• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Ubudiyah

Tiga Amalan Baik Sambut Bulan Suci Ramadhan

Tiga Amalan Baik Sambut Bulan Suci Ramadhan
Tiga Amalan Baik Sambut Bulan Suci Ramadhan. (Foto: NU Online Jabar)
Tiga Amalan Baik Sambut Bulan Suci Ramadhan. (Foto: NU Online Jabar)

Bandung, NU Online Jabar

Tidak terasa sebentar lagi kita akan menyambut bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh dengan rahmat dan merupakan bulan yang dimuliakan Allah Swt. Ramadhan, merupakan momen yang paling tepat untuk kita meningkatkan amal ibadah. 


Oleh karenanya ada baiknya untuk kita mempersiapkan segala sesuatnya untuk menyambut bulan yang penuh dengan kebaikan dan rahmad dari Allah Swt. Berikut tiga amalan yang bisa kita lakukan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. 


Pertama, niatkan hati untuk menyambut bulan suci Ramadhan dengan hati yang ikhlas dan gembira. Hal ini dapat menjauhkan diri dari api neraka. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang termaktub dalam Durrotun Nasihin menjelaskan dengan. 


مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ 


“Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.”


Kemudian berdoa kepada Allah agar diberikan umur yang panjang sehingga bisa kembali bertemu dengan bulan Ramadhan.


اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ


"Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadhan". 

 

Kedua, berziarah ke makam orangtua; mengirim doa untuk mereka yang oleh sebagian daerah dikenal dengan istilah kirim dongo poso. Yaitu mengirim doa untuk para leluhur dan sekaligus bertawasul kepada mereka semoga diberi keselamatan dan berkah dalam menjalankan puasa selama sebulan mendatang. Tawassul dalam berdo’a merupakan anjuran dalam islam. 


Sebagaimana termaktub dalam Surat al-Maidah ayat 35:


 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 


Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. al-Maidah: 35). 


Diriwayatkan pula dari sahabat Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulallah Muhammad s.a.w ketika menguburkan Fatimah binti Asad, ibu dari sahabat Ali bin Abi Thalib, beliau berdoa:


  اَللَّهُمَّ بٍحَقٍّيْ وَحَقِّ الأنْبٍيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ اغْفِرْلأُمِّيْ بَعْدَ أُمِّيْ 


Artinya: Ya Allah dengan hakku dan hak-hak para nabi sebelumku, Ampunilah dosa ibuku setelah  Engkau ampuni ibu kandungku. (H.R.Thabrani, Abu Naim, dan al-Haitsami) dan lain-lain. 


Ketiga, saling memaafkan. Mengingat bulan Ramadhan adalah bulan suci, maka tradisi bersuci pun menjadi sangat sesuai ketika menghadapi bulan Ramadhan. Baik bersuci secar lahir seperti membersihkan rumah dan pekarangannya dan mengecat kembali mushalla, maupun bersuci secara bathin yang biasanya diterjemahkan dengan saling memaafkan antar sesama umat Muslim. 


Terutama keluarga, tetangga dan kawan-kawan. Hal ini sesuai dengan anjuran Islam dalam al-Baqarah ayat 178:


  ...فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ  


Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (dia) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS. 2:178).


Menurut sebuah hadis shahih, Nabi Muhammad saw. Pernah menganjurkan agar siapa yang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, baiknya itu menyangkut kehormatan atau apa saja, segera menyelesaikannya di dunia ini, sehingga tanggung jawab itu menjadi bebas (bisa dengan menebus, bisa dengan meminta halal, atau meminta maaf). 


Sebab nanti di akhirat sudah tidak ada lagi uang untuk tebus menebus. Orang yang mempunyai tanggungan dan belum meminta halal ketika dunia, kelak akan diperhitungkan dengan amalnya: apabila dia punya amal saleh, dari amal salehnya itulah tanggungannya akan ditebus; bila tidak memiliki, maka dosa atas orang yang disalahinya akan ditimpakan kepadanya, dengan ukuran tanggungannya. (Lihat misalnya, jawahir al-Bukhori, hlm. 275, hadis nomer: 353 dan shahih Muslim, II/430). 


Itulah tiga amalan yang bisa kita lakukan sebagai persiapan diri untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.


Editor: Agung Gumelar


Ubudiyah Terbaru