Khutbah Jumat Kemerdekaan: Belajar Mencintai Tanah Air dari Para Nabi dan Ulama
Kamis, 14 Agustus 2025 | 07:00 WIB

Khutbah Jumat Kemerdekaan: Belajar Mencintai Tanah Air dari Para Nabi dan Ulama. (Foto: NU Online Jabar/Medcen PWNU Jabar).
Khutbah I
الحَمْدُ للهِ المَنَّانِ وَ الحَنَّانِ؛ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ المَلِكُ الدَّيَّانُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ أُسْوَةٌ فِي كُلِّ زَمَانٍ؛ اللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍنِ الَّذِي أَشَارَنَا بِأَنَّ حُبَّ الوَطَنِ مِنَ الإِيْمَانِ، وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمٍِ تُحْسَبُ كُلُّ أَعْمَالُنَا فِيْ المِيْزَانِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ الرَّحْمٰنَ، أُصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بَاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمَ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣ (الحجرات:13)
Hadirin Jamaah Jum‘ah rahimakumullāh
Mencintai tanah air sebagai dari pada iman (حُبُّ الوَطَنِ مِنَ الإِيْمَانِ), kalam ini bukanlah hadis akan tetapi memiliki makna yang mendalam. Bukan berarti menambah rukun iman, melainkan menanamkan kecintaan dan menysukuri nikmat kemerdekaan, begitulah Hadratus Syaikh Hasyim Asyari melandaskan fatwa resolusi jihad.
Secara historis kitab tafsir mana pun berpandangan sama bahwa (خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَ أُنْثَى) adalah “Allah menciptakan manusia dari Adam dan Hawa”, (وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَ قَبَائِلَ) kemudian Allah Swt menjadikan keturunannya beragam suku dan bangsa semata-mata (لِتَعَارَفُوْا) “untuk saling mengenal”.
Generasi kita saat ini, bukanlah generasi yang memperjuangkan dan meraih kemerdekaan, melainkan generasi yang mempertahankan dan harus memajukan kemerdekaan. Jangan sampai kita teriak “merdeka” dengan bangga tapi sepetak tanah pun tidak punya, hutang dan cicilan dimana-mana, kemiskinan merajalela, angka pengangguran dan pencari kerja tak kunjung turun juga, pelaku judol tersebar dimana-mana. Bagaimana kita bisa teriak “Merdeka”? malah malu yang ada.
Hadirin Jamaah Jum‘ah rahimakumullāh
Setiap kita memiliki kapasitas dan kemampuan berbeda untuk menerjemahkan rasa cinta terhadap tanah air. Nabiyullah Ibrahim as. meminta kepada Allah secara langsung dalam doanya:
وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيْمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَٰذَا بَلَدًا آمِنٗا وَٱرۡزُقۡ أَهۡلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنۡ آمَنَ مِنۡهُمْ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡآخِرِۚ....١٢٦
Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari akhir….," (QS. Al-Baqarah : 126).
Begitu pun baginda nabi, dengan hadis qoulinya riwayat imam tirmidzi no. 3925 dari Abdullah bin ‘Adiy bin Hamra, beliau berkata Aku melihat Rasulullah Saw berdiri di Al-Hazwarah, lalu beliau bersabda:
وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ، وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ، وَلَوْلَا أَنِّي أَخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ
Artinya: “Demi Allah, sesungguhnya engkau (wahai Mekkah) adalah negeri Allah yang paling baik dan negeri yang paling dicintai oleh Allah. Seandainya aku tidak diusir darimu, niscaya aku tidak akan keluar darimu (Hijrah)”.(diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah no. 3108, Ad-Darimi no. 2552, Ahmad no.18715, 18718).
Hadirin Jamaah Jum‘ah rahimakumullāh
Merdeka pun harus dirasakan secara lahir dan batin, merdeka dari kemiskinan, perpecahan, dan permusuhan juga Merdeka dari iri dengki, hasad, takabbur, riya dan sum’ah. Lantas bagaimana seorang mukmin bisa membuktikan kemimanannya dengan mencintai tanah airnya?. Ada banyak jalan untuk mencintai tanah air, salah jalannya adalah:
Pertama, Ukhuwah Islamiyah, merawat persatuan persaudaraan sesama muslim, sebagaimana firman Allah dalam Al-Hujurat ayat 10:
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠
Artinya: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat," (QS Al-Hujurat: 10).
Sabda baginda nabi riwayat al-Bukhari dari Abu Musa menjadi petunjuk bagi kita dalam memupuk persaudaraan bahwa:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالَبْنَيَانِ يَسُدُ بَعْضُهُ بَعْضًا. وَشَبَكَ أَصَابِعَهُ
Artinya: "Sesungguhnya orang mukmin dengan orang mukmin lainnya itu seperti sebuah bangunan, satu sama lain saling menguatkan. Dan beliau SAW menganyam jari-jemari beliau,".
Kedua, Menghormati perbedaan (Khilafiyah), tidak ta’ashub (fanatik) kepada perbedaan dalam masalah cabang/furu’iyah.
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ …
Artinya: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, ….," (QS Ali Imran: 103).
Ketiga, Meningkatkan keimanan dengan berbuat kebajikan. Allah swt menurunkan ketentraman ke dalam hati orang yang beriman, maka dasari dengan keimanan untuk menambah keyakinan (هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ). Setiap kata (آمَنُوْا) selalu disandingkan dengan kata (وَ عَمِلُوْا الصََّالِحَاتِ) “beramal sholeh”. Saling membantu dalam kebaikan dapat mengantarkan saudara saling mendapatkan kesejahteraan.
Hadirin Jamaah Jum‘ah rahimakumullāh
Kemerdekaan yang telah Allah anugerahkan kepada bangsa kita, sungguh tidak akan bertahan tanpa persatuan. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga persaudaraan, menghindari segala bentuk perpecahan, saling membantu dalam kebaikan untuk menggapai kesejahteraan sosial. Jadikanlah setiap langkah, ucapan, dan perbuatan kita sebagai penguat bagi saudara-saudara kita, sehingga bangunan persatuan bangsa ini semakin kokoh. Apabila demikian, kata “merdeka” akan lantang lahir dan batin kita teriakan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur, yang selalu menjaga persatuan dan kesatuan, serta menolong kita dalam menggapai kesejahteraan di dunia dan akhirat.
بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ وَ نَفَعَنِى وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ ذِكْرِ الحَكِيْمِ، وَ تَقَابِلَ مِنِّى وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
الحَمْدُ للهِ حَمْدًا طَيِّبًا كَثِيْرًا مُبَارَكًا فِيْهِ، اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَ هُدَاهُ وَ سَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أمّا بعد. عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: "إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا".
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ سَلِّمْ وَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، حَمْدًا شَاكِرِيْنَ حَمْدًا نَاعِمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَ يُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَارَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلَالِ وَجْهِكَ الكَرِيْمِ وَ عَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ؛ رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ المُسْلِمَاتِ وَ المُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الأمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحِمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ يَا عَلَّامَ الغُيُوْبِ، وَيَا سَتَّارَ العُيُوْبِ وَيَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ، وَغَفَّارَ الذُّنُوْبِ، وَيَا رَافِعَ الضَرِّ عَنْ أُيُوْبٍ، اِكْشِفْ عَنَّا كُلَّ الكُرُوْبِ، وَادْفَعْ جَمِيْعَ البَلَايَا وَالخُطُوْبِ، سُبْحَانَكَ فِيْكَ المَرْغُوْبِ، وَمِنْكَ المَطْلُوْبِ وَالمَرْهُوْبِ، إِيَّاكَ نَسْتَغْفِرُ، وَإِلَيْكَ نَتُوْبُ.
اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ سَلَامَةً فِي الدِّيْنِ وَ عَافِيَةً فِي الجَسَدِ وَ زِيَادَةً فِي العِلْمِ وَ بَرَكَةً فِي الرِّزْقِ، وَ تَوْبَةً قَبْلَ المَوْتِ وَ رَحْمَةً عِنْدَ المَوْتِ وَ مَغْفِرَةً بَعْدَ المَوْتِ، اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِي سَكَرَاتِ المَوْتِ وَ النَّجَاةَ مِنَ النَارِ وَ العَفْوَ عِنْدَ الحِسَابِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ! ۞إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ ٩٠ (النحل: 90) وَ لَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَ لَكُمْ. أَقِمِ الصَّلَاةَ.
Ustadz Ahmad Setiawan, S.Kom.I., S.Hum., M.Sos. Wakil Sekretaris LD-PWNU Jawa Barat