• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Daerah

Almaghfurlah KH Fuad Affandi, Kiai Pejuang untuk Rakyat Kecil

Almaghfurlah KH Fuad Affandi, Kiai Pejuang untuk Rakyat Kecil
Thumbnail Keegiatan Tahlil 7 Hari Almaghfurlah KH Fuad Affandi. (Desain: Bagus Arya).
Thumbnail Keegiatan Tahlil 7 Hari Almaghfurlah KH Fuad Affandi. (Desain: Bagus Arya).

Bandung, NU Online Jabar
Siapa yang tak kenal dengan Almaghfurlah KH Fuad Affandi, Pimpinan Pondok Pesantren Agribisnis Al-Ittifaq Ciwidey, Kabupaten Bandung. Selain dikenal sebagai Kiai yang mengajarkan beragam pengetahuan agama islam, ia juga terkenal sebagai Kiai dengan tarekat "Sayuriyah", atau mengajarkan agama kepada santri dengan menanamkan jiwa kewirausahaan berbasis agroindustri sayur mayur sesuai dengan potensi yang ada di dekat pesantren yang berlokasi di dataran tinggi Bandung selatan.

 

Mang Haji, sapaan akrabnya, berkeyakinan dengan mengajarkan pertanian ia berharap santrinya memiliki kemampuan wirausaha yang nantinya ilmu tersebut bisa dimanfaatkan setelah pulang dari pesantren. Jadi pulang dari pesantren tidak hanya bisa mengajar ngaji saja kepada masyarakat.

 

Dalam acara diskusi Belajar dari KH Fuad Affandi dan Tahlil mengenang tujuh hari kewafatannya secara virtual melalui Youtube NU Jabar Channel, Kamis (2/12), Ketua Yayasan Odesa Indonesia, Faiz Mansur menuturkan Kiai Fuad Affandi ini merupakan sosok teladan bagi siapapun, bagi pesantren dan bagi para pelaku wirausaha.

 

Kiai Affandi ini sering sekali membagikan hasil taninya kepada masyarakat sekitar dan masyarakat yang membutuhkan, termasuk ke Yayasan Odesa yang nantinya bisa di bagikan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Ia mengingat pesan yang sering disampaikan oleh Mang Haji, bahwa dirinya tidak mau mengemis kepada negara untuk mencukupi kebutuhan pesantren.

 

“Saya tidak mau ngemis-ngemis, saya tidak akan minta-minta ke negara, tapi syukur-syukur bisa berkontribusi kepada negara,” katanya mengulang perkataan Kiai Affandi.

 

Faiz juga juga menuturkan, Mang Haji pernah mengungkapkan bahwa antara menuntut ilmu dan bertani merupakan dua sisi yang sangat penting, mengaji untuk bekal diri menuju ilahi, bertani bekal diri untuk mempertahankan hidup.

 

“Mang Haji ini sesosok pejuang terhadap rakyat kecil, ia mendobrak masalah kemiskinan yang diatasi dengan wirausaha. Dan agama dijadikan sebagai pemicu tindakan-tindakan sosial yang lebih luas. Dengan kaidah Fiqih dan Ushul Fiqih beliau melakukan akselerasi-akselerasi nyata dalam bentuk amal,” tuturnya.

 

Dalam membentuk kelompok tani, Faiz mengatakan bahwa sebelumnya, sosok Mang Haji memberdayakan santrinya terlebih dahulu supaya mandiri dengan bertani dalam memenuhi kebutuhan dan pemasukan bagi pesantren.

 

“Awalnya kelompok tani itu sedikit hanya sebelas orang yang ikut merintis sejak Mang Haji kesulitan, disitu dibantu dengan santri untuk membangun wirausaha dalam mengentaskan kemiskinan,” katanya. “Kiai Fuad ini mempunyai pengaruh sangat kuat dalam memicu gerakan gotong royong, menyatukan individu-individu, komunitarianisme, egalitarianisme berjalan semestinya sebagai kekuatan sipil, kebetulan masyarakat disana sangat individualis dan agak kolot susah diatur, dan mang haji tertantang untuk menjawab masalah itu dengan cara berjamaah,” tambahnya.

 

Dalam kiprahnya memperjuangkan rakyat kecil, KH Fuad Affandi mengentaskan kemiskinan sangatlah sukses. Bahkan, kehidupan santri dan masyarakat menjadi sejahtera.

 

Hal tersebut dilihat ketika KH. Fuad Affandi menjadikan dirinya dikenal sebagai kiai yang kaya dengan beragam karya. Beberapa penghargaan telah ia raih diantaranya sebagai Good Agriculture Practices (GAP) dari Menteri Pertanian 2004-2009, penghargaan Tut Wuri Handayani Award di zaman pemerintahan Soeharto. Pada era presiden Habibie KH. Fuad dianugerahi Setya Lencana Wirakarya dan di zaman Presiden Megawati berkuasa, KH. Fuad menerima Kalpataru. 

 

Beliau juga menerima penghargaan Parama Bhoga Nugraha Hari Pangan Sedunia XIX dan Hari Wanita Pedesaan Sedunia IV Menteri Negara Pangan dan Hortikultura Prof. Dr F.A Moloek pada tahun 1999 dan beragam penghargaan lainnya.

 

Saat ini Pondok Pesantren menjadi pondok percontohan dalam pengelolaan One Pesantren One Produk (OPOP) yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

 

Sesosok teladan, inspirasi dan tokoh agama atau ulama yang moderat, toleran dan penuh semangat dalam menggelorakan kerja keras kini tinggalah kenangan, tapi ia abadi oleh karya-karyanya. Wafatnya beliau meninggalkan tiga warisan bagi santri dan masyarakat, yaitu “Ulah aya lahan tidur, ulah aya waktu nganggur, ulah aya runtah ngawur.”

 

Diketahui beliau wafat sekitar pukul 20.00 WIB, kamis malam jumat di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Kota Bandung

 

Pewarta: Abdul Manap
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi


Daerah Terbaru