• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Sejarah

Jaringan Keilmuan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (1650-1730)

Jaringan Keilmuan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (1650-1730)
Papan Nama ke arah Makam Syekh Abduk Muhyi Pamijahan. (Foto: Istimewa).
Papan Nama ke arah Makam Syekh Abduk Muhyi Pamijahan. (Foto: Istimewa).

Ditelinga masyarakat Indonesia, nama Syekh Abdul Muhyi sudah tak asing lagi. Ia merupakan seorang ulama besar yang hidup pada periode pertengahan abad ke-17. Syekh Abdul Muhyi lahir di Mataram sekitar tahun 1650 M, dan meninggal sekitar tahun 1730 M. salah satu bukti yang menguatkan Syekh Abdul Muhyi lahir atau berasal dari Mataram adalah adanya hubungan erat antara Syekh Abdul Muhyi dengan Mataram. hingga ketika keberadaan Syekh Abdul Muhyi menyebarkan Islam di wilayah Pamijahan umumnya di wilayah pemerintahan Sukapura.


Kala itu, Kerajaan Mataram Islam, membuat sebuah mandat dengan melayangkan surat kepada pemerintah Kolonial Belanda untuk menjadikan Pamijahan sebagai daerah Pasidkah (yaitu sebuah daerah yang bebas dari pajak dan upeti).


Proses suluk / perjalanan untuk menjadi seorang ulama besar, ia tempuh melalui jalan syariat seperti halnya ulama ualam lain, dengan berguru kepada ulama-ulama besar pada saat itu. Salah satu guru yang berperan besar dalam mengantarkan Syekh Abdul Muhyi hingga menjadi seorang ulama besar dan Waliyullah adalah Syekh Abdul Rauf AS-Sinkil. Ia merupakan ulama asal Aceh As-Sinkil yang berada di wilayah pantai Laut Aceh. Syekh Abdul Rauf lahir pada tahun 1615 M, dan meninggal pada tahun 1693 M. 


Syekh Abdul Muhyi belajar banyak ilmu kepada Syekh Abdul Rauf, hingga melalui jalur Syekh Abdul Rauf lah beliau mendapat ijazah Tarekat Syatariyah. Syekh Abdul Rauf mendapat ijazah Tarekat Syatariyah dari gurunya yaitu Syekh Ahmad Al-Qusyasyi.


Ia mendapat Tarekat dari Qusyasyi ketika Ia sedang belajar kepada Qusyasyi di Madinah. Sebelum Syekh Al-Qusyasyi menyuruh pulang ke Aceh. Selama perjalanaannya mencari ilmu di Arab, Syekh Abdul Rauf belajar kepada banyak guru. Ilmu yang Ia pelajari selama berada di Jazirah Arab bukan saja llmu bathin atau ilmu tasawuf, tapi Ia juga banyak belajar ilmu dzahir seperti ilmu fiqih, hadis dan Al-Quran. 


Sebagai tanda selesainya bergugu kepada Ahmad Qusyasyi, Syekh Abdul Rauf diberi gelar oleh sang guru sebagai khalifah Satariyah dan Qodiriyah. Maka tak heran, seperti yang diungkapkan oleh K. H. Beben Muhamad Dabbas (Wakil Talqin TQN Suryalaya) bahwa disisi lain Syekh Abdul Muhyi, selain menganut Tarekat Syatariyah, Ia juga sebagai Qodiri hanya saja yang dibesarkan dan disebarkannya Satariyah. Adanya indikasi Syekh Abdul Muhyi sebagai Qodiri juga, mungkin saja disebabkan dari gurunya juga Syekh Abdul Rauf yang mendapat gelar khalifah Syatri dan Qodiri dari gurunya Al-Qusyasyi. Tetapi sangat tidak mungkin apabila Syekh Abdul Muhyi menganut Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah, karena TQN sendiri baru disatukan oleh Syekh Khatib Syambas sekitar tahun 1888 M. Sepeninggal Al-Qusyasyi Abdul Rauf belajar ilmu akhlak serta pemikiran intelektual ilmu kalam kepada Syekh Ibrahim Al-Kurani.


Adapun dalam ilmu Al-Quran Syekh Abdul Rauf belajar kepada Syekh Abdullah bin Muhamad Al-‘Adani, yaitu seorang ahli qori di wilayah tempat tinggalnya. 


Waktu yang Ia tempuh mencari ilmu selama berada  di Jazirah Arab adalah sekitar 19 tahun, Syekh Abdul Rauf kembali ke Aceh sekitar 1661 M. dengan bekal yang ia dapatkan selama berada di Arab, Syekh Abdul Rauf mulai mensyiarkan agama Islam kepada masyarakat Aceh. Dalam menjalankan misi dakwahnya, Ia mendapat dukungan serta perlindungan dari Kerajaan Aceh saat itu. Bahkan Syekh Abdul Rauf pun diangkat sebagai mufti oleh Kerajaan Aceh. Hal tersebut pun dialami oleh Syekh Abdul Muhyi ketika melakukan Islamisasi di wilayah Kerajaan Sukapura / Tasikmalaya saat ini. Kala itu Bupati Sukapura ke III mengangkat Syekh Abdul sebagai mufti di lingkungan Kerajaan Sukapura. Dan bahkan putri dari Bupati Sukapura ke III tersebut dipersunting oleh Syekh Abdul Muhyi hingga menjadi istrinya.


Dengan adanya legalitas dari pemerintah setempat. Suatu ketika ulama besar Syekh Yusuf Al-Maqqasari pernah meminta bantuan kepada Syekh Abdul Muhyi ketika beliau sedang terlibat peperangan melawan Belanda.


Dalam sumber Belanda sebutan terhadap Syekh Abdul Muhyi adalah Hadjie Karang. Disinilah tempat persembunyian Syekh Yusuf Maqqasari. Selama Syekh Yusuf Maqqasari berada di wilayah Pamijahan, Syekh Abdul Muhyi memanfaatkannya dengan belajar banyak dengannya. Syekh Abdul Muhyi bertanya banyak hal kepada Maqqasari, salah satunya mengenai tentang penafsiran ayat-ayat Al-Quran tentang mistis. Selain itu pula, Syekh Abdul Muhyi meminta Al-Maqasari untuk memberi tahu dan menyebutkan sanad-sanad tarekat yang Ia terima selama berada di Haramayn.


Selain melakukan dakwah billisan / dengan lisan, Syekh Abdul Rauf pun adalah seorang ulama besar yang produktif dalam menulis. Banyak karya kitab yang dihasilkan dari hasil karya nya. Salah satu karyanya yang mashur adalah Kitab Tarjuman Al-Mustafid yang berisi tentang tafsir ayat Al-Quran.


Beliau lah yang pertama kali menterjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Melayu. Kitab Tarjuman Al-Mustafid sebagian besar dikutif dari Kitab Tafsir Jalalen karya Imam Al-Mahali dan Imam As-Syuyuti. Alasan Syekh Abdul Rauf mengambil rujukan dari Tafsir Jalalen adalah pertama untuk menyambungkan jaringan keilmuan dengan guru-gurunya, adapun alasan kedua adalah agar dapat mudah dipahami oleh masyarakat Nusantara kala itu. Karya besar tafsir Syekh Abdul Rauf ini, bukan saja dicetak di Nusantara tapi terdapat beberapa negara muslim lainnya yang menerbitkan seperti yang ditemui di Istnabul, Kairo, dan Mekkah. Selain karya Tarjuman AAl-Mustafid, Syekh Abdul Rauf pun merupakan ulama pertama yang menulis kitab fiqih muamalat. Karya besar fiqihnya adalah Kitab Mi’rat Al-Thullab fi Tasyil Ma’rifah Al-Ahkam Al-Syar’iyah li Al-Malik Al-Wahhab.


 Ilham Muhamad Nurjaman, Penulis merupakan keturunan  dari Syekh Abdul Muhyi Melalui Jalur Istrinya Ayu Bakta


Sejarah Terbaru