LBM PWNU Jabar Gelar Bahtsul Masail Kubro di Haul ke-36 KH Aqiel Siroj, Bahas Isu Aktual Hingga Problematika Pesantren
Ahad, 24 Agustus 2025 | 08:33 WIB

Pengasuh pesantren KHAS Kempek sekaligus Rais Syuriah PBNU KH Musthofa Aqil Siroj saat memberikan sambutan di acara Bahtsul Masail Kubro LBM PWNU Jawa Barat. (Foto: Tangkapan Layar Yt Khas Kempek).
Kabupaten Cirebon, NU Online Jabar
Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU Jawa Barat kembali menggelar Bahtsul Masail Kubro yang dirangkaikan dengan Haul ke-36 almaghfurlah KH Aqiel Siroj serta Harlah ke-65 Pondok Pesantren Khas Kempek, Cirebon. Acara yang berlangsung pada Kamis (21/8/2025) di Pondok Pesantren KHAS Kempek tersebut melibatkan para kiai, ajengan, santri, dan perwakilan LBM dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat.
Dalam sambutannya, Ketua PWNU Jawa Barat, KH Juhadi Muhammad, menegaskan pentingnya forum ini sebagai wadah konsolidasi kader-kader muda NU sekaligus penguatan jaringan keilmuan antarpesantren.
“LBM PWNU Jabar mampu mengkonsolidasikan LBM di daerah serta antar pesantren. Dari forum ini lahir calon-calon ulama yang luar biasa, sehingga insyaAllah Jawa Barat tidak akan pernah kekurangan ulama,” ujarnya.
Sementara itu, Rais Syuriah PWNU Jawa Barat, KH Abun Bunyamin, menekankan bahwa ruh NU terletak pada dinamika LBM.
“LBM adalah kawah candradimuka ulama NU. Di sinilah santri, ajengan, dan kiai beradu gagasan, membahas persoalan umat dengan dasar dalil dan metodologi yang kuat. Maka forum ini harus terus hidup,” tegasnya.
LBM PWNU Jawa Barat sebelumnya juga telah melahirkan sejumlah keputusan penting yang mendapat perhatian luas, baik dari masyarakat maupun pemerintah, seperti dalam polemik Pesantren Al-Zaytun hingga larangan ekspor pasir laut.
Dalam forum kali ini, LBM mengangkat sejumlah persoalan aktual yang dirasakan langsung oleh masyarakat dan pesantren di Jawa Barat, antara lain:
1. Bidang Pendidikan: polemik jam masuk sekolah pukul 06.30 yang dinilai mengurangi waktu belajar santri di pesantren, dampak PPDB dan PAPS terhadap sekolah swasta dan madrasah, konversi laboratorium menjadi ruang kelas, hingga problem bantuan AC yang justru membebani operasional sekolah.
2. Bidang Pesantren dan Anggaran: penghapusan hibah pesantren tahun 2025 sebesar Rp153 miliar yang hanya diganti dengan program terbatas Rp10 miliar bagi santri tidak mampu. Jumlah ini dinilai jauh dari kebutuhan sekitar 350 ribu santri di Jawa Barat.
3. Bidang Sosial-Keagamaan: polemik Pesantren Al-Zaytun beserta implikasi hukumnya, serta refleksi atas peran LBM sebagai rujukan masyarakat dan pemerintah.
4. Bidang Ekonomi dan Lingkungan: persoalan pajak yang membebani masyarakat serta eksploitasi pasir laut, yang kini sudah ditindaklanjuti pemerintah dengan larangan ekspor setelah sebelumnya dibahas dalam forum LBM.
Sebagai informasi, acara ini juga turut dihadiri secara langsung oleh Pengasuh Pesantren KHAS Kempek sekaligus Rais Syuriah PBNU KH Mustofa Aqil Siradj, jajaran pengurus PWNU Jawa Barat, perwakilan DPRD Provinsi Jawa Barat, serta sejumlah tokoh pendidikan.
Adapun Bahtsul Masail Kubro dimulai dengan sidang-sidang komisi yang terbagi di beberapa lokasi, yaitu Aula Al-Ghadir, Masjid Al-Jadid, dan Masjid Mishkat Al-Anwar. Sidang pertama berlangsung mulai pukul 11.00 WIB hingga menjelang istirahat, dilanjutkan dengan sidang kedua hingga sore hari. Hasil pembahasan dipresentasikan dalam konferensi pers sebelum acara penutupan.
Kegiatan ditutup dengan doa bersama yang dipimpin KH Busyrol Karim, kemudian dilanjutkan ramah tamah di kediaman KH Mustofa Aqil Siradj.
Melalui forum ini, LBM PWNU Jawa Barat berharap dapat terus menghadirkan solusi atas persoalan keumatan, pendidikan, dan kebangsaan dengan berpegang pada prinsip maslahat serta nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin.