yang harus dijawab masyarakat santri, yang mewarisi spirit perjuangan para ulama pejuang masa lalu,” tutur H Absori.

Dikatakan, pada saati ini bangsa Indonesia masih menghadapi pandemi Covid-19, hal itu bukan hanya berdampak pada kesehatan, namun juga ekonomi, pendidikan, keagamaan, dan kebudayaan. Dari sisi kesehatan, Covid-19 menjadi penyebab kematian lebih dari 350 ribu nyawa, ratusan tenaga medis, agamawan, dan akademisi. Dari sisi ekonomi, COVID-19 menyebabkan guncangan yang mendisrupsi ekonomi kita. Dari sisi pendidikan, Covid-19 ini telah mengubah lanskap dunia pendidikan, termasuk pesantren. Dari sisi keagamaan, Covid-19 telah juga mempengaruhi berbagai kaifiyyah ubudiyyah mulai dari shalat, umrah, haji, hingga perawatan jenazah. Dari sisi kebudayaan, Covid-19 telah mengguncang praktik kebudayaan yang berbasis komunalisme masyarakat. 

“Penanganan Covid-19 ini jelas membutuhkan keterlibatan multi-pihak. Pemerintah, masyarakat ekonomi, masyarakat sipil seperti NU dan lainnya dituntut untuk bekerja sama. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dituntut untuk mengambil arah kebijakan yang komprehensif dan konsisten. Kebijakan yang tidak konsisten, tidak komprehensif, tidak berbasis riset hanya akan menambah masalah ketimbang menyelesaikan masalah. Santri yang memiliki modal keagamaan, sosial, dan budaya dituntut kontribusinya dalam penanganan Covid-19 ini, melalui paling tidak menjaga komunitas santri dan pesantren agar tidak menjadi cluster,” ujarnya.

Di akhir amanatnya, Pembina Upacara mengajak kepada semua Nahdliyin untuk bertaubat, membaca shalawat, menghentikan permusuhan dan pertikaian, berdoa, merupakan khazanah pesantren yang masih relevan untuk menjawab pandemik. Selain itu, juga dikombinasikan dengan ikhtiar lahir seperti menjaga jarak, social distancing, memakai masker, meningkatkan imunitas, menjaga kebersihan dan lainnya.

Pewarta: Suaebah
Editor: Iing Rohimin


 


Daerah Terbaru