• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Tokoh

Sultan Matangaji Pencipta Kuliner Khas Santri Cirebon

Sultan Matangaji Pencipta Kuliner Khas Santri Cirebon
makanan khas santri Cirebon
makanan khas santri Cirebon

Ketika berkecamuk perang Cirebon Raya (Perang Kedondong) Kesultanan Cirebon dipimpin oleh Sultan Muhammad Sofiudin. Pada masa Cirebon Dipimpin oleh Sultan Muhammad Sofiudin Kerajaan Mataram Islam juga sedang terjadi huru-hara Serangan Trunojoyo dari Madura yang berhasil menguasai pusat pemerintahan Mataram yang pada waktu itu dipimpin oleh Sultan Amangkurat 1, hingga campur tangannya Belanda pada masa Amangkurat II yang meminta bantuan untuk melawan Trunojoyo dengan iming iming imbalan separuh wilayah Mataram, keadaan huru hara di Pusat kota mengharuskan rakyat yang berada di wilayah Rembang, Brebes, Tegal Lamongan, dan orang orang Cina harus migrasi ke wilayah Cirebon untuk mendapat perlindungan.

Kedatangan para pendatang disambut hangat oleh Sultan Cirebon. Sehingga apa pun yang diminta Sultan kepada para saudagar China selalu dipenuhi. 

Termasuk ketika Sultan membangun Gua Sunyaragi tempat untuk berkhalwat di dekat Laut Utara para saudagar China selalu membantu.

Ketika peta politik kepentingan Inggris (Belanda)vs Prancis beradu Cirebon pun terkena dampak. Sama seperti Mataram Islam di Kesultanan Cirebon pun terjadi hegemoni penguasaan keraton hingga mengharuskan Sultan Muhammad Sofiudin yang ditemani Pangeran Suryanegara, Pangeran Atasangin (Bagus Rangin) harus meninggalkan Keraton dan menjadi Santri dibeberapa Kiai, seperti Kiai Syarif Abdul Muhyidin (Buyut Muhyi, Dawuan Tegal Tani atau disebut juga buyut Rancang karena ahli merancang Strategi ketika meletus Perang Kedondong), Kiai Hasanudin (Kiai Jatiro/Atau Kiai Jatira karena di depan padepokan/pesantrennya terdapat pohon jati dua sebagai ciri tempat beliau ketika para santri pejuang akan bekunjung atau meminta nasihat dan doa agar memenangkan peperangan dengan Belanda). 

Dalam ngangsu kaweruh (menuntut Ilmu agama di pesantren) amanah ayah Sultan Amirzena kepada beliau (Sultan Muhammad Sofiudin) adalah harus bentas mengaji, harus selesai menghatam Al-Qur’an, dan harus matang mengaji memahami Ilmu agama. Maka karena Sultan Muhammad Sofiudin matang dalam mengaji beliau juga digelari Sultan Matangaji. 

Makanan kesukaan Sultan Matangaji ketika Hidup di kraton adalah ayam bakar dan nasi Kuning. Karena ketika terjadi perang gerilya dan tinggal di pesantren makanan yang dimakan adalah segala yang bersumber dari alam maka makanan yang dimasakan pun semua dari alam, dari hutan belantara, rawa yang ada di sekitar wilayah Cirebon, Majalengka, Kuningan, dan Indramayu. seperti ubi bakar, pepes jantung pisang, terong bakar, dan makanan yang disuka Sultan Matangaji sendiri ketika tinggal di pesantren adalah "gecok". Masakan kuliner sekaliber gecok adalah makanan yang bahan dasarnya ayam bakar kemudian dicincang kecil-kecil tulangnya dibebek sampai lembut ditaburi kelapa parud yang masih segar, kunyit, jahe, garam. Ini kemudian menjadi makanan favorit santri- santri yang lain hingga ketika ada kunjungan tamu agung biasanya nasi pepes jantung pisang, terong bakar, sambel trasi dan gecok santri menjadi andalan. Hingga kini perpaduan pepes jantung pisang, terong bakar, gecok dan sambel trasi masih diminati oleh para santri 

Cirebon khususnya dan masyarakat Cirebon pada umumnya. Bahkan setelah perang Cirebon Raya usai makanan gecok, terong bakar, pepes jantung pisang dan coel sambel trasi masih total diminati bahkan warga rela menu mewah yang ada dirumah ditukar dengan pepes jantung pisang santri. 

Penulis: Wahyu Iryana

Editor: Abdullah Alawi 
 

Penulis adalah tim Penulis Buku Baban Kana; Perang Kedondong Cirebon bersama KH Zamzami Amin 
 


Editor:

Tokoh Terbaru