• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Ubudiyah

Bulan Sya'ban: Makna dan Fadhilahnya

Bulan Sya'ban: Makna dan Fadhilahnya
(Desain Ilustrasi: M Rizqy Fauzi).
(Desain Ilustrasi: M Rizqy Fauzi).

Sya’ban dalam bahasa arab terdiri dari lima huruf. Syin, ain, ba’, alif dan nun. Huruf syin mewakili kata syaraf yang bermakan kemuliaan. Huruf ain adalah singkatan dari ‘uuwwi yang berarti tingkat tinggi. Huruf ba’ dari kata birr yaitu kebaikan. Adapun alif dari kata ulfah yang mengandung makna kasih sayang. Sedangkan nun dari kata nur yang berarti cahaya. Inilah segala predikat yang melekat dalam bulan sya’ban yang disediakan oleh Allah SWT. untuk hamba-hambanya.


Pada bulan Sya’ban inilah Allah SWT. membuka pintu-pintu kebaikan dan menurunkan berkah-Nya dan pada bulan inilah Allah swt bershalawat kepada Rasulullah SAW selaku khairul bariyyat (makhluk yang paling mulia).


وهو شهر الصلاة على النبى المختار, قال الله تعالى "ان الله وملائكته يصلون على النبى يايها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما


Dalam sebuah pendapat sebagaimana dinuqil oleh Quthbur Rabbani Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam kitabnya ‘al-Ghunyah’ di katakan:


صلاة الرب تبارك وتعالى على نبيه تعظيم الحرمة, وصلاة الملائكة عليه اظهار الكرامة, وصلاة الأمة عليه طلب الشفاعة.


Shalawat yang berikan Allah kepada Muhammad adalah sebuah penghormatan, shalawat atas nabi dari para malaikat merupakan pengejawantahan dari karamah, sedangkan shalawat atas nabi dari kita selaku ummat adalah permohonan syafaat dan pertolongan. Tentang keutamaan bulan sya’ban, dalam kitab yang sama diterangkan lebih lanjut bahwa Allah swt selalu memilih satu dari empat hal: Allah  memililih empat malaikat yaitu Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail. Dan Allah mengutamkan untuk memilih malaikat Jibril. Allah memilih empat nabi yaitu Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad. Dan Allah mengutamakan untuk memilih Nabi Muhammad saw.


Allah memilih empat sahabat Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Dan Allah mengutamakan untuk memilih Abu Bakar. Allah memilih empat masjid yaitu Masjidil Haram, Masjidil Aqsha, Masjid Nabawi, dan Masjid Turisina. Dan Allah mengutamakan untuk memilih Masjidil Haram. Begitulah seterusnya hingga Allah memilih empat bulan yaitu Rajab, Sya’ban, Ramadhan dan Muharram. Dan Allah mengutamakan untuk memilih Sya’ban. Kemudian Allah jadikan Sya’ban sebagai Syahrun nabi bulannya Rasulullah saw.


Sebagaimana posisi Rasululullah sebagai afdhlul anbiya’ maka bulan sya’ban pun sebagai afdhalus syuhur. Dijelaskan dalam hadits secara eksplisit:


وقد روى  ابو هريرة رضى الله عنه انه قال ان النبي صلى الله عليه وسلم قال: شعبان شهرى, ورجب شهر الله, ورمضان شهرامتى, شعبان هو المكفر, ورمضان هو المطهر.


Sya’ban adalah bulanku, Rajab adalah bulan Tuhanku, Ramadhan adalah bulan umatku. Sya’ban adalah bulan pemberangus dosa dan Ramadhan adalah bulan penyucian diri.      


Mengenai bulan Sya’ban ini seorang ulama berkata bahwa “Bulan itu ada tiga. Pertama Bulan Rajab telah lampau, Rajab telah pergi tidak akan kembali. Kedua Bulan Ramadhan, ia belum datang dan terus kita nanti. Apakah esok kita masih mendapatkan Ramadhan? tidak ada yang tahu. Dan ketiga bulan sya’ban yang ada sekarang ini. Sya’ban sebagai perantara antara Rajab dan Ramadhan maka jagalah keta’atan selama berada di dalamnya (falyaghtanim at-th’at fiha).


Dalam konteks menjaga ketaatan selama Sy’aban inilah kemudian Rasulullah saw mengeluarkan hadits yang cukup terkenal. Diceritakan bahwa suatu ketika nabi memberikan mauidhah kepada seorang lelaki yang ternyata adalah Abdullah bin Umar bin Khattab. Rasulullah saw berkata “jagalah lima perkara sebelum datangnya lima yang lainnya, masa mudamu sebelum masa tuamu. Sehatmu sebelum masa sakitmu. Kayamu sebelum datang miskinmu. Kelonggaranmu sebeblum waktu sumpekmu dan hidupmu sebelum matimu.


Demikianlah makna bulan Sya’ban bagi umat muslim sebagai momentum peringatan diri menjadga ketatan kepada Ilahi. Sebegitu pentingnya hingga Rasulullah saw merumuskan dengan lima hal praktis yang cukup jelas.
 

Sumber: NUO


Ubudiyah Terbaru