Orang-orang mengenalku sebagai perempuan salehah, putri dari keluarga yang sangat religius. Hidupku sederhana, berdiam dalam bilik masjid, jauh dari hiruk-pikuk dunia. Tak pernah ada seorang lelaki pun yang menyentuhku. Namun, melalui sebuah kejadian ajaib yang melampaui pemahamanku, aku tiba-tiba mendapati diriku hamil.
Bisa kau bayangkan? Betapa malunya keluargaku. Cacian dan hinaan berhembus seperti badai yang tak tertahankan. Reputasi keluargaku, nama baikku, semua tercabik. Aku pun mengasingkan diri, menyingkir ke tempat sunyi, menjauh dari pandangan yang menyakitkan.
Menjelang kelahiran bayiku, tubuhku begitu lemah, jiwaku tenggelam dalam depresi. Di tengah kesakitan dan kehancuran hati, aku berbisik lirih: “Oh, andai aku mati sebelum ini terjadi, dan menjadi seseorang yang dilupakan, tak pernah diingat lagi.”
Rasanya, melanjutkan hidup menjadi beban yang tak sanggup kupikul.
Namun di saat aku merasa dunia begitu gelap, sebuah suara lembut datang dari arah bawah, penuh kasih dan tanpa penghakiman: “Janganlah engkau bersedih. Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.”
Aku mendapati air segar untuk membersihkan diri dan memulihkan tenaga setelah bersalin.
Suara itu kembali berkata: “Goyanglah pangkal pohon kurma ke arahmu, maka ia akan menjatuhkan buah-buah kurma yang masak untukmu.”
Aku makan, aku minum, dan perlahan tenagaku kembali. Suara itu terus membimbingku: “Makanlah, minumlah, dan bersukacitalah. Jika kau melihat seseorang, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.’ “
Suara itu tidak menghakimi rasa putus asaku, tidak menyalahkan tangisku. Ia memberiku solusi yang nyata, menguatkan tubuhku, dan merawat jiwaku. Ia memintaku untuk tidak merespon hinaan atau cibiran manusia, melainkan fokus pada pemulihan dan kesehatan bayiku.
Inilah kisahku, kisah seorang ibu yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Sebuah pelajaran tentang cinta, ketabahan, dan kasih sayang Tuhan yang selalu hadir bahkan di tengah kegelapan terdalam.
Selamat Hari Ibu - 22 Desember 2024
Untuk semua ibu di Indonesia, kalian adalah jiwa-jiwa yang luar biasa. Semoga tak ada lagi yang merasa sendirian, terpuruk, atau ingin mengakhiri hidup. Dunia membutuhkan kalian, para ibu yang penuh cinta.
KH Nadirsyah Hosen, Dosen di Melbourne Law School, the University of Melbourne Australia