Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Syariah

Aspek Hukum Ekonomi Islam dalam Al-Qur’an 

Aspek Hukum Ekonomi Islam dalam Al-Qur’an (Ilustrasi: Freepik)

Aspek hukum ekonomi islam dalam Al-Qur’an studi atas ayat-ayat hukum ekonomi islam dalam Al-Qur’an

 

Al-Quran sebagai sumber hukum Islam mengandung norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia di dunia ini, termasuk aktivitas manusia dalam hal ekonomi. Seluruh aspek yang berkaitan dengan dasar-dasar aktivitas perekonomian tidak luput pengaturannya dalam Al-Qur’an. 

 

Aktivitas ekonomi dalam agama Islam merupakan bagian dari mu’amalah. Jika diperhatikan lebih lanjut bidang mu’amalah termasuk ke dalam kategori ibadah ‘ammah, yang memiliki pengertian tata aturan pelaksanaannya masih bersifat umum. Aturan-aturan yang masih bersifat umum tersebut oleh para ulama dirumuskan ke dalam sebuah kaidah Ushul Fiqh yang berbunyi:


Baca Juga:
Rekonfirmasi Tauhid dalam Ibadah Haji

 

الأَصْلُ فِى المُعَا مَلَةِ الإِبَاحَةُ إلاَّ أَنْ يَدُلَّ دَ لِيْلٌ عَلَى تَحْرِ يْمِهَا

 

“Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”


Baca Juga:
KH Said Aqil Siradj Ungkap 4 Pedoman Belajar Syariat Islam


Maksud dari kaidah di atas adalah bahwa pada prinsipnya setiap aktivitas mu’amalah/ekonomi adalah boleh, seperti transaksi jual beli, aktivitas sewa menyewa, kerja sama antara beberapa pihak, (mudharabah atau musyarakah), perwakilan (wakalah), gadai, dan lain-lain, kecuali aktivitas yang secara tegas dilarang/diharamkan. 

 

Prinsip utama dalam fiqih muamalah adalah kebolehan (al-ibahah), sehingga segala transaksi-transaksi muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan syariat agama Islam. Allah Swt berfirman dalam surah al- Baqarah ayat 22 dan 29:

 

الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

 

“(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah padahal kamu mengetahui.” (Q. S. Al-Baqarah (2): 22). 

 

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ


Dan Allah swt. juga berfirman yang artinya; “Dia-lah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu kemudian Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu menyempurnakannya menjadi tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q. S. Al- Baqarah (2): 29).

 

وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا

 

 “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Q. S. Al-Baqarah (2): 275).

 

Dalam Alquran aspek mua’malah ini dijelaskan tidak lebih dari 500 ayat atau 5,8 % dari keseluruhan ayat Alquran. Dalam penelitiannya, Abdul Wahab Khallaf mengatakan yang termasuk dalam bagian mu’amalah antaralain:


Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukum keluarga (al-ahwal al- syakhshiah) yang terdiri dari 70 ayat.

Aktivitas ekonomi dalam ajaran Islam merupakan anjuran yang memiliki nilai ibadah, bahkan aktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup ini merupakan perintah agama Islam. Allah SWT berfirman:

 

فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

 

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.  Al-Jum‟ah: 10).

 

Alquran memberikan tuntunan kepada manusia dalam mendapatkan harta, yakni melalui usaha-usaha yang baik dan halal dan menjauhkan diri dari hal-hal yang batil dan diharamkan. Perhatikan Q.s. al-Nisâ: (4): 29 sebagai berikut: 

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا

 

Sayyid Quthb menjelaskan maksud ayat di atas adalah larangan bagi manusia memakan harta dengan cara yang batil. Sedangkan Ibn Katsîr menjelaskan bahwa ayat tersebut di atas mengandung makna usaha yang dilakukan dengan semua cara yang batil, bertentangan dengan perintah Allah Swt.

 

Dalam pandangan Islam, segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah milik Allah swt. Tetapi Islam mengakui potensi yang ada dalam diri setiap manusia untuk mengelolah hasil bumi tersebut sebaik mungkin dalam usaha manusia mempertahankan eksistensinya di dunia ini.
Allah Swt berfirman:

لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

 

Menurut al-Syawkânî kandungan ayat di atas adalah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini kepunyaan Allah Swt. Manusia hanya diberi mandat untuk mengelolanya sebaik mungkin.
Q.s. al-Mulk (67): 15

 

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ 
رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ


Dalam mengelola fasilitas yang telah Allah berikan kepadanya, manusia dilarang berbuat zhalim. (Qs. Al’A’raf: 85).

 

فَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ

 

“Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. (Qs. Al’A’raf: 85).”


Manusia tidak dibenarkan berprilaku serakah, ia dituntut untuk membantu terhadap sesama agar tercipta pemerataan ekonomi dalam masyarakat. Sebagaimana firman Allah surat adz-Zariyat (51) ayat :19 

 

وَفِيْٓ اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّاۤىِٕلِ وَالْمَحْرُوْمِ

 

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”

 

Abdul Barri, Dosen STAI Al-Masthuriyah Sukabumi

Editor: Abdul Manap