Tiga Orientasi IPNU Ikuti Perkembangan Zaman
Oleh Muhammad Iqna Syam
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) kini genap berusia 67 tahun. Organisasi ini didirikan seorang intelektual, cendekiawan serta seorang ulama bernama KH Tholhah Mansoer pada tahun 1954 di Semarang.
Hingga saat ini, IPNU menjadi menjadi wadah berkreasi bagi pelajar, mahasiswa, santri dan remaja baik di pesantren, madrasah, sekolah maupun perguruan tinggi.
Tepat di usia 67 tahun, dengan dinamika organisasi yang semakin berkembang, pelajar NU mampu menyesuaikan diri baik cara berpikir, loyalitas hingga cara bergerak untuk menghadapi tantangan zaman dan mengusung jati diri serta perannya guna berkiprah di Nahdlatul Ulama, bangsa dan negara.
Dalam tulisan ini, penulis hendak memaknai pentingnya orientasi pelajar NU dalam mengikuti perkembangan zaman. Pertama, IPNU sebagai organisasi yang bertugas menghimpun generasi muda rentang usia 13 sampai 27 tahun guna menanamkan peran pendidikan, fondasi dasar beragama dan bernegara serta menumbuhkan sikap toleransi terhadap sesama.
Kedua, IPNU sebagai organisasi pengkaderan, yakni Makesta (Masa Kesetiaan Anggota), Lakmud (Latihan Kader Muda), dan Lakut (Latihan Kader Utama). Sebuah agenda kaderisasi yang tak hanya berbicara lingkup IPNU dan NU, namun dilengkapi dengan ajaran nilai-nilai nasionalisme, life skill, dan lain sebagainya.
Ketiga, IPNU sebagai wadah transformasi dan inovasi digital. Oleh karenanya, saat ini IPPNU Jawa Barat telah menciptakan sebuah aplikasi sistem informasi kaderisasi (Sikad) yang berfungsi untuk menginput data kader IPNU di Jawa Barat. Sehingga, pelajar NU sudah tidak menggunakan cara-cara manual yang biasa dilakukan.
Selanjutnya, dengan lahirnya IPNU di segmentasi pelajar, sebuah perkembangan dapat dijadikan sebuah tantangan. Sehingga, mendekati usia satu abad, IPNU tetap menjadi rujukan organisasi pelajar yang berkompeten dalam membangun watak dan karakter positif untuk menjadi pemimpin masa depan.
Penulis adalah Bendahara PW IPNU Jawa Barat masa khidmah 2021-2024
