Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Hikmah

Dalil

Dalil.

Aku ingat suatu saat. Seorang santri mengatakan :  "Belakangan ini banyak orang bertanya "mana Dalilnya", manakala disampaikan suatu pandangan keagamaan dalam satu masalah atau kasus". 


Aku bertanya : apakah arti "Dalil" itu?. Ia tak menjawab. Lalu aku bilang : Dalil itu bahasa Arab. Ia bermakna petunjuk jalan menuju arah yang ingin dituju. Ia bagai rambu lalu lintas yang bisa berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan lain-lain. 


Saat Nabi ditemani Abu Bakar Hijrah yang menjadi "dalil" (petunjuk jalan) adalah Abd Allah al Uraiqith al Laitsi, seorang non muslim yang dipercaya Abu Bakar. 


Baca Juga:
Hukum Memperingati Maulid Nabi Menurut Ulama Ahli Hadits Ibnu Hajar Al-Asqalani


Ada kitab berjudul Al Dalil ala Manhaj al Salikin atau Dalil al Salikin fi Hifzh al Qur'an, cara menghafal al Quran, dll.


Dalam kajian metode pengambilan hukum dikenal al Adillah al Aqliyyah. Dalil-dalil akal.
Jadi "Dalil" itu mengandung banyak arti. 


Manakala dikatakan : "teks Al Qur'an", aku bertanya : "bagaimana ia dimaknai atau dipahami?. 


Baca Juga:
Tradisi Maulid: Menghidupkan Islam


فاعلم ان من زعم ان لا معنى للقرآن الا ما ترجمه ظاهر التفسير فهو مخبر عن حد نفسه وهو مصيب فى الاخبار عن نفسه ولكنه مخطئ فى الحكم برد الخلق كافة الى درجته التى هى حده ومحطه بل الاخبار والاثار تدل على ان فى معانى القرآن متسعا لارباب الفهم.


"Ketahuilah bahwa orang yang beranggapan bahwa al Quran hanya bisa dimaknai menurut makna literalnya (tersurat, harfiyah), maka ia adalah orang yang sedang memberitahukan keterbatasan pengetahuannya. Dia benar dalam hal pemberitahuannya itu untuk dirinya sendiri. Tetapi dia keliru jika hal itu harus diberlakukan untuk orang lain. Banyak hadits dan sumber dari sahabat Nabi yang nenunjuklan bahwa al Quran itu memuat makna yang sangat luas bagi orang-orang yang cerdas dan pintar. 


Lalu aku bertanya lagi : Dengan apa teks itu bisa dimengerti ? Mengapa para ulama berbeda pendapatnya, meski dalilnya sama?


Baca Juga:
Hadiri Upgrading dan Rakerda di Jabar, Ketua Kaderisasi Nasional PB PMII Ungkap Trimatra Organisasi


Santri itu mendengarkan saja dengan serius, sambil "mantuk-mantuk". Matanya berbinar dan bibirnya mengembang senyuman manis.


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU

Editor: M. Rizqy Fauzi

Artikel Terkait