• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Nasional

Gus Hasan: Pendidikan Pesantren Merujuk pada Kesuksesan Nabi Ibrahim Mendidik Keturunannya

Gus Hasan: Pendidikan Pesantren Merujuk pada Kesuksesan Nabi Ibrahim Mendidik Keturunannya
Ketua PWNU Jawa Barat KH Hasan Nuri Hidayatullah
Ketua PWNU Jawa Barat KH Hasan Nuri Hidayatullah

Bandung, NU Online Jabar 
Ketua PWNU Jawa Barat KH Hasan Nuri Hidayatullah mengatakan ada sebagian kalangan yang menganggap pendidikan pesantren itu ketinggalan zaman. Namun, pesantren mampu membuktikan keberhasilannya di setiap zaman. 

“Pondok pesantren secara lahir sering disebut ketinggalan zaman, tapi sebenarnya pendidikan pesantren adalah pendidikan dalam istilah orang Timur Tengah, ibnu zamanih, peka dengan zamannya. Pesantren bisa diterapkan kapan saja,” katanya pada Refleksi Peran Pesantren dan Istighotsah Kubra yang berlangsung di aula kantor PWNU Jawa Barat, Jalan Terusan Galunggung No. 9, Kota Bandung, Kamis, (22/10). 

Kiai yang akrab disapa Gus Hasan ini mengaku pernah mendengar dari guru-gurunya bahwa teori pendidikan pesantren telah ada sejak lama, sejak ribuan tahun lalu. Teori tersebut berasal dari Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Al-Qur’an. 

Menurut Gus Hasan, Nabi Ibrahim adalah nabi yang sukses mencetak generasinya. Ia memiliki keturunan dari istrinya yang melahirkan para nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW. Dari Siti Syarah, Nabi Ibrahim memiliki keturunan Nabi Ishaq. Nabi Ishaq memiliki keturunan Nabi Ya’qub. Nabi Ya’qub memiliki keturunan Nabi Yusuf. 

“Dari Siti Hajar, Nabi Ibrahim punya keturunan Nabi Ismail. Nabi Ismail memang tidak langsung melahirkan nabi, tapi komunitas suku, namanya Zurhum. Bani Zurhum melahirkan Bani Araq. Bani Araq melahirkan Bani Quraisy. Bani Quraisy melahirkan Bani Hasyim dan Bani Mutahlin. Bani Hasyim dan Bani Muthalib melahirkan sayyidul anbiya wal mursalin, jungjunan kita Nabi Besar Muhammad,” jelasnya.  

Menurut Gus Hasan, kesuksesan keturunan Nabi Ibrahim adalah berkat dari terori pendidikannya sebagaimana diabadikan dalam AL-Qur’an, yaitu Rabbanā wab'aṡ fīhim rasụlam min-hum yatlụ 'alaihim āyātika wa yu'allimuhumul-kitāba wal-ḥikmata wa yuzakkīhim, innaka antal-'azīzul-ḥakīm.

Pengasuh Pondok Pesantren Asshidiqiyah 3 Cilamaya, Karawang ini, berpendapat, dari ayat tersebut ada empat kriteria pendidikan Nabi Ibrahim. Keempatnya ada di dunia pondok pesantren. 

Pertama, sosok pendidik membaca kitab Allah. Menurut Gus Hasan, sosok pendidik harus memiliki kebersihan hati dan jiwa. Pendidik yang memiliki watak demikian akan diterima muridnya dengan hati dan jiwa juga. Ilmu kemudian akan mudah diterima sebab adanya ilmu di dalam hati dan jiwa. 

“Untuk membersihkan hati dan jiwa seseorang adalah dengan membaca kitab Allah. Ini yang pertama dan itu adanya di pesantren,” katanya.  

Yang kedua, pendidikan yang di dalamnya mengajarkan kitabnya Allah. Menurut Gus Hasan, membaca kitab Allah tidak cukup mengenal huruf, cara membaca atau membolak-balikkan lembarannya, tapi lebih dari itu, harus sampai memahami dan mengaplikasikannya, dan menjadikannya sumber segala pengetahuan seperti biologi, teknik, antariksa dan lain sebagainya. 

Yang ketiga, sosok yang mengajarkan hikmah. Di antara makna hikmah adalah al-qaul al-baligh, artinya  perkataan yang tidak menyakiti. Pendidikan di pesantren dilakukan dengan hikma agar mudah diterima oleh santri. 

“Islam mudah diterima karena disampaikan dengan hikmah. Bukan dakwah kalau menyakiti seseorang,” katanya.  

Yang keempat, adalah sosok yang mengajarkan kebersihan jiwa. Salah satu ciri orang yang bersih jiwa adalah tidak sombong. 

“Ilmu tidak akan suka pada orang sombong. Ilmu itu seperti air yang selalu mencari tempat rendah. Untuk menghilangkan kesombongan dengan cara berkhidmah kepada guru atau kiai,” katanya. 

Pewarta: Abdullah Alawi 
 


Nasional Terbaru