Taushiyah

Kesabaran dan Ketabahan sebagai Perwujudan dari Keluhuran Akhlak

Kamis, 11 Juli 2024 | 11:14 WIB

Kesabaran dan Ketabahan sebagai Perwujudan dari Keluhuran Akhlak

(Ilustrasi: NU Online).

Salah satu bukti dari seorang yang memiliki akhlak mulia adalah senantiasa bersikap tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai hal yang dijumpainya. Kesabaran dan ketabahan biasanya terletak pada kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menahan diri baik dari sesuatu yang disenangi ataupun yang dibenci. Menahan diri dari yang disukai, maksudnya apabila kita memperoleh karunia dan rahmat yang menyenangkan, hendaklah kita bersikap sabar sehingga tidak terjebak dalam tindakan yang berlebihan atau berfoya-foya. Menahan diri dalam hal yang tidak kita sukai, maksudnya adalah bersikap sabar sehingga bisa menghadapi masalah itu dengan baik, dan sama sekali tidak terjerembab dalam sikap yang putus asa.


Selanjutnya kesabaran itu dapat dibagi menjadi empat bagian: (1) Bersabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, melaksanakan segala perintahnya dan mengikuti segala petunjuk-Nya. (2) Sabar atau tabah dalam meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dalam rangka menjauhi segala perbuatan yang tercela yang tidak diridhoi oleh-Nya. (3) Sabar dan tabah dalam menerima karunia dan Rahmat dari Allah s.w.t. Dengan demikian kita akan memanfaatkan karunia dan rahmat dari Allah itu untuk melaksanakan kebajikan dan tidak menggunakannya secara boros dan berlebihan. (4) Bersikap tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai macam musibah.


Dengan sikap ini maka kita tidak akan terlalu menderita dan tidak akan ditimpa oleh keputusasaan dalam berbagai masalah yang dijumpai.


Dalam Al Qur’an banyak sekali diperintahkan agar umat manusia bersikap tabah dan sabar, dapat menahan diri dan dapat menghadapi berbagai permasalahan dengan sikap yang bijak dan terkendali, antara lain: “Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkan kesabaranmu dan tetaplah Bersiap siaga serta bertaqwalah kepada Allah agar kamu meraih kesuksesan”. (QS. Ali Imran 3:200) “… sampaikanlah berita gembira bagi orang-orang yang tabah dan sabar, yaitu mereka yang apabila ditimpa musibah mengucapkan “sesungguhnya kami berasal dari Allah dan kepada-Nyalah kami Kembali”. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan Rahmat dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al Baqarah 2:155-157) “… dan sesungguhnya Kami akan memberikan balasan pada mereka yang tabah dan sabar dengan balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (QS. An Nahl 19:96)


Ketabahan dan kesabaran akan mengantarkan seseorang pada kesucian pribadinya. Ia selalu merasa cukup dengan karunia yang ada, hatinya memperoleh ketenangan dan ketentraman. Siapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bersabar dalam menghadapi berbagai hal dari kehidupannya, ia akan menjadi orang yang kuat dan tangguh dalam mengarungi kehidupannya. Tidak ada karunia dan Rahmat yang lebih agung yang melebihi ketabahan dan kesabaran. Nabi bersabda: “Barang siapa yang memelihara kesucian dirinya maka Allah akan memelihara kesuciannya. Barang siapa yang merasa cukup (dengan apa yang dijumpainya), maka Allah akan menjadikannya orang yang berkecukupan. Barang siapa yang berusaha untuk bersikap sabar maka Allah akan menjadikannya seseorang yang memiliki kesabaran yang tinggi. Tidak ada seorangpun yang dianugerahi nikmat dan karunia yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran. (HR. Bukhari)


Seorang mukmin pada hakekatnya merupakan manusia yang senantiasa sukses dalam segala kehidupannya. Hal ini bisa terwujud, apabila orang tersebut senantiasa bersyukur, jika memperoleh karunia dan nikmat, dan senantiasa bersikap tabah serta sabar pada saat terkena musibah. Nabi bersabda: “Sungguh menakjubkan kehidupan seorang mukmin, dalam keadaan bagaimanapun ia berada dalam kebaikan. Hal seperti ini tidak mungkin terjadi kecuali dimiliki oleh seorang mu’min. apabila ia memperoleh karunia nikmat kemudian ia bersyukur maka hal itu baik baginya, dan apabila ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka hal itupun lebih baik baginya”.


Ketika Rasulullah Muhammad SAW sedang melakukan suatu kegiatan yang sangat penting bersama para sahabatnya, tiba-tiba datang seorang utusan dari puterinya. Utusan itu memberitahukan bahwa anak laki-lakinya sedang sakit parah hampir meninggal dunia. Putrinya mengharap agar Nabi SAW segera datang ke rumahnya untuk menengok anaknya yang sedang sakit itu. Waktu itu, beliau belum sempat datang karena sedang menghadapai pertemuan yang sangat penting dengan para sahabatnya, beliau hanya menyampaikan pesan kepada puterinya:”Sampaikan salamku kepada puteriku. Sesungguhnya segala sesuatu berada dalam kekuasaan Allah, untuk diambil atau untuk diberikan, segala sesuatu berada disisi-Nya, berdasarkan ajal yang telah ditentukan maka hendaklah engkau tabah dan sabar dan berharaplah kebaikan dari Allah s.w.t”. (HR. Bukhari)


Para Nabi dan Rasul yang diutus kepada umat manusia dari masa kemasa selalu menghadapi berbagai cobaan dan ujian yang sangat berat. Abdullah bin Mas’ud menginformasikan, bahwa ia mendengarkan tentang kisah seorang Nabi yang diceritakan oleh Rasulullah SAW kepadanya. Nabi yang diutus oleh Allah itu dianiaya oleh kaumnya sehingga berlumuran darah. Nabi itu tetap bersikap sabar dan tabah sambil mengusap darah dari keningnya dan berdoa:


”Wahai Allah, ampunilah kaumku ini karena sesungguhnya mereka belum memahami”. (HR. Bukhari Muslim).


Demikian jelasnya Rasulullah menyampaikan kisah itu, sehingga Abdullah bin Mas’ud menyatakan ketika beliau mendengarkan kisah itu, seolah-olah ia menyaksikan kejadian tersebut.


Nabi Muhammad SAW pernah ditegur sahabatnya Ketika beliau membagikan harta rampasan perang dengan adil. Datanglah seorang Arab Badwi berkata kepadanya dengan kasar:”Wahai Rasulullah, bersikap adillah kamu dalam pembagian itu”. Nabi menyambut protes dari sahabat itu dengan penuh kesabaran dan menahan amarah sehingga wajahnya merah merona, seraya bersabda: “Semoga Allah merahmati saudaraku Musa. Ia lebih menderita dari apa yang aku alami tapi iapun tetap bersabar”. (HR. Bukhari Muslim)


Para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah itu semuanya menghadapi cobaan-cobaan yang berat, namun demikian mereka selalu menghadapinya dengan ketabahan dan kesabaran yang tidak terbatas. Semua itu merupakan suri tauladan bagi setiap manusia muslim yang ingin meraih kesuksesan yang bersifat abadi lahir dan batin. Pernyataan para Nabi dan Rasul itu diabadikan dalam Al Qur’an: “Mengapa kami tidak bertawakkal kepad Allah, padahal Dia telah menujukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang mukmin yang bertawakkal itu berserah diri”. (QS. Ibrahim 14:12).


Dr. KH. Zakky Mubarak, MAsalah seorang Mustasyar PBNU